6. Sendal Pak Toher

24 7 0
                                    

Seorang pemuda tampan, tengah asik menikmati tidurnya diatas kasur. Saking enaknya tidur, ia sampai tak mendengar suara alaram yang sejak tadi terus saja berbunyi.

"Gavino Bangun! udah jam berapa ini? kok kamu belum bangun sih?!" teriak seorang wanita paruh baya, yang masih terlihat muda. Ia adalah mama dari pemuda itu yang tak lain dan tak bukan adalah, Gavino.

"Paginya di tunda aja gak sih, mah?" gumam Gavino, dengan mata yang masih tertutup.

"Terserah kamu deh, Mama mau pergi arisan dulu sama ibu-ibu komplek! ingat ya, cepetan bangun dan berangkat sekolah," ujar Buk Winda.

Gavino tak menyahut, ia lebih memilih melanjutkan tidurnya yang terganggu itu.

Namun, hal itu tak bertahan lama setelah ponsel milik pemuda itu berdering.

"Ck! siapa sih? ganggu aja!"

Tanpa membaca nama kontak yang menelfon, Gavino langsung mengangkat nya.

"Woi, kak Gavino! lo dimana sih? gue udah mau telat ke sekolah, gara-gara nungguin jemputan dari lo yang nggak dateng-dateng!"

Terdengar suara teriakan dari seberang panggilan, membuat Gavino meringis.

"Sorry, cil. Gue lupa ngasih tau lo soal motor gue yang di sita mama."

"Hah?! ngomong dari kemaren dong!"

"Oke, lo tunggu disan gue jemput lo sekarang ya?"

Akhirnya Gavino turun kebawah, setelah si cewek memutuskan panggilan nya begitu saja.

Ia melirik jam yang melekat ditangannya, disana terpampang jelas kalau jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan lewat.

"Ma!"

Gavino menuruni tangga lalu berpaspasan dengan seseorang.

"Mama, mana?"

"Tuan muda sudah bangun ternyata," sindir Salsa, kakak perempuan Gavino.

"Bacot lo, kak. Mama mana?"

"Kamar."

Gavino menghela napas lelah. Pasalnya, ia terpaksa harus kembali menaiki tangga.

"Ini ada apa? kok ribut-ribut sih?" tanya buk Winda, yang baru saja keluar dari kamar.

"Ma, Gavino minjem motor."

"Buat?"

"Ke sekolah, anterin cewek."

"Pacar kamu?"

"Setelah menjalankan masa jomblo selama sebulan, akhirnya Gavino si buaya darat sudah mencari korban!" celetuk Nabila.

"Bacot lu, ah."

"Itu Ma. Ekhem. pacar," ujar Gavino dengan pe-denya. Tersenyum cerah.

"Terus, kamu mau anterin dia pake apa?"

"Motor."

"No! motor kamu kan udah Mama sita selama sebulan!"

"Plis, Ma. Kali ini aja."

Bu Winda nampak berfikir sejenak, lalu menatap putranya malas.

"Bawa aja. Tapi, kali ini aja!"
°

°

°
"Iya, cil. Maaf! tapi lo bisa berhenti ngomelnya gak sih? gak capek, hm?"

"Yang telat jemput siapa?" tanya Kanaya.

"Gue."

"Yang gak bilang kalau motornya disita siapa?"

"Gue."

Annoying GavinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang