Chika menghentikan mobilnya ketika melihat mobil temannya terparkir di pinggir jalan, ternyata benar dugaannya, mereka tersesat di hutan. Chika segera turun diikuti oleh Ara yang membawa ransel berisi beberapa senter serta persediaan makanan, Chika yang memberikan ide ini karena Chika tidak tau berapa lama mereka akan mencari teman-temannya.
"Mereka ke rumah Oniel kali ya?" Ara mengangkat dagu, menunjuk rumah Oniel yang berada tepat di samping sungai.
Chika menoleh ke arah yang sama, tadi ia tidak melihat ada rumah itu, bagaimana Ara bisa melihatnya? Dan kenapa ia tiba-tiba bisa melihat rumah itu setelah Ara menyadarinya? Chika menatap Ara, apa yang sebenarnya Ara punya dan ia tidak miliki? Kenapa Ara bisa melihat sesuatu yang tidak bisa ia lihat? Bahkan hanya Ara yang membaca buku itu.
"Ayo." Ara membuyarkan lamunan Chika dengan menarik tangannya, ia mengajak Chika berjalan mendekati rumah Oniel.
"Ra, kamu yakin kita bisa percaya sama mereka?" Chika berhenti di anak tangga terakhir, dalam kondisi seperti ini, sulit baginya percaya pada orang asing. Bagaimana jika Indah dan Oniel adalah sumber yang ada di balik kekacauan ini?
"Yakin." Ara melanjutkan langkah, mengetuk pintu rumah Oniel tiga kali sampai pemiliknya keluar, Indah membuka pintu itu. "Maaf mengganggu malam-malam, aku mau cari temen-temen aku, ada?"
"Temen kalian?" Oniel muncul dari ruang tengah, berjalan mendekati Ara dan melebarkan pintu rumah. Pandangannya langsung tertuju pada dua mobil yang parkir di sisi jalan. "Temen kalian gak ada ke sini."
"Tuh kan Ra gak ada." Chika mengeratkan genggaman, ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa panik luar biasa yang menyerang dadanya sekarang.
"Masuk dulu." Oniel mempersilahkan mereka untuk masuk kemudian menutup pintu.
"Tenang dulu bentar ya?" Ara duduk di kursi. "Mereka pasti berenti di depan untuk menemui kalian, mereka ingin mencari pertolongan, tapi-"
"-Tapi mereka gak bisa liat rumah kami." Indah memotong ucapan Ara. "Aku sudah peringatkan kalian untuk kembali!" Indah menghempaskan tubuhnya di kursi. "Kalian sedang berurusan dengan sosok makhluk dari dunia lain, andai saja kalian gak pernah mengambil buku itu, mungkin semuanya gak akan jadi serumit ini."
Chika tidak begitu mendengarkan apa yang Indah katakan, ia tidak bisa berpikir apapun karena tengah merasakan kekhawatiran luar biasa. Chika menggigit jari tangannya sendiri, bagaimana jika sesuatu buruk terjadi? Bagaimana jika perempuan itu menyakiti mereka? Chika tau selemah apa teman-temannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Ara melirik segelas air yang Oniel berikan kepadanya, tidak mungkin ia mau minum air itu, benar apa yang Chika katakan, ia tidak boleh mempercayai siapapun.
"Namanya Mudita Lilakanti, sekitar dua puluh lima tahun lalu dia meninggal dunia saat rumah sakit itu dibangun, dia menolak menjual rumahnya, entah apa yang terjadi, tapi semua keluarganya menghilang dan dia meninggal di rumahnya yang sekarang dipakai sebagai ruang IGD." Oniel sebenarnya ragu menceritakan ini, tetapi jika mereka sudah datang, ia tau mereka sudah tidak sanggup dengan gangguan perempuan itu.
"Dia mengajukan perjanjian, dia akan menjual rumahnya dengan nominal tertentu dan meminta beasiswa kedokteran untuk menjadi dokter di RS itu, tapi ditolak. Selanjutnya, dia ditemukan bunuh diri. Setiap kali ada dokter yang datang dari kota, selalu diganggu sampai dokter itu mengundurkan diri. Jika dokter itu menemukan buku, dia akan mengganggunya sampai dokter itu mati." Penjelasan dari Indah selanjutnya membuat jantung Chika seakan dipukul dengan sangat tajam, meninggalkan sesak di dadanya.
"Ra, ki-kita harus cari mereka, ayo." Chika sampai membuka mulut, memaksakan oksigen masuk ke dadanya untuk meredam sesak tanpa hasil. Chika mulai merasakan lemas, seluruh tenaganya seakan diserap keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDAM KARAM
FanfictionEnam orang dokter ditugaskan bekerja di sebuah daerah terpencil. Di perjalanan, mereka bertemu dengan seorang paranormal. Sejak saat itu, Marsha selalu bermimpi buruk setiap hari, dia bahkan tidak bisa membedakan mana dunia mimpi dan nyata, dia tida...