11🤍

500 47 25
                                    


Ceklek

"Sayang."

"KYAAA... Haru, tutup mata!" Pekik Wonyoung ketika Haruto baru masuk ke dalam kamar.

Haruto yang kaget dengan apa yang ia lihat dan ia dengar langsung menutup matanya.

Bagaimana tidak kaget, dia yang baru datang dari luar sehabis membelikan Wonyoung salad buah langsung disuguhkan pemandangan istrinya yang berdiri di depan lemari dengan hanya berbalut handuk yang menutupi setengah dada sampai seperempat pahanya. Ia masih sempat melihat dengan jelas kulit putih dan mulus istrinya yang masih setengah basah.

Sementara itu, Wonyoung mengumpati dirinya yang lupa membawa baju ganti kamar mandi pun lupa mengunci pintu. Wonyoung benar-benar malu sampai mengambil asal gaunnya lalu cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi tanpa menyuruh Haruto membuka mata lagi.

"Yang, sudah boleh buka mata belum?" Mata Haruto pegal juga kelamaan meram.

Tak mendapat sahutan, Haruto buka saja sedikit matanya. Bertambah lebar ketika sudah tak mendapati Wonyoung di depan lemari. Ia pun duduk di tepi ranjang. Sambil menetralkan jantungnya yang masih berdegup kencang akibat melihat tubuh Wonyoung barusan.

"Shit, Jadi pengen kan gue." Gumam Haruto merasa tubuhnya mulai panas.

Pintu kamar mandi terbuka dan Haruto menoleh. Mendapati Wonyoung keluar dari sana dengan pakaian yang sudah rapi. Suasana canggung langsung menghampiri keduanya.

Haruto berdeham kemudian berdiri menghampiri Wonyoung yang duduk di depan meja rias.

"Ini salad yang kamu mau, aku mandi dulu." Ujar Haruto sambil meletakkan paperbag di atas meja rias kemudian masuk ke dalam kamar mandi setelah mengusap pucuk kepala istrinya.

Wonyoung melirik pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat. Ia meletakan sisir kemudian menunduk sambil menutup wajahnya. "Sial, malu banget gue."

||

"Silahkan duduk." Ujar seorang wanita berjas putih dengan ramah.

Wonyoung duduk di depan wanita tersebut bersama Haruto di sebelahnya.

"Wah... Jadi ini ya tuan Watanabe suami nyonya Wonyoung." Dr. Yoomi yang merupakan dokter kandungan Wonyoung tersenyum ramah menatap Haruto setelah lebih dulu membaca 'nama suami' di buku pink Wonyoung.

Wonyoung tersenyum kikuk pun dengan Haruto yang mengangguk.

"Akhirnya sempat juga menemani istrinya kontrol ya, tuan."

Wonyoung menggenggam tangan Haruto di bawah meja sembari mengode lewat matanya agar Haruto mengangguk.

"Iya dokter." Jawab Haruto yang sebenarnya masih bingung.

"Kandungan nyonya Wonyoung kan sudah masuk delapan bulan, jadi saya harap tuan Watababe bisa selalu mendampingi karena yang namanya persalinan itu bisa maju atau mundur dari perkiraan."

"Untuk dua bulan ini saya sarankan tuan jangan keluar kota dulu lah, kerjanya dihandel dari rumah saja--kalau bisa. Sa.ya gak tega lihat nyonya Wonyoung sendirian terus setiap kontrol. Kalau ditanya suaminya mana, jawabannya lagi sibuk dinas keluar kota terus." Cerocos wanita yang sudah berumur 40 tahun lebih itu meluapkan apa yang ia tahan selama ini.

Kali ini Haruto merasa tangannya di remas oleh Wonyoung plus senyuman dan tatapan mengerikan wanita itu yang seolah berkata 'Iyain aja'.

Haruto tertawa kering, "Baik dokter, pekerjaan saya di luar kota juga sudah selesai. Jadi sekarang saya akan fokus dengan persalinan istri saja."

Marry me ||WONRUTO|| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang