Dibenturkan dari segala sisi. Lio tak mengingat bagaimana awalnya, dia hanya melihat tatapan aneh Emily pada sopir, lalu setelahnya terjadi begitu saja. Sakitnya tak bisa dijabarkan. Ketika mobilnya sudah berhenti, Lio hanya merasa nyawanya sudah berada di tenggorokan, seluruh tubuhnya serasa remuk. Darah mengalir di mana-mana, tetapi ketika Lio sudah tak bisa lagi menggapai kehidupan, ada suara yang seolah mengajaknya untuk kembali membuka mata. Terlebih ketika sayup-sayup tatanan katanya terekam dalam otak Lio.
"Aku mencintaimu, Lio ...."
Aku mencintaimu, Lio. Aku mencintaimu, Lio. Kalimat itu terus terulang dan mendengung di pendengarannya selama beberapa saat. Padahal, Lio sudah terasa tuli sebab sakit yang menjalar, tetapi kalimat dari suara teduh itu mampu membuat Lio untuk menjeda rasa sakit itu meski sedetik. Lio sungguh tak bisa lagi membuka mata dan menatap sumber suara. Namun, seluruh kekuatannya dikerahkan untuk itu.
"Emil ...," gumamnya begitu lirih, matanya lalu perlahan terbuka. Wajah Emily mulai memenuhi pandangan Lio meksipun buram, perempuan itu menangis. Pada wajahnya sudah tercampur tangisan darah.
Sekali lagi Emily mengecap kalimat itu. "Lio, aku juga mencintaimu."
Kedua sudut bibir Lio terangkat, matanya pun kembali tedup, sebentar lagi tertutup dan padam. Namun, sebelum itu dia masih mencoba menggunakan sederet kalimat sebagai kata perpisahan pada perempuan yang dicintainya itu. "Aku senang mengetahui bahwa kau juga mencintaiku, Emil. Meksipun setelah ini, kematian telah menungguku, kematian keduaku yang sesungguhnya bersama tubuh Harold."
Memang demikian, bagaimana kenyataannya bahwa dia tak bisa kembali pada tubuh aslinya sebab cinta Emily mengikat jiwanya dengan tubuh Harold, Lio tetap berbahagia mengetahui cintanya terbalaskan. Sungguh menyenangkan mengetahui cinta itu akhirnya tak bertepuk sebelah tangan, tetapi juga sungguh menyakitkan bahwa setelah ini tak ada kesempatan untuk merayakannya.
Belum sempat mata Lio terpejam sempurna, Emily kembali melanjutkan kalimatnya. "Aku mencintai Benvolio, bukan Harold Nevinson. Aku jatuh cinta pada jiwa yang tak bertubuh. Kini, tak ada yang menghalangi jiwamu untuk terbebas, Lio. Keluarlah mencari kehidupanmu yang seutuhnya. Jika bertemu kembali, aku menyukai wangi lavender, kenali aku lewat itu. Datangi aku sebagai Lio, meksipun dengan memori yang telah kosong."
Kalimat itu rupanya masih punya ruang untuk membumi, padahal Emily pun merasakan sakit bukan main. Emily mengira dia memang masih cukup kuat, tetapi ketika melihat Lio yang tak lagi menatapnya meski sedikit, Emily tak lagi bisa menahan sakitnya. Rupanya bukan dia yang masih kuat, cinta yang menguatkannya.
Tanpa Emily sadari, sebelum tak sadarkan diri dalam harapan yang pasrah akan takdir selanjutnya-entah dia mati sungguhan atau berhasil kembali ke tubuh aslinya karena Emily sudah mengulang kalimatnya, bahwa yang dicintainya memanglah Lio, bukan Harold-Lio sempat memikirkan dua hal. Dengan angan jika dia diberi kesempatan hidup lagi, dua hal itu terlintas meski sekali dalam pikirannya.
Emily dan Lavender. Emily dan Lavender. Emily dan Lavender. Tolong, Lio, jika kau terbangun kembali, ingatlah dua hal itu. Jangan biarkan dia menunggu terlalu lama. Usai kalimat itu melayang dalam pikirannya, seluruh tubuhnya terasa melayu.
Demi apa pun, Emily bersumpah telah melihat cahaya putih sekilas yang keluar dari tubuh Harold di hadapannya. Dia berkata dalam hati, Apa itu kau, Lio? Selamat mengarungi kehidupan aslimu lagi. Tepat selesai mengatakan itu, Emily sayup-sayup mendengar banyak derap langkah dan sirene ambulans. Emily pun mengenali beberapa suara yang terdengar histeris, ada Armand dan Agler, juga Alma. Setelah itu, Emily tak lagi mendengar apa-apa, semuanya mendadak hitam. Hal terakhir yang terlintas di ujung matanya yang tertutup, adalah wajah mayat di peti mati itu. Wajah asli Benvolio yang manis dengan kulit hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration of Old Husbands [TERBIT]
FantasyJuara🥇 dalam Event Adu Jotos Batch 5 bersama HWC Publisher [Belum Revisi] Setelah meregang nyawa, jiwa Lio kembali terbangun di sosok pria tua bernama Harold dengan segala kekayaannya yang akan melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis belia. L...