27. Dejavu di Antara Mimpi

47 6 0
                                    

"Tolong, aku kecelakaan!" Suara itu memekik hingga si pemiliknya kembali membuka mata dan menelusuri seluruh tubuhnya yang justru baik-baik saja, tak ada darah yang mengalir atau sekadar lebam. Pakaiannya pun tiba-tiba menjadi lebih bagus, kemudian yang paling mencengangkannya lagi dia terbangun di antara kelopak bunga mawar. "Apa yang terjadi?" Sosok itu bertanya-tanya sembari mengernyit. Namun, dia semakin terkejut mendapati seorang gadis cantik di sampingnya.

Gadis tersenyum kepadanya, tubuhnya yang dibungkus gaun putih yang bercahaya itu sedikit menunduk tanda penghormatan. Seseorang yang masih tertegun itu lalu mencoba bangkit, sembari semakin ditatapnya lamat-lamat senyuman di antara lekukan mata yang indah. Di atas rambutnya yang bergelombang kekuningan terdapat mahkota. Dengan sedikit rasa takut-takut, dia bertanya. "Siapa kau?"

"Permaisurimu, Tuan."

"Aku Lio, aku bukan Tuan."

"Mulai sekarang kau menjadi Tuan. Mari berdansa denganku." Gadis itu menjulurkan tangan, meminta Lio untuk segera menyatukan jemarinya.

Lio menurutinya meski dilanda kebingungan, mereka berdansa dengan syahdu. Namun, tiba-tiba bunga-bunga di sekitarnya itu berubah menjadi sebuah ruangan serba putih yang sunyi. Lio memandang sekelilingnya dan seketika terdiam. Tangannya masih melingkar di antara pinggang kecil si gadis sementara tangan gadis tersebut tersemat di atas dadanya. Berselang beberapa menit terdiam menatap sekitar, dadanya tiba-tiba berdenyut, membuat tangannya yang semula di pinggang itu terlepas begitu saja dan beralih menekan dadanya kuat.

"Dadaku ...," rintihnya dengan lirih.

Gadis itu tak tinggal diam, dia segera merangkul Lio dan memeluknya. Namun, gadis itu justru menuntun Lio menuju peti mati. Mata Lio membulat sempurna, seluruh tubuhnya merinding menatap peti mati yang telah terbuka itu. Refleks Lio berteriak dan meronta. "Hei, kau mau apakan aku?" racaunya sesaat. Hanya sebatas itu, dia tak bisa bergerak lebih leluasa lagi sebab rasa sakit di dadanya yang semakin berdenyut.

Dilihatnya gadis itu tetap menggiring dia. Sesuatu aneh yang kemudian ditangkap Lio adalah air mata yang mengalir dari mata indah gadis tersebut. Semakin menatap wajahnya, semakin hati Lio berdegup tak keruan. Debaran dalam hatinya sudah bercampur antara sakit dan ... cinta. Sayangnya, di tengah tatapan yang panjang itu, Lio merasa tubuhnya tertarik sendiri hingga berbaring di dalam peti mati. Lantas setelahnya, Lio semakin kepalang takut melihat penutup peti semakin mendekat dan mendekat, menutupi seluruhnya hingga menyisakan kegelapan.

"Aaaaa!" Lio terbangun dari mimpi panjangnya, dadanya naik turun dengan napas yang memburu. Dia refleks memandangi sekitar, berpikir sejak kapan dia tertidur di ruangan OB?

"Huh, hanya mimpi. Tapi tadi itu rasanya sangat nyata dan ...." Tangan Lio meraba dadanya sendiri, sisa sakit dalam mimpi seolah masih membekas di sana. "Dadaku, benar terasa sakit. Dan ... oh! Gadis itu!" seru Lio dengan mata berbinar. Dia mengingat betul dalam mimpinya tadi yang paling dominan adalah seorang gadis cantik yang muda. Namun, sayangnya Lio tak bisa mengingat dengan jelas wajahnya, padahal selama mimpi gadis itu bersamanya hingga peti tertutup.

Satu hal yang langsung ditepisnya seketika, ialah wajah seseorang yang ditemuinya tadi di rumah sakit, perempuan yang baru saja sadar dari koma. Lio menggeleng tegas. "Ayolah, kenapa justru wajah 'istri kedua' itu yang terbayang?" Dia menggerutu kesal. Sambil menerawang dengan tatapan lurus ke depan, Lio teringat bagaimana hatinya yang berdegup lebih cepat dan hangat ketika pandangan mereka bertemu. Sekali lagi, Lio menggeleng dan berusaha mengusir bayangan perempuan yang diketahui bernama Emily itu.

Lio melihat ke luar jendela, suasananya sudah gelap, tak ada lagi jejak senja yang muncul di langit. Laki-laki itu tiba-tiba bergidik nyeri. "Pantas saja aku mimpi buruk, ternyata sudah petang." Lio bergumam sembari menyapu lengannya. Dia memperbaiki posisinya dan menarik napas dengan teratur, bagaimanapun pikirannya masih tak bisa lepas dari penggalan mimpi.

Transmigration of Old Husbands [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang