Pagi ini suasananya sedikit berbeda dari biasa. Jam dinding masih menunjukkan pukul empat pagi, tapi ada dua orang yang bolak balik keluar masuk kamar Sahmura. Itu Dimas dan Haikal.
Dini hari tadi Dimas terusik dengan gumaman dan cengkraman tangan Sahmura pada lengannya. Ia bangun mendapati nafas Sahmura menipis, asmanya kabuh tiba-tiba.
Ketika ia akan memberikan inhaler pada Sahmura, Dimas dikejutkan dengan badan Sahmura yang panas tinggi saat ia membantu Sahmura dengan inhaler tersebut.
Dimas langsung bergegas mengambil Nebulizer yang tersimpan di almari. Ia cepat-cepat memasang alat tersebut untuk Sahmura. Kondisinya tidak memungkinkan hanya dengan bantuan inhaler tadi.
Ini yang ditakutkan Dimas tentang kesibukan temannya ini. Apalagi hari ini jadwalnya untuk penilaian praktek mengajar. Tadi malam Sahmura sempat membuka laptop untuk melanjutkan tugasnya tapi hanya sebentar, karena Dimas menyuruhnya istirahat.
Dimas juga beberapa kali mengompres dahi Sahmura yang panas itu, termometer menunjukkan angka 39°. Perasaan Dimas makin tak karuan.
Ketika ia melihat jadwal nya hari ini, ia menyadari kalau ia tak bisa menemani Sahmura. Ini buruk baginya. Buru-buru ia menelpon Haikal untuk datang ke kos Sahmura. Ia tak punya cara lain.
Sejak tadi Haikal memijit kedua telapak kaki Sahmura, masih terasa panas. Nafas Sahmura sudah membaik, tapi masker oksigen masih tetap dipasang. Mata Sahmura begitu sayu dan wajahnya memerah.
Dimas sejak tadi masih berada di dapur untuk memasak bubur. Ia bergegas sebelum pagi datang, karena ia harus kembali ke kosnya pagi ini.
"Kal, makanannya disini ya. Nanti waktu sarapan di angetin di dapur". Dimas meletakan nampan makanan di meja. Haikal hanya berdehem menjawab. Pandangannya tak lepas dari Sahmura dengan tangannya tetap meminjat kaki kekasihnya.
"Ini gak dibawa ke rumah sakit aja?". Terdengar nada khawatir milik Haikal yang sungguh ketara. Saat ia tahu Sahmura demam tinggi, ia langsung melompat dari kasur dan bergegas untuk ke apotek sebelum datang kek kos ini.
"Enggak, dia gak akan mau, kita tunggu besok aja. Hari ini dia ada jadwal penilaian juga, apalagi besok? Kan dia MC"
"Anjir! Lu masih mikirin MC tai itu?" Haikal mendelik mendengar perkataan Dimas.
"Enggak gila! Sahmura kalo denger bakal nolak juga. Makanya gue bilang lihat besok. Moga aja demamnya udah turun"
"Hari ini lu kosong kan?". Haikal kembali mengangguk, padahal sebenarnya hari ini ada dua mata kuliah dan tambah tugas projek. Ia sudah tak memikirkan hal lain melihat kondisi kekasihnya yang cukup memprihatinkan.
Ia jadi merasa bersalah karena sempat kehujanan tempo lalu.
"Setidaknya ada yang nemenin dia selama di kampus"
"Dia beneran bisa? Dia gak mau nyusul penilaian aja?" Haikal kembali bertanya.
Sahmura tiba-tiba menggeleng, ia terbangun sejak tadi. Ia juga mendengar percakapan mereka, ia tak mau menyusul untuk penilaian hari ini. Mencari hari pengganti menurutnya lebih susah dari pada ia memaksakan sedikit kondisi nya hari ini. Sahmura melepas masker oksigennya.
"Jangan dilepas dulu, Mura" Dimas mencegah Sahmura melepas. Tapi Sahmura tetap memaksa melepasnya.
"Gak papa, udah enakan kok". Suara serak itu mendominasi sehingga terdengar kecil.
"Sayang mau makan? Abis itu minum obat" Haikal menawari sambil mengelus tangan hangat itu.
"Nanti aja, aku mau ke kamar mandi". Dimas langsung menoleh ke arah Haikal, mempersilahkan kekasih temannya itu mengantar dan membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala
RomanceSahmura itu sederhana yang dicari Haikal selama ini. Tenang dan nyaman Inilah cerita sederhana dari mereka BxB Hyuckren Hc dom - Rj sub