Title :: Angry.Tags :: BxB, Mature(?) content, Harshword, Violence
Character in this chapter ::
- Rion Kenzo
- Caine Chana
- Mako Navarro--| ⚠️ |--
Suara ketukan meja terdengar mengintimidasi pemuda bersurai merah itu. Kepalanya sedikit menunduk, menghindari tatapan tajam dari sang kepala rumah tangga.
"Jelasin Caine, siapa perempuan ini?" Tanya kepala kelurga yang sedang duduk di kursinya, sembari melemparkan sebuah foto ke atas meja.
Caine menahan nafasnya sebentar saat melihat foto dirinya dan seorang gadis sedang berpelukan, "dia Amy, salah satu anak BO, Rion. Aku sama dia saat itu lagi, um, bisa dibilang ngedate.."
Rion mendengar itu mengepalkan tangannya kesal, "siapa yang ngijinin kamu ngedate sama cewe, Caine?"
Mendengar itu, Caine menggeleng pelan, "ga ada, tapi aku ngedeketin dia cuma karena aku butuh bantuan dia. Ga lebih dari itu Rion."
Rion tidak menjawab dan lebih memilih berdiri, berjalan mendekati Caine dengan perlahan, namun dapat membuat hati pemuda bersurai merah itu gelisah.
Kaki Caine tergerak untuk mundur beberapa langkah, "Rion..?"
"Terus? Kenapa pelukan? Mau alasan apa lagi Caine?" Rion mencengkram pergelangan tangan Caine dengan kuat, mata nya memancarkan emosi.
"Itu Amy ga sengaja kesandung, trus saat dia mau- akhh! Rion! Lepasin tangan aku."
Rion mencengkram tangan Caine erat, membuat Caine sedikit memekik kesakitan.
Tangan Rion yang lain mencengkram rahang milik Caine, "sampe kapan, Caine? Sampe kapan kamu selalu dekat dengan orang lain dengan alasan itu?"
"Sakit Rion, lepasin.." Caine memegang tangan Rion, berharap cengkraman di rahangnya akan dilepaskan.
"Kemaren sama Makomi udah dua kali ketahuan, sekarang sama si amy amy ini. Aku ga bisa sabar terus Caine ngadepin sikap kamu ini."
Setelah mengatakan itu, Rion melepaskan cengkraman nya di rahang milik Caine. Laki-laki bersurai ungu itu menyeret Caine, keluar dari ruangan kerja miliknya dan pergi ke kamar.
Saat itu, kebetulan juga rumah sepi karena anak-anak sudah diintruksikan oleh Rion untuk tidak pulang dulu.
Rion menarik tubuh Caine dan melemparkannya ke atas kasur.
Caine dapat melihat Rion membuka vest miliknya, lalu berjalan mendekat.
"Mau apa, Rion?!" Caine menggerakkan badannya untuk mundur hingga tersudut di dinding. Pupil mata Caine sedikit bergetar takut.
"Kenapa takut Caine? Kamu pengen liat aku marah kan?" Rion menarik kaki Caine hingga pemuda itu terlentang di atas kasur. Rion segera menindih tubuh Caine, dan mencekik leher pemuda dibawahnya.
Caine menggenggam pergelangan tangan Rion, matanya menatap Rion shock. "U-ugh! A-aku gabisa napas Rion.. uhuk! Sorry, Rion.. Uhuk!"
Rion tidak membalas dan semakin menguatkan cekikannya. Mata Caine sedikit mengeluarkan air mata, ia berusaha melepaskan tangan Rion dari lehernya.
Setelah beberapa saat, Rion baru menyadari bahwa pemuda dibawahnya hampir kehilangan kesadaran. Rion lalu melepaskan cekikannya, membuat Caine meraup udara banyak-banyak.
Tangan Caine memegangi lehernya sendiri, mulutnya terbuka untuk mengambil oksigen. Rion melihat itu segera mendekatkan wajahnya, dia menarik rambut Caine, lalu mencium pemuda dihadapannya.
Caine cukup terkejut dengan aksi Rion yang sangat tiba-tiba menciumnya. Caine tidak menyukai ciuman ini, ini terlalu kasar dan menuntut.
Rion menggigit bibir bawah Caine hingga terluka, membuat Caine secara tidak sadar membuka mulutnya. Rion tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan segera melesatkan lidahnya masuk, memperdalam ciumannya.
"Emh-" Caine memukul punggung Rion, mengisyaratkan bahwa ia telah kehabisan oksigen lagi.
Mendapatkan isyarat itu, Rion dengan terpaksa menyudahi aksi aksinya. Matanya menatap Caine yang sedang mengambil oksigen.
Caine menyadari tatapan dari Rion, lalu menggeleng pelan, tatapan penuh nafsu dan emosi yang tercampur menjadi satu, itu sangat cukup untuk membuat Caine menggeleng takut sekarang.
Rion tersenyum remeh, lalu menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari-jari tangannya.
"It's your punishment, Caine Chana." Ucap Rion dengan suara berat yang sedikit serak.
---
"Ungh! Rion! S-stop! So hurt.."
Caine terlihat kacau dibawah Rion, tubuhnya penuh dengan bercak merah, dan ada beberapa yang sudah mulai terlihat ungu. Permainan Rion benar-benar tidak beraturan dan sangat kasar mulai dari dua jam terakhir mereka memulainya.
Nafas Rion sendiri memburu, dia tersenyum puas. Dia melihat Caine yang sudah mulai mencapai batasnya. Rion segera menampar pipi Caine pelan.
"Don't sleep, and.. just moan my name, babe.."
Caine mengeluarkan air matanya lagi, tenggorokan nya sangat sakit karena terus mengeluarkan suara-suara laknat itu.
"So fucking deep, Rion.. angh~!"
Rion menghentakkan miliknya semakin dalam, dia semakin mempercepat gerakannya.
"Akh! Fuck you, Rion!"
Rion yang mendengar itu hanya bisa tertawa kecil.
---
Tok- tok- tok-
"Mami, Papi? Kalian sudah bangun? Ayo sarapan." Panggil seseorang dari luar kamar Rion dan Caine.
Caine yang mendengar itu segera terbangun, dan menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi.
"Ugh- Mako? Nanti aku sama Rion nyusul, kalian makan duluan aja." Sahut Caine tanpa turun dari kasur.
Caine merasakan ada tangan melingkar di pinggangnya, lalu menengok ke samping.
Pemuda bersurai merah itu dapat melihat Rion yang sudah terbangun dengan wajah berseri-seri yang menyebalkan.
"Lepaskan tanganmu dariku." Caine berucap sebal sembari menghempaskan tangan Rion dari pinggang nya.
"Masih mau ketemuan sama orang lain dibelakang aku?" Tanya Rion sembari tersenyum remeh.
Bhuk!
Caine melempar bantal ke arah wajah Rion. Wajah nya benar-benar sangat menyebalkan di penglihatan Caine.
"Iya-iya ngga lagi!"
# END #
Watdepak sekli chapter kali ini, ak gtw ngetik apaan ini, mengalir begitu saja T^T
Tolonk dimaklumi jika chapter kali ini sangat krinj, T^T
Don't forget to Vote and Comment yawrr,
KAMU SEDANG MEMBACA
TNF oneshot
Random🤭🤟 jangan lupa vote dan komennya yawrr! warn-! - kata-kata kasar - typo - bxb/gxg/bxg - krinj, dll