15

3.2K 495 525
                                    

"Gak ada yang angkat." Viny sudah sangat panik karena tidak ada satupun dari mereka yang mengangkat panggilannya, ini sudah lebih dari setengah jam ia mencoba, tidak berhasil sama sekali. 

"Gak akan tersambung, kak." Fiony jadi ingat bagaimana kerasnya usaha yang ia lakukan untuk menghubungi mereka beberapa waktu lalu saat mereka tersesat di hutan.

"Mereka akan terus masuk ke dalam semua ilusi yang Oniel buat, apa yang Oniel ciptakan, itu yang akan terjadi pada mereka." Freya baru selesai memeriksa kamar mereka satu persatu, ia berusaha mencari sesuatu. "Ilusi itu tidak akan bisa dicabut karena mungkin ada pengikatnya, aku lagi cari apa yang Oniel simpan di rumah ini."

"Oniel gak nyimpen apapun." Viny sangat mengetahui itu. "Tapi ada sesuatu yang Oniel berikan pada Marsha, yaitu kalung liontin."

"Itu jawabannya." Freya menjentikan jarinya saat apa yang ia cari sedari tadi akhirnya terjawab. "Kalung itu menjadi penghubung antara Oniel dan mereka, kalung itu juga yang mengikat mereka untuk terus terpengaruh pada semua ilusi yang Oniel ciptakan. Kita harus menyusul mereka. Ayo." Freya berlari karena ia sudah tidak punya waktu lagi. 

"Kamu pulang ke rumah kamu, jangan di sini, ya?" Viny mengusap puncak kepala Greesel sebelum bergerak menyusul Freya dan Fiony yang sudah lebih dulu keluar, ia ikut ke mobil Fiony karena tidak mungkin dalam situasi seperti ini, mereka membawa mobil yang berbeda.

"Kamu ngapain di dalem?" tanya Ara setelah Chika naik ke mobil. Chika meminta untuk mampir sebentar ke rumah sakit entah apa tujuan Chika.

"Maju aja." Chika tidak ingin menjawab, di belakangnya sekarang sudah ada Ratu yang memilih ikut dengannya karena tentu saja Ratu tidak ingin satu mobil dengan orang seperti Marsha. Chika juga sebenarnya bingung apa yang membuat emosi Marsha jadi tidak stabil akhir-akhir ini? Padahal Marsha bukan orang seperti itu.

Sudah satu jam berlalu, seharusnya satu jam lagi sampai, Ara berharap semuanya selesai sebelum matahari tenggelam karena ia khawatir, membaca dari buku itu, sepertinya permainan hanya akan dimulai setelah matahari tenggelam. Ara mengembuskan nafas panjang, mencoba untuk tetap tenang meski tidak bisa. 

"Del." Ashel menggenggam tangan Adel, ia masih sangat berharap hubungannya dengan Adel masih berlanjut, ia tidak sanggup jika harus kehilangan Adel. Namun, Adel tidak menggubrisnya. Adel hanya menatap kosong ke luar jendela. Ashel akhirnya merangkul lengan Adel, menyandarkan kepala di bahunya.

"Kamu pegel? Mau gantian gak, Ca?" tanya Azizi memandangi Marsha yang sedari tadi fokus menyetir, Marsha tidak mengucapkan satu katapun setelah satu jam lebih perjalanan, biasanya selalu saja ada hal ringan yang Marsha ceritakan kepadanya. 

Marsha tidak menjawab, kemampuan menyetirnya sudah jelas lebih baik dari Azizi, ia hanya tidak ingin kehilangan mobil Ara, selain karena ia harus terus berada di sekeliling mereka, ia khawatir sesuatu buruk terjadi pada Chika. Marsha melirik jam yang menunjukan pukul lima sore, seharusnya sebentar lagi sampai, tetapi entah kenapa ia merasa perjalanan masih jauh.

Helaan nafas panjang lolos dari bibir Marsha, kenapa ia tidak bisa tenang sama sekali? Marsha bahkan tidak sanggup berkata sedikitpun, seluruh fokusnya hanya tertuju pada jalan raya dan berusaha mencari jalan dari semua masalah ini. Tidak ada masalah yang tidak memiliki jalan keluar, ia sangat percaya hal itu.

Semuanya ternyata berada di luar dugaan Ara, matahari sudah terbenam, tetapi ia belum menemukan rumah Oniel sama sekali. Sepanjang jalan dipenuhi dengan pepohonan yang sama, garis jalan yang sama bahkan pembatas yang sama percis, hanya sungai yang menjadi oenanda rumah Oniel, sayangnya Ara belum melihat sungai itu.

Mobil Ara tiba-tiba saja terhenti, Ara berusaha menghidupkan kembali mobil itu. Namun, nihil. Ara mengerang kesal ketika sadar bensinnya sudah habis. Ara turun dari mobil, melambaikan tangan hingga tak lama, mobil Marsha berhenti di belakangnya. Ara menggenggam tangan Chika, mengajaknya berjalan ke arah mobil Marsha, ia yakin masih bisa dipaksakan untuk ia dan Chika ikut mobil itu.

ANDAM KARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang