16. Olahraga kasur

22 4 0
                                    

Di suatu sore yang mendung. Kanaya dan Gavino masih berada di sekolah. Lebih tepatnya ruang musik. Mungkin sebentar lagi, OB sekolah akan datang lalu mengusir mereka, karena ruangan tersebut harus segera di kunci. Kanaya baru tau kalau suara Gavino bagus, dan cowok itu juga bisa bermain gitar.

“Lo kok nggak jadi penyanyi aja, kak?”

“Males.”

“Terus cita-cita lo apa?”

Gavino menoleh lalu menatap Kanaya lama. Buat orang kayak Kanaya yang dari kecil udah dapat nilai bagus dan jadi peringkat satu,  Kayaknya dia sudah memkirkan sesuatu. Berbeda dengan Gavino.

“Nggak ada.”

“Masa ada orang yang nggak punya cita-cita,” gumam gadis itu. Gavino lantas mengacak-acak rambut Kanaya, lalu mulai berdiri.

“Cita-cita tuh, ibaratkan hal yang pengen kita capai. Hal yang kita kejar. Apakah lo gak terbayang mau jadi orang kayak apa?” tanya Kanaya.

“Gue rasa gue nggak pengen jadi apapun, dan siapapun. Kedengarannya kayak masa depan gue suram banget, kan? Tapi gue nggak punya sesuatu yang ingin gue perjuangkan. Kalau dibilang gue belum menemukan cita-cita gue, kayaknya udah ketuaan nggak sih?” ujar Gavino.

“Karena sekarang bukan masanya buat mikir jadi apa, tapi udah menuju tahap berikutnya. Dimana gue harusnya udah mulai mencari jalan mencapai cita-cita itu,” sambung nya.

Kanaya diam, bungkam.

Rasa-rasanya, ini adalah perbincangan paling waras antara dirinya dan Gavino. Karena merasa kikuk ditatap begitu lekat oleh pacarnya, Kanaya lantas berlagak membenahi rambutnya. Gavino tersenyum kecil melihat itu.

Dia memasukkan tangannya ke dalam saku celana, lalu bersandar pada pintu.

“Kalau cita-cita lo apa?” tanya Gavino kemudian.

“Gu—gue, mungkin bakal bikin lo ketawa sih.”

“Emang gue pernah ngetawain lo, ya?”

“Sering.”

Gavino meringis, “Kerja di perusahaan besar, jadi wanita karir?”

Cowok itu bisa menerka mimpi Kanaya dari ambisi mata gadis itu.

“Gak,” Kanaya menggeleng.

“Terus?”

“Gue pengen jadi ibu rumah tangga. Ngurus suami sama anak. Bikinin bekal buat mereka setiap hari, and ngurus diri.”

“Bukannya semua cewek kalau udah nikah bakalan gitu? maksud gue pekerjaan sebelum lo nikah.”

“Kak, jadi ibu rumah tangga itu juga pekerjaan. Jarang ada orang yang mengapresiasi seorang ibu. Tiap hari masak, bersih-bersih, ngurusin anak dan suami.”

“...”

“Selain itu gue gak punya cita-cita lain.”

Gavino terkekeh.

“Kalau gue pikir-pikir, sekarang gue punya cita-cita.”

“Lah tadi bilangnya gak ada!”

Gavino menaikkan kedua bahunya, lalu mengulurkan tangan memberi isyarat pada Kanaya agar segera keluar.

“Apa dong?” tanya gadis itu, ketika sudah berdiri di hadapan cowok di depannya.

“Punya banyak duit. Biar punya istri yang bisa stay at home 24 jam. Yang cita-cita nya mau jadi ibu rumah tangga.”


“Ngelamun mulu dari tadi, cil,“ tegur Gavino.

Cowok itu takut Kanaya kesurupan. Lagian dia mending ngadepin Kanaya yang banyak omong dari pada diem. Karena suasana nya jadi canggung.

Jalan menuju ke parkiran juga terasa lebih jauh.

“Lo keberatan nggak, kalau gue nakal, kak?”

“Nakal gimana? yang tukang bolos kan gue, lo mah kesayang guru.”

“Nakal yang suka macem-macem sama lo.”

“After everything you did to me. Lo baru nanya sekarang?”

“Ya sorry—

“Keberatan.”

“Lah, lo kok gak pernah bilang?”

Kanaya jadi merasa berdosa banget.

“Berat kalau sambil angkat lemarin.”

“Pala lo!”

Gavino mendekatkan badan nya lalu bertanya, “Eh, gue boleh rangkul lo gak, cil?”

“Boleh.”

Si cowok lantas meletakkan kedua tangannya di bahu Kanaya. Namun beberapa detik kemudian dia teringat kalau beban tas cewek itu beratnya ampun-ampunan. Jadilah Gavino menarik lengannya dari bahu Kanaya. Lalu tangannya bergerak menarik tali bagian atas ransel Kanaya. Membuat si cewek tidak lagi merasakan beban, akibat tas nya yang berat.

“Lo kapan tingginya?”

“Lo ngatai gue pendek, kak?!”

“Kan emang gitu.”

“Iya juga sih. Tapi gue juga nggak tau gue bisa tinggi lagi atau nggak.”

“Gue bantu tinggiin, mau?”

“Mau! caranya?”

“Dimana?”

“Di kasur.”

“Hah? emang ada olahraga di kasur? setau gue kalau olahraga tuh di gym.”

“Kalau bareng gue, mah beda!”


Kanaya: Kakak! olahraga nya jadi?

Gavino: Olahraga apa, cil?

Kanaya: Olahraga kasur!

Gavino: Emang lo tau olahraga di kasur tuh gimana?

Kanaya: Nggak, bentar! gue cari dulu di google

Gavino terkekeh membaca chat dari Kanaya. Apakah dia sepolos itu?

Kanaya: Gue gak nemu, kak!

Kanaya: Yang ada cuman orang tidur bareng pasangan

Gavino: Nah itu udah bener! jadi gak nih?

Kanaya: Lo gak lagi bercanda kan, kak?

Gavino: Nggak, bocil

Kanaya: DASAR GILA!!!


Bersambung.


Annoying GavinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang