BAB 9

906 110 46
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30, Dana tak bisa tidur. Dia masih kepo siapa pria yang bersama Naomi.

'Besok dari Probolinggo jam berapa?'

Dana mengirimkan pesan. Dia juga ingin tahu, apakah Naomi sudah tiba di hotel atau belum?
Padahal gadis itu sudah merebahkan dirinya di ranjang.

Naomi : mungkin agak siang. Kenapa?

Dana : Kalo balik malam, aku minta tolong Nesa atau Ica yang jemput Tika.

Naomi : jam 4, InsyaAllah aku uda di daycare.

Dana : bisa telpon?

Naomi tak membalas, dia menghubungi Dana.
Pria ini tersenyum dengan jantung yang berdetak kencang. Dia menghela nafas untuk mengatur si jantung yang ajut ajutan.

"Assalamu'alaikum Sita..." Sambut Dana dengan sedikit gugup, tapi dia berusaha menutupi.

"Walaikumsalam... " Mendengar suara Naomi membuat Dana semriwing. Bukan merinding ada hantu, tapi begitu lah reaksi tubuh si duda.

"Kok kamu yang telpon?" Tanya Dana.

"Lha?! Bukannya mas pengen ngomong lewat telpon?" Naomi balik bertanya.

"Iya, tapi harusnya aku yang telpon." Dana berucap dengan kekeh.

"Sama aja kali mas. Ujung-ujungnya kita telponan kan?" Naomi tertawa lirih.

"Iya juga sich... "

"Kenapa mas telpon? Tika rewel lagi?" Naomi mengkuawatirkan si bocil.

"Nggak. Dia uda tidur."

"Tadi sore jadi ke mall?"

"Nggak. Cuma ke mini market."

"Terus, mas telpon karena apa? Kirain Tika nya kenapa-kenapa..." Tanya Naomi.

"Hmmm. . Itu lho Sita... Aku mau tanya, kenapa baliknya kok siang?
Apa nggak macet?" Tanya Dana dengan suara lembut.

"Soalnya besok pagi harus nemuin pihak keuangan untuk menentukan budget iklan. Kalo deal, langsung teken kontrak..."

"Emang tadi ketemu siapa?" Dana bertanya sambil mendekati inti pertanyaan. Si pria misterius.

"Tadi ketemu staff humas."

"Berapa orang?" Dana bertanya seperti menginterogasi.

"Dari pihak mereka 2 orang. Dari perusahaan ku juga 2 orang." Naomi menjawab santai.

"Dari perusahaanmu siapa aja?" Pertanyaan Dana semakin dekat dengan target.

"Aku sama Raymond."

'O... Namanya Raymond.' kata hati Dana. Perlahan muncul siapa pria misterius itu.

"Berangkat dari Surabaya sama dia?"

"Nggak. Kita berangkat sendiri-sendiri. Soalnya setelah dari Probolinggo, dia masih ke Situbondo." Naomi menjawab.

"Dia marketing di perusahaan mu?"
Si duda semakin kepo dengan si Raymond.

"Bukan."

"Terus, kenapa dia ikut?"
Karena setahu Dana yang kesana kemari marketing atau humas.

"Gini lho mas... Perusahaan kami itu baru merintis.
Raymond ini pemilik sekaligus konsultan advertising.
Dia pintar menganalisa, supaya kita bisa buat iklan sesuai karakter perusahaan dan produk."

"Emang kamu nggak bisa? Kamu kan manager content."
Rasanya Dana tidak rela jika Naomi berduaan dengan Raymond.
Bisa jadi si Raymond ini menaruh hati.

BUKAN TAKUT MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang