Bab 19 : Pay the Price

370 53 120
                                    

API dari sebatang menorah bercabang sembilan berpendar di meja rias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

API dari sebatang menorah bercabang sembilan berpendar di meja rias. Seperti telah menyala begitu lama, kedelapan sumbunya mulai memendek, berkedip-kedip lalu mati. Kaki dian emas itu sedikit lagi kehilangan pelitanya. Hanya tersisa satu jam untuk lilin terakhirnya.

Di ranjang mahogani yang tinggi, penuh dengan tumpukan bantal, berbaringlah seorang gadis—wanita yang masih sangat muda, dengan kecantikan yang luar biasa. Michael langsung mengenalinya, Lilith Lamia.

Alangkah manisnya dia, gadis berambut merah panjang dengan rona merah di kedua belah pipinya. Namun dia terlihat sangat lemah, ekspresi wajahnya juga terlihat resah. Matanya yang besar, berkilauan dengan sorot sedih dan ketakutan.

Saat Michael melihat Lily, seluruh kegembiraan, ketegangan dan ketidakyakinan bercampur aduk dalam dirinya. Ia sedang mengorek ingatan Lily. Apa yang sedang dilihatnya sekarang adalah gambaran kabur dari memori yang tertinggal di benaknya.

Namun, meski ini hanya penampakan singkat dari masa lalu Lily. Apa yang telah membuat gadis itu gelisah, justru membuat Michael bertanya-tanya. Saat ini, gadis itu sedang menarik dirinya ke dalam bantal, di tempat tidurnya yang luar biasa nyaman, dengan kasur bulu angsa yang besar di bawahnya.

Namun kelihatannya, Lily tidak bisa tidur. Tubuhnya meringkuk seperti janin dalam kandungan, seakan hendak menutupi kegelisahannya. Dia makin terperenyak ke dalam bantal. Michael menatap sosok Lily yang kurus dan kulitnya yang pucat, membuatnya terlihat menyedihkan.

Michael hendak membelai wajah Lily dan bertanya, 'kamu kenapa?' Tapi, ini hanyalah kilasan, semacam komunikasi waktu yang tak nyata. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain memperhatikan dengan seksama.

Tak lama, Lily merentangkan satu tangannya yang ringkih, lalu menghapus butiran air matanya yang mulai menggenang. Menyibak rambut merah panjangnya yang lembab dari wajahnya, membiarkan desir angin menghambur pada sela kulitnya yang lengket.

Dia mencoba menghirup udara malam yang menyejukkan dan melupakan masa yang mati-matian ia coba abaikan sepanjang tahun, untuk kembali berpikir rasional. Tapi kata-kata Lord Dracula terngiang-ngiang di kepalanya. Tak terlupakan, menakutkan hingga mengakibatkan kerusakan mental yang besar dan paten pada dirinya.

"Serigala terkutuk itu sudah tertangkap. Tinggal menunggu hari untuk menjagal kepalanya."

"Lalu dengan bangga, aku akan menghidangkannya di atas nampan sebagai menu utama perjamuan makan malam di hari kau dinobatkan sebagai Ratu."

Lily menahan rasa gemetarnya. Dia merasa ada asam yang naik ke kerongkongannya, sehingga dia pikir dia akan muntah kapan saja. Membayangkan hari dimana dia akan diangkat menjadi ratu bukanlah hal yang menggembirakannya. Justru itu menyakitinya, mengulitinya hidup-hidup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIS BLOODY BRIDE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang