different addiction

33 18 6
                                    

Suasana kelasnya masih sepi karena ia datang terlalu pagi. Syifa  mengeluarkan handphone untuk menghubungi temannya. Sebelum membuka aplikasi khusus yang ia gunakan untuk mengirim pesan saat di Korea, ia memasuki aplikasi whatsapp terlebih dahulu karena ada satu pesan yang membuatnya salah fokus.

Ia membuka salah satu nomer, itu adalah nomer suaminya—Al. Al mengirim foto, memberitahu Syifa kalau ia sedang berada di salah satu tempat wisata bersama temannya. Tanpa Syifa sadari, ia menarik kedua ujung bibirnya.

"Hayo!" ucap seseorang mengagetkan Syifa.

Syifa kaget, ia hampir mengucapkan kata-kata mutiara nya "Ish, Seolyo! Bisa nggak, gak usah ngagetin"

"Enggak!" ucapnya terkekeh dan membuat Syifa mendengus kesal. "Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Syifa hanya menggeleng.

Seolyo yang penasaran, ia berusaha mengambil handphone milik syifa. Tetapi dipangkas oleh Syifa—menjauhkan handphone nya dari Seolyo. "Pinjem bentar elah, pelit lo! Apaan si sampe buat lo senyum-senyum sendiri, jarang-jarang loh lo senyum-senyum kaya gitu. Ayolah, Rin...."

"Enggak, enggak, enggak" ia menggeleng kukuh. Lalu tidak lama kemudian Syifa tertawa kecil, sebenarnya tadi Syifa hanya bercanda, "hehehe iya iya nih" menyerah kan handphone kepada temannya tersebut.

Seolyo langsung tersenyum girang ia cepat-cepat melihat apa yang tadi Syifa lihat. Ia membuka aplikasi chat yang selalu Syifa gunakan untuk mengirim pesan di Indonesia.

Ia menekan nomer yang paling atas ia yakin kalau nomer tersebut yang sudah mengirim pesan, dan yang membuat Syifa tersenyum lebar. Baru saja menekan nomer tersebut Seolyo di buat terkejut saat melihat foto yang beberapa menit lalu terkirim. Dia memang tidak bisa bahasa Indonesia, dia hanya melihat foto yang diterima oleh Syifa.

Ia menatap Syifa, mengangkat sebelah alisnya sebagai tanda tanya. Syifa mengerti dengan kode yang diberikan oleh seolyo, "ah, itu.... suami gue. Lo kan tau gue udah nikah"

Seolyo baru ingat kalau Syifa sebenarnya sudah menikah beberapa hari lalu ia memang tidak datang ke pesta nikah Syifa tetapi ia diberi tahu oleh Syifa. "Ah iya. Gue lupa kalau lo udah nikah, gue inget nya kalau lo masih jomblo" balasnya yang disertai kekehan kecil. "Oh ya, lo kok pake itu" tunjuknya ke kepala Syifa.

Syifa mengikuti arah tunjukkan seolyo "Ini?" Seolyo mengangguk. "Ini namanya jilbab salah satu ciri khas umat muslim bagi kaum perempuan"

"Oh, kenapa lo pake itu? Emangnya enggak gerah ya? Emang wajib pake itu? Tapi kan sebelum nya lo enggak pake itu?" tanyanya tanpa jeda sedikit pun dan membuat Syifa bingung untuk menjawabnya.

"Satu-satu elah nanya nya"

Seolyo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "hehehe, sorry, sorry"

Syifa menghembuskan napas panjang "Ya, ya, ya. Gue kenapa pake jilbab itu karena gue mau ubah kebiasaan gue yang dulu. Kalau misalnya ditanya gerah atau engga ya jawabannya tergantung, kadang gerah kadang juga engga. Di Islam itu perempuan wajib pakai jilbab kalau sudah baligh/dewasa karena agar kita menutup aurat. Tapi kalau menurut gue pribadi, pakai jilbab itu harus bener-bener siap. Maksudnya, jangan lepas-pakai karena jilbab itu engga boleh dipermainkan. Jadi dulu gue nunggu sampe bener-bener siap dulu, nah sekarang insyaallah gue udah siap" jelasnya panjang lebar dan penuh keyakinan.

"Oh.... oke, oke gue ngerti. Oh ya, kalau misalnya masih lepas-pakai berarti jangan dulu pakai jilbab?"

"Boleh-boleh aja kayaknya, tapi mendingan kalau mau pakai ya pakai yang benar, kalau mau engga ya engga. Tapi ini opini gue aja sih, hehehe" Seolyo mengangguk paham.

                                     •••••••••••••••••••••••••••••••

Eternal to be with him [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang