004

296 25 11
                                    

Minggu yang di jadwalkan tiba. Ini merupakan hari pertama Sahmura bertemu mahasiswa BEM yang menjadi panitia secara menyeluruh. Sebenarnya tidak begitu banyak, tapi bagi Sahmura ini melebihi kapasitas energinya. Sesuai yang di informasikan kemarin bahwa mereka berkumpul di Hall acara untuk rapat sekaligus gladi kotor yang pertama.

Ia memasukin Hall seraya mengedarkan pandangan mencari Dimas, tapi jika tidak menemukan setidaknya ada Maheswara yang menjadi partnernya. Agar ia tidak dikira anak hilang. Ia masih menelisik satu persatu wajah manusia dari jarak jauh untuk mencari, masih tidak berani melangkah jauh.

"Astaga!!" Sahmura terlonjak kaget ketika ia menoleh ke kanan. Ada wajah Haikal yang tiba-tiba muncul sejajar dengan wajahnya dari belakang. Haikal tertawa renyah

"Iiihh, gak lucu tau" Sahmura memukul pelan lengan laki-laki di sampingnya.

"Maaf maaf. Kamu kenapa gak langsung masuk aja?" Haikal mengusap pelan lengan Sahmura.

Ia menggeleng. "Gak ada yang ku kenal. Kak Mahes pun belum datang. Dimas juga gak ada". Ia menoleh lagi sembari mencari Dimas.

"Yaudah yuk, sama aku aja Niskala. Kan udah ada aku yang kamu kenal". Haikal menggandeng tangan Sahmura sambil berjalan ke tengah Hall. Mencari tempat duduk.

Sebenarnya ia masih sedikit canggung ketika Haikal memanggilnya dengan nama depan, bukan nama belakang. Sejak ayahnya meninggal, ia tak pernah lai mendengar nama depanny di panggil oleh orang lain. Bahkan ketika ia bertanya kepada Haikal pun, ia hanya menjawab kalau ia suka dengan namanya

--"Kenapa? Gak suka dipanggil Niskala kah?". Haikal bertanya ketika ia sampai di depan kost Sahmura, setelah mengantar dari perpustakaan.

"Bukan, bukan gak suka. Cuma gak pernah lagi ada yang manggil nama itu kecuali Almarhum ayah". Sahmura sedikit menunduk saat menjelasan.

"Yaudah, mulai sekarang gue— aku panggil kamu Niskala ya. Soalnya namanya cantik kayak yang punya". Semburat merah kembali menjalar di wajahnya.

"Haikal, kalau gak nyaman pakai 'aku' pakai 'gue' aja gak papa. Senyaman kamu, gak harus ngikutin aku". Sahmura menatap Haikal, ia sedikit mendongak untuk menatap wajahnya.

Haikal tersenyum dan menggeleng. "Gak mau, hitung-hitung latihan buat nanti kedepannya". Sahmura memiringkan kepalanya sedikit.

"Latihan? Apa?". Haikal hanya menggeleng. --

Selama ia digandeng Haikal menuju tempat duduk, yang paling heboh adalah Candra dan Panji. Beberapa bulan ini Haikal tidak pernah cerita ia dekat dengan siapapun. Tiba-tiba datang gandeng anak orang.

"Anjir sapa tuh. Cantik banget gilaaa" Panji heboh melihat dari panggung. Erlando hanya menggeleng kepala melihatnya.

"Emang Haikal gak cerita lagi pdkt siapa?" Bang Januar menyaut. Serentak Panji dan Candra menggeleng bersama.

"Wiihh dapet langsung yang bening ya. Hoki mulu tuh anak" Bang Tama ikut menyaut

"Temen Dimas bang, anak Fakultas Pendidikan". Ucapan Erlando membuat mereka terkejut.

"Anjing! Definisi anak pendidikan punya berlian begini cok. Gua mau nyari anak pendidikan juga deh" Bang Ganta ikut menimbrung obrolan.

"Tapi gue gak pernah liat lho anak teknik pacaran sama anak pendidikan. Kayaknya baru dia aja" ucap Bang Tama

Bang Januar menjentikkan jarinya. "Hooh, mana tuh anak kayak kalem, lembut, anggun begitu. Trus ketemu anak teknik macam Haikal. Apa kata dunia?"

Ganta menoyor kepala Januar. "Namanya aja calon guru, kudu kalem, lembut, anggun lah. Bayangin aja anak pendidikan tapi modelnya macam kita? Apa kagak stres muridnya nanti"

NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang