Bab 12

718 103 16
                                        

Setelah dari pantai, Naomi dan Dana tidak ada komunikasi lagi. Padahal mereka sama-sama pengen bales-balesan WA atau slip kol seperti anak jaman sekarang.

Akhirnya hari Jum'at karena tak kuat menahan rindu, Dana mengirimkan makanan atau cemilan kepada Naomi di kantor.

'Mas pesen makanan online buat aku?' Naomi mengirimkan pesan.

'Iya. Biar nggak ngantuk.'

Naomi tersenyum membaca pesan dari Dana. Lalu gadis ini menelepon untuk mengucapkan terimakasih.
Tapi tentu saja tidak sebentar, Dana bertanya ini itu dan bercanda agar komunikasi mereka lebih lama.

"Kamu beneran nggak ikut ke vila?" Tanya Dana di sela-sela pembicaraan mereka. Padahal si duda sudah tau jawabannya.

"Aku memang nggak pernah ikut, mas."

"Daripada kamu sendirian di sini, mending ikut, Sita..." Dana mencoba membujuk.

"Nggak papa. Aku uda biasa sendirian."

Berbagai rayuan dan bujukan, tapi Dana tidak bisa merubah keputusan Naomi.
Sebenarnya Naomi juga ingin ikut, agar bisa melihat pria yang menggelitik hatinya beberapa hari terakhir ini.
Tapi dia juga berpikir, akan terasa aneh jika dia tiba-tiba ikut.

Sebagai wanita normal, Naomi sangat senang jika ada lawan jenis yang memberi perhatian kepada dirinya.
Meskipun perhatian bapak Dito sangat berlimpah, tapi tentu saja rasanya berbeda.

Namun Naomi juga tak yakin apa benar Dana memiliki rasa layaknya pria kepada wanita.
Karena Naomi sangat tahu siapa mantan istri Dana yang secara fisik sangat sempurna.
Naomi juga sempat berpikir apa kedekatan mereka hanya untuk mengisi kekosongan saja?

"Dia cantik. Tapi kenapa pisah?" Naomi bicara sendiri saat melihat media sosial Gaby, mantan istri Dana.
Naomi mulai membandingkan dirinya dengan Gaby.

Tak hanya media sosial, Naomi menelusuri apa saja yang berkaitan dengan Gaby.
Mulai dari perusahaan, tempat kuliah, keluarga bahkan teman kantor Gaby pun tak luput dari pencarian Naomi.

Di sisi lain, malam ini semua sepupu Dana berkumpul di rumah Nila untuk membahas acara di villa. Mulai dari menu makan, piket kebersihan, pembagian transportasi dan lainnya.
Setelah semua sudah selesai, mereka berbincang ringan.
Para sepupu pria duduk lesehan di teras sambil merokok.

"Sori, aku baru datang. Gimana rencana vila? Uda beres?" Tanya Vasco.

"Beres... " Jawab mereka hampir kompak.

"Tika dimana kak?" Tanya Vasco kepada Dana.

"Ada di dalam. Lagi main sama yang lain."

"O... Kirain di rumah tante Linda... "

"Kalo lagi ngumpul gini, pasti Tika aku ajak. Dia seneng main sama sodaranya.
Soalnya kalo di rumah sepi. Cuma berduaan aja."
Memang itulah yang Dana dan Tika rasakan setelah pulang dari rumah mamanya.

"Kak Dana nggak pengen cari pengganti emaknya Tika? Biar rumah kak Dana makin rame...." Tanya Valdi.

"Iya kak... Kasian si Tika. Mumpung kecil gini, adaptasi nya nggak ribet." Sahut Juna.

"Dia nggak mau." Dimas yang menjawab.

"Kok kak Dimas tau?" Tanya Juna.

"Abis ada kabar dia pisah, kebetulan aku ada bisnis trip ke tempat kak Dana. Dia sempat curhat dikit.
Kata kak Dana, males mikir nikah lagi. Fokus nabung buat anak aja. " Dimas seolah meniru kalimat yang di ucapkan Dana kala itu.
Memang setelah cerai, Dana tak langsung pindah. Dia menunggu proses mutasi, menunggu divisi yang kosong. Dan Dimas sebagai suplier hotel, sempat beberapa kali bertemu dengan Dana.

BUKAN TAKUT MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang