Bab 10

1.8K 124 40
                                    

Setelah menjemput Tika di rumah Naomi, Dana langsung ke rumah Angga.

"Juna kemana om? Tadi aku WA, katanya mau kesini...." Ujar Dana saat dia dan anaknya baru tiba di rumah Angga.
Si Tika uda langsung berbaur dengan anak Juna, Nirmala.

"Iya, tadi dia kesini. Tapi sekarang di suruh bubu nya beli tepung di toko depan, samaTantra."

"Emang kalian janjian mau kemana?" Tanya Angga.

"Nggak kemana-mana.
Aku kesini mau tanya ke Ica, hitungan over time Tika gimana?
Soalnya, selama papa umroh, aku jemput nya malem, Om.... "

Memang peraturan daycare, jika menjemput di luar batas waktu penjemputan, akan di kenakan biaya over time. Dan hitungan nya, tiap jam.

"Iya sich...Kalo masalah daycare tanya ke Ica." Begitu kata Angga.

"Tante Nara kemana?" Tanya Dana, karena rumah ini terlihat sepi.

"Nganter pastel tutup ke eyang bunda sama Ica..."
Meskipun bukan mertuanya secara langsung, Nara memang sayang kepada bunda. Dan ia seolah memberi contoh kepada menantunya.

"Hm... Om... Aku mau tanya."

Mumpung tidak ada tante dan sepupunya, Dana merasa punya kesempatan untuk mengungkapkan uneg-uneg nya ke om Angga yang mantan duda.
Meskipun papanya juga duda, tapi permasalahannya beda.

"Dulu, om memutuskan nikah lagi itu gimana?
Maksudnya, setelah pisah dengan mantan, terus nikah lagi, meyakinkan diri bahwa 'ini adalah pernikahan ku yang terakhir.'... Itu gimana? Apa om nggak takut gagal lagi?" Dana ingin tahu dari orang yang telah memiliki pengalaman.

"Saat kita memutuskan nikah dengan seseorang, kita harus terima kekurangannya.
Kesalahan atau kekurangan, harusnya di komunikasi kan lalu dibenahi sama-sama.

Jadi, kamu jangan menyalahkan diri sendiri dan jangan minder.
Kegagalan yang dulu, bukan salah mu." Angga memberi jeda sesaat.

"Dulu untuk lanjut ke pernikahan, om memang agak minder dengan status duda.
Tapi ya... Mungkin uda jodoh, Alhamdulillah tantemu bersedia......

Kata dia, soalnya om punya banyak kos, jadi dia mau .. " Ujar Angga dengan candaan. Dana pun ikut tertawa.

"Apa sekarang uda ada calon mamanya Tika?" Tanya Angga setelah tawa mereka reda.

"Hm... Sebenarnya pengen deketin sich om...., tapi dia terlalu sempurna.
Dari segi financial dan pendidikan, dia sempurna banget... Dia juga good looking....
Aku bingung, baiknya gimana ya om?" Dana minta saran.

"Dia tahu kalo kamu duda dan punya anak?" Tanya Angga, dan dijawab anggukan lemah oleh Dana.

"Dia uda pernah nikah?" Tanya Angga lagi.

"Belum, om.... "

Angga menghembuskan nafas nya secara kasar.
Karena Dana tadi menyebutkan bahwa wanita ini sempurna dari segi financial dan pendidikan, sehingga Angga menyimpulkan bahwa wanita incaran Dana dari keluarga kelas ekonomi menengah ke atas.
Rasanya berat harus menaklukkan hati seorang gadis, apalagi keluarganya yang sepertinya tidak kekurangan.

"Tapi, kalo nggak dideketin, ntar nyesel lho Dan....
Siapa tahu dia punya rasa yang sama." Angga memberi semangat.

"Om Angga jangan cerita masalah ini ke tante atau yang lain ya Om...
Soalnya belum pasti juga....." Dana seperti memohon kepada om nya.

"Iya.... "

'Tapi kalo ke tantemu, aku nggak janji, ya Dan....
Soalnya kadang keceplosan, dan dia pinter mancing.... ' lanjut Angga dalam hati.

BUKAN TAKUT MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang