Play "Crazy In Love - Beyonce"
🤍🤍🤍
"Buruan, ngapain lo nyuruh gue dateng kesini." Ujar Wonyoung tak sabaran sambil melihat jam tangannya. Dia ada janji dengan Liz ke toko buku setelah ini. Mencari referensi untuk proposal penelitiannya. Tapi tiba-tiba saja diminta datang ke apartemen pria yang ada di hadapannya sekarang.
Haruto, lawan bicara Wonyoung terkekeh pelan. Menyandarkan punggungnya di sofa sambil bersedekap dada. "Santai aja kali, baru juga jam tujuh."
"Ck, waktu gue terlalu berharga kalau dibuang buat hal gak penting kayak gini."
Senyum yang sejak tadi menghiasi wajah Haruto hilang, bergantikan dengan ekspresi datar dan dingin. Pria itu mengeluarkan sesuatu dari dalam amplop cokelat yang sejak tadi ada di sampingnya. Melemparnya ke atas meja tepat di depan Wonyoung.
"Ini yang lo maksud gak penting?"
Wonyoung sontak terkejut melihat beberapa lembar foto tersebut. Foto dirinya sendiri yang terekam melalui kamera CCTV. Ia sungguh tak menyangka sama sekali kalau Haruto bisa menemukan rekaman yang jelas-jelas sudah ia hapus.
Wonyoung meremas tangannya gusar. Tak berani menatap mata Haruto. Ia sadar perbuatannya itu adalah sebuah kesalahan. Tapi Wonyoung memiliki alasan dibalik semua itu.
"Gue bener-bener gak nyangka, Won. Ternyata lo yang bikin gue didiskualifikasi dari pemilihan ketua BEM." Ujar Haruto penuh penekanan. Tangan pria itu terkepal menahan amarah.
"R-ru, g-gue bisa jelasin." Cicit Wonyoung pelan tanpa menatap Haruto.
Haruto tertawa remeh melihat raut ketakutan Wonyoung. Ini kali pertama baginya melihat perempuan yang biasa mengangkat wajah angkuh jadi menunduk takut seperti sekarang. Tak lama ekspresinya kembali dingin.
"Gue gak butuh penjelasan lo." Ia mendengus. "Berani-benarinya lo ngancurin apa yang sudah gue usahakan selama ini."
Tatapan mata Haruto menajam diikuti seringaian setan di bibirnya. "Jadi sekarang giliran gue."
Wonyoung yang masih menunduk sontak menegang melihat bayangan pria itu bergerak di lantai. Ia refleks mendongak menatap Haruto yang ternyata sudah berdiri di sebelahnya.
"A-apa maksud lo?" Wonyoung memundurkan tubuhnya ke ujung sofa ketika pria itu hendak meraih tangannya. Ia mencengkram kuat tali slingbag nya.
"Gue denger-denger lo masih virgin." Haruto menelisik tubuh Wonyoung dari atas ke bawah seraya menjilat bibir bawahnya.
"Jangan coba-coba---"
"Coba-coba apa? Nyobain tubuh lo maksudnya, hm?"
"Brengsek!" Wonyoung langsung berdiri dan berlari menuju pintu. Namun Haruto lebih dulu menangkap dan menggendongnya seperti membawa karung beras.
"Haruto anjing, lepasin gue!" Wonyoung memukul-mukul punggung Haruto. Kakinya ikut memberontak agar dilepaskan. Tapi tetap saja tak mempan bagi Haruto. Pria itu tak merasakan sakit sama sekali. Justru semakin mempercepat langkahnya menuju kamar.
Bruk
Haruto membanting tubuh Wonyoung ke arah kasur lalu berbalik hendak mengunci pintu. Kesempatan itu Wonyoung gunakan untuk lari lebih dulu menuju pintu. Sayangnya ia tetap kalah cepat dengan Haruto yang memiliki kaki lebih panjang. Ia kembali dibanting ke atas ranjang.
"Lo gak bakal bisa kemana-mana." Ujar Haruto dengan seringaian di bibir dan melangkah mendekati Wonyoung sambil membuka kausnya.
Gadis itu menggeleng dan bergerak mundur. "G-gue minta maaf, Ru. G-gue bisa jelasin semuanya. Gue mohon jangan apa-apain gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry me ||WONRUTO|| END
Fanfiction|M| Wonyoung selalu menutup diri dari laki-laki manapun agar tak mengulangi nasib seperti dirinya yang tumbuh dewasa tanpa orang tua kandung. Namun takdir berkata lain. Wonyoung mengandung janin teman sekelasnya di kampus yang sama sekali tidak mau...