Bab 3 : Enchanted

456 279 62
                                    

Damon The Bloody POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Damon The Bloody POV

20 Years Later (June 18, 1465)


KELABU pagi hari telah berlalu, dan mentari sudah tinggi di atas cakrawala yang jauh dan menimbulkan rasa menyengat pada kulit. Wajar saja, karena saat ini adalah musim panas. Namun hal itu tidak menjadi masalah bagiku untuk pergi berburu babi hutan hari ini.

Ya, ini sudah menjadi kebiasaan bagiku untuk berburu hewan liar di hutan untuk menjadi makan siangku. Terkadang aku bosan hanya meminum darah manusia yang menimbulkan rasa aneh pada lidahku, yang meskipun bukan berarti tak enak.

Aku hanya minum beberapa gelas darah manusia, tidak lebih. Itu kulakukan sebagai kebutuhan primerku untuk bertahan hidup. Kadang terpikir olehku apakah aku ini benar-benar seorang vampir?

Di dalam hutan belukar, pohon-pohon pinus tumbuh berserakan di sisi-sisi bukit, seperti nyala lidah api, diselingi bukit-bukit terjal disana-sini. Dan sekarang, aku baru saja mendapatkan buruanku.

"Binggo !!! "

Hari ini aku tak perlu meminum darah anyir itu lagi sebagai makan siangku. Aneh bukan? Seorang vampir yang pergi berburu babi hutan di siang bolong tanpa takut terbakar sinar matahari dan berubah menjadi abu tertiup angin?

Haahh... Anggap saja aku sedikit berbeda dari para vampir lain. Yang mungkin membuat diriku menjadi istimewa menurutku. Tapi aku tidak tau tentang bagaimana pandangan mereka kalau mengetahuinya. Untuk itu aku merahasiakannya dari semua orang, termasuk ibuku sendiri, Beatrice.

Di hutan belukar ini tidak hanya dihuni oleh binatang-binatang liar saja, terhampar tanah hijau yang melandai. Di atasnya tumbuh banyak pohon buah-buahan seperti apel, prem, pir dan ceri. Semuanya sedang berbunga.

Ada juga rumah-rumah petani yang dibangun menghadap jalan. Dan terlihat beberapa rumah-rumah penduduk yang semakin bertambah banyak saja. Jalannya berkelok-kelok dan berbatu-batu melewati celah-celah bukit hijau, di daerah yang para manusia itu namai dengan Mittel Land.

 Jalannya berkelok-kelok dan berbatu-batu melewati celah-celah bukit hijau, di daerah yang para manusia itu namai dengan Mittel Land

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kenyang menyantap hasil buruanku, aku berniat untuk bergegas pulang ke Bran Castle, istana tempat tinggal Count Dracula. Aku berlari menerobos lebatnya hutan Carpathia menuju ke pedesaan, daerah pemukiman penduduk yang terletak di tepi hutan Carpathia yang disebut Mittel Land itu.

"Nah... Itu dia jalan raya yang tampak meliuk seperti ular !!"

Di setiap sisi jalan di tumbuhi pohon rotan yang setiap ujung dahannya berubah menjadi emas kecoklatan akibat terpapar cahaya matahari musim panas yang menembus dahan-dahan pohon.

Aku memejamkan mata sejenak dan menghirup aroma hujan yang turun kemarin malam. Tapi beberapa menit kemudian telingaku mendengar suara tapal kuda dan suara lecutan cambuk yang berasal dari kusir kereta kuda.

Sontak aku membuka kembali kedua mataku yang terpejam dan bersembunyi di balik pohon sambil terus mengamati. Kereta itu bergerak cepat, tampaknya si pengemudi bertekad untuk secepatnya tiba ke suatu tempat.

Sekilas namun jelas, aku dapat melihat jendela kereta kuda itu terbuka dan seorang wanita muda berambut merah melongok keluar dari balik kereta kudanya. Cahaya matahari menembus masuk ke kereta kudanya, yang menimbulkan pemandangan indah bak seorang bidadari yang tak pernah kulihat sebelumnya.

Ditambah lagi hembusan angin kencang yang berhembus kearahnya membuat aroma tubuhnya semerbak menerpaku bagaikan aprodisiak. Tidak ada parfum atau wewangian apapun yang bisa membuatku gila seperti ini.

"Apa ini? Kenapa aroma tubuhnya membuatku menjadi liar begini?"

Rasanya aku ingin merobek pakaiannya dan membuat dirinya telanjang sehingga saat itu aku bisa dengan bebas menghirup aroma yang ada di seluruh tubuhnya.

Seberkas cahaya muncul di rambut ikalnya yang merah darah itu. Cahaya itu membuat rambutnya terlihat seperti terbakar. Bagaikan api... ya api asmara. Api yang membuatku terbakar oleh nafsu birahi dan akhirnya menjadikanku lenyap bagai abu, hanya dengan melihatmu, sayangku.

"Apa yang kau lakukan padaku?"

"Apakah ini lelucon bagimu?"

Melihatku tersiksa seperti ini membuatmu tersenyum licik.

"Hah... Sialan!"

Neraka sudah menjadi rumahku seumur hidup. Dan sekarang tepat di depan mataku ini, aku bisa merasakan Surga. Mungkin lebih tepatnya, Surga Dunia.

Sepasang mata golden brown tampak berkilauan ditimpa sinar matahari. Siapakah gadis itu?

Matanya seolah menyihirku, begitu indah bagaikan seni yang tak bisa kugambarkan. Mungkin, mungkin bisa... Itu seperti lukisan Yunani kuno, terlihat begitu murni dalam tubuh telanjangnya.

Terlihat begitu mempesona secara seksual. Begitu tajam dan jahat tatapan mata itu yang dibingkai dengan eyeliner coklat bagaikan mata kucing liar yang terus mengintaiku sampai mati.

"Oh God... Kenapa malam begitu lama? Sungguh ini benar-benar menyiksaku."

Pikiranku menjadi gila, hanya ingin menculik dan membawamu ke dalam pelukanku kemudian melahapmu di kegelapan malam.

Biarpun engkau berteriak dan memohon kepadaku untuk berhenti, aku tetap tidak akan. Aku tidak akan pernah berhenti untuk mencumbu dan menidurimu, sayangku.

Aku, Damon The Bloody yang tak pernah sekalipun terpesona oleh wanita. Mulai sekarang, aku telah ditaklukan oleh seorang gadis manusia tak dikenal, yang baru saja kutemui sekilas di kereta kuda yang ia duduki. Bergegas cepat dibawah terpaan cahaya mentari seolah membuat rambut merahnya berkobar-kobar bagaikan api.

Disini aku, dibalik kegelapan melihatmu, dari balik bayang-bayang hutan belantara. Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi. Aku berjanji.

・:*✿*:・:*✿*:・:*✿*:・:*✿*:・:*✿*:・

Selasa, 8 Febuari 2022
Estefania Graciela

・:*✿*:・:*✿*:・:*✿*:・:*✿*:・:*✿*:・

HIS BLOODY BRIDE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang