Bab 3

654 68 20
                                    

"Oh... Itu istrinya Iqbal." Ujar Dana santai. Dia melirik sesaat ke istrinya lalu melihat ke arah TV lagi.

"Iqbal siapa? Ngapain transfer ke rekening Istrinya? Terus, tumben transfer nya nggak di kasih catatan?"  Gaby mencecar suaminya dengan pertanyaan.

"Iqbal itu orang kantor.
Beda divisi, tapi masih 1 lantai." Dana memberi jeda sejenak.

"Dia minjem, soalnya mertuanya kecelakaan. Dia nggak punya simpanan darurat.
Awalnya dia pinjem ke koperasi, tapi nggak di acc saat itu juga, yang antri pinjaman ternyata banyak.
Jadilah dia pinjem ke aku. Dia pinjem 2 kali.
Baru minggu kemarin dia balikin duitnya, soalnya uda dapat pinjaman dari koperasi." Lanjut Dana.

"Terus kenapa nggak di kasih catatan?" Tanya Gaby lagi.

"Ngapain di kasih note? Waktu proses transfer, Iqbal nya di depanku, aku cuma tunjukin aja bukti transfernya.
Masak aku harus tulis, 'hutang Iqbal?'
Kan kasian Gab.... " Dana memberikan alasan.

Gaby memeriksa mutasi rekening suaminya lagi, ia menemukan uang masuk dengan total yang benar di sebutkan suaminya tadi.

Beberapa saat mengutak-atik ponsel suaminya, Gaby lelah sendiri. Karena ia tak menemukan kejanggalan sama sekali.

Keesokan harinya, saat Gaby sedang fokus dengan pekerjaannya, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ternyata mantan atasannya.

Dulu, saat awal bekerja di perusahaan ini, Gaby melamar sebagai marketing officer. Lalu di mutasi ke bagian keuangan, itupun setelah melewati test dan interview juga.

"Kamu sibuk nggak?" Tanya pria yang bernama Fandi. Kepala nya menyembul di depan kubikel Gaby.

"Hm... Ya nggak terlalu sich pak. Ada apa?" Tanya Gaby melihat Fandi.

"Ini lho, perusahaan Aku Express, 2 bulan lagi kontraknya uda habis.
Aku uda tanya ke marketing, apa mereka perpanjangan atau nggak?
Kata Zia, dia uda WA dan telpon, tapi nggak di respon.
Kalo perpanjang lagi, kan lumayan, Gab."

"Lalu?" Tanya Gaby.

"Awal kontrak, masuknya kan lewat kamu.
Nah, aku minta tolong, kamu follow up mereka ya?
Kalo bisa ya di perpanjang."

"Itu kan bukan tugasku lagi pak. Semuanya uda aku alihkan ke Zia."

"Iya bener. Tapi ternyata sampe sekarang ga ada respon. Kita bingung mau follow up lewat mana?" Ujar Fandi dengan nada putus asa.

"Jadi, aku minta tolong sama kamu. Mungkin kalo sama kamu, dia bisa nyambung.
Ini juga demi income perusahaan." Lanjut Fandi dengan nada memohon, wajahnya juga melas.

"Terus aku dapat apa?" Tanya Gaby. Tentu dia tau, untuk perpanjang kontrak harus nya dia juga dapat komisi.

"Gampang, ntar ada itungannya." Kata Fandi dengan tersenyum. Dari pertanyaan Gaby, kemungkinan besar wanita ini yang akan turun tangan.

"Ok. Deal!" Jawab Gaby dengan tegas.

"Tolong salinan kontrak kirim ke saya ya pak." Lanjut Gaby.

"Siap, Gab. Makasih ya... . " Ujar Fandi. Lalu pria ini meninggalkan meja Gaby.

Dalam hitungan menit, Gaby sudah mendapatkan softcopy kontrak.
Gaby membuka ponselnya, dia mencari siapa PIC Aku Express. Untung nya dia masih menyimpan seluruh nomor ponsel kliennya.

"Oh... Pak Bagus... " Gaby menggumam dan menggangguk.

Lalu Gaby melanjutkan pekerjaan utamanya lebih dulu.
Tak lama kemudian Gaby mengirimkan pesan ke Pak Bagus. Sebenarnya dia ingin menelepon secara langsung, tapi dia kuatir mengganggu.

BUKAN TAKUT MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang