Bab 9 : Rise of Red Dragon

487 257 297
                                    

SENJA—Hamburan warna merah jingga menggores langit semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SENJA—Hamburan warna merah jingga menggores langit semesta. Membuka lebar gerbang pemisah dunia tak kasat mata. Bebaskan berlaskar-laskar makhluk astral, sosok gaib yang penuh dengan tipu daya.

Hawa dingin menjalar dari kepala hingga ke tulang belakangnya, bagai aliran listrik yang menyetrum sekujur tubuhnya. Bonita semakin merapatkan mantelnya, membungkus rapat tubuhnya.

Lereng landai pegunungan Carpathia sungguh curam dan licin oleh lumpur. Bonita mulai kehabisan kesabaran saat melewati lereng berlumpur itu. Dialihkannya pandangannya ke arah desa yang terbentang di kaki gunung.

Memperkuat hasrat untuk tiba ke Bran Castle sebelum malam. Langkah kakinya semakin ia percepat. Cepat dan cepat! Tak lagi peduli dengan serasah dedaunan kering dan sulur-sulur benalu layu yang terinjak telapak kakinya.

Matanya memicing, memusatkan pikirannya pada satu titik. Mantra lagi-lagi terapal dari bibirnya.

Dalam satu detik udara disekitarnya bertransformasi menjadi tiupan angin kencang. Seolah menghambur kearahnya. Menjadikan tubuhnya melesat, membumbung tinggi ke udara bagai elang yang menukik tajam.

Tanpa ia sadari sekawanan burung gagak ikut terhempas olehnya, terbawa arus pusaran angin. Membuat kepakan sayap mereka menabrak pundak Bonita, menggores luka di pelipisnya. Mengalirkan bulir-bulir zat merah pekat ke wajahnya.

"Sabar! Bonita kamu harus bersabar. Kendalikan emosimu!" Bonita berkata-kata pada dirinya sendiri sambil mendesis.

Sebab ia tahu goresan kecil seperti itu tiada artinya bagi vampir kelas atas sepertinya. Tubuhnya dirancang untuk beregenerasi secara cepat bila ada yang terluka.

Jemari kurus dan lentiknya menyeka luka sayatan itu dari pelipisnya. Dan seketika lukanya telah hilang tak berbekas.

Perjalanan ke istana Dracula memang memakan banyak waktu. Namun tak akan lama bila Bonita sudah menggunakan ilmu sapu angin miliknya.

 Namun tak akan lama bila Bonita sudah menggunakan ilmu sapu angin miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SANDYAKALA—Ketika cahaya mentari yang terang itu mulai pudar meredup. Semua yang putih tampak mulai memerah.

Pemandangan yang sudah tak asing lagi bagi Bonita, telah nampak di pelupuk matanya.

HIS BLOODY BRIDE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang