9

2.4K 427 180
                                    

Viny memandangi enam dokter yang sekarang sedang tertunduk di ruang rapat, Viny masih diam selama lima belas menit ia mengumpulkan mereka. Viny tidak tau harus memulai amarahnya dari mana, mereka melakukan kesalahan besar karena membiarkan Fiony dan Christy dinas selama 24 jam lebih. 

"Memalukan." Viny bersandar di kursi, masih menatap mereka satu persatu. "Dokter Fiony dan Dokter Christy bekerja selama 24 jam, kalian pikir mereka kuda? Kalian ingin bekerja atau hanya main-main di sini?" 

"Maaf, dok, ada masalah besar yang tidak bisa kami jelaskan." Ara mewakili teman-temannya untuk menjawab, ia menggenggam tangan Chika dari bawah meja, memberi isyarat agar Chika tidak mengatakan apapun atau semuanya akan semakin runyam. 

"Masalah besar apa? Kalian tau kewajiban utama kalian apa di sini?" 

"Dokter tau apa masalah terbesar kami." Chika tidak memperdulikan kode yang Ara berikan, seharusnya Viny jauh lebih tau masalah apa yang sedang ia alami, mau sampai kapan Viny pura-pura tidak tau? Sejak mendengar cerita dari Oniel, rasa hormatnya pada Viny menghilang, ia bahkan ingin meludahi wajah itu.

"Saya tidak mau mendengar apapun." Viny memberikan enam surat. "Ini surat peringatan untuk kalian, jika sekali lagi hal ini terjadi, saya akan melaporkan kalian pada pusat, saya akan memastikan tidak ada satupun rumah sakit yang akan menerima dokter yang tidak bertanggungjawab seperti kalian."

"Kamu punya banyak kendali ya di dunia kedokteran?" Pertanyaan Chika membuat semua temannya terkejut, kenapa Chika bisa seberani itu pada Viny? Chika melepaskan tangan Ara dari genggamannya. "Hebat sekali, kami menerima surat peringatan ini, tapi kalo sampai kamu berani melaporkan kami pada pusat dan berani memblacklist kami, kita bertemu di pengadilan." Chika berdiri dengan satu gerakan kasar kemudian berbalik, mulai berjalan menuju pintu.

"Tidak ada satupun pengadilan yang akan menerima kamu, Yessica." Viny menghentikan langkah Chika, membuat gadis itu berbalik menghadapnya. Apa Chika kehilangan akalnya? Sampai Chika berani menantangnya seperti itu. 

"Kalo begitu kita bertemu di area pertarungan." Chika menajamkan tatapannya. "Kamu akan berhadapan dengan aku." Chika berjalan pergi sebelum emosinya semakin besar. Kenapa Viny berani mengancamnya? Bukannya seharusnya Viny mengerti masalah besar apa yang sedang ia hadapi? Gadis itu benar-benar egois.

"Dok, saya minta maaf atas nam-"

"-Keluar," sela Viny memotong ucapan Ara. Setelah mereka keluar, Viny mengembuskan nafas panjang seraya mengusap kelopak matanya. Tidak mungkin Chika punya keberanian sebesar itu jika Chika tidak mengetahui sesuatu tentang dirinya, ia yakin, Oniel pasti sudah memberitahu semuanya. Viny harus mencari tau apa yang terjadi semalam pada mereka, ia membuka jas putihnya dan berjalan keluar.

"Lo gila ya?" Ashel menarik tangan Chika. "Dia direktur kita."

"Lo yang gila." Chika menepis tangan Ashel dengan kasar. "Kalo kalian gak setolol itu berani ke hutan, semua ini gak akan terjadi." Chika menatap tajam Azizi yang baru saja berheni di depannya. "Ini terakhir, gue gak bisa toleransi apapun lagi." Tanpa menunggu jawaban mereka, Chika berjalan lebih dulu, ia tidak ingin di rumah sakit lebih lama lagi karena posisinya sedang libur sekarang.

"Sorry Ra, gue salah." Entah untuk keberapa kalinya, Azizi kembali meminta maaf pada Ara. 

"Gapapa." Ara tersenyum, mengusap punggung Azizi, ia mengerti sebesar apa kekhawatiran Chika dan ia memaklumi amarahnya. Jika ia tidak menemukan kulit kacang di sepanjang jalan hutan, ia bahkan tidak yakin bisa berhasil bertemu mereka. Ara merasakan kekesalan yang sama, tetapi setidaknya ia sekarang tenang mengetahui mereka baik-baik saja.

"Mobil aku yang bawa, Hon, aku dinas dulu ya? Kamu hati-hati." Marsha menarik tangan Ashel untuk ikut berjalan ke arah ruang IGD. Sebenarnya Marsha masih penasaran apa yang Chika dan Ara temukan kemarin, sejak semalam, mereka tidak mau bersuara.

ANDAM KARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang