"Jen, peluk aku."

164 10 0
                                    

Suara mesin mobil yang halus hampir tak terdengar bunyinya. Roda-rodanya yang berputar berusaha dikendalikan oleh si pengemudi demi mencapai parkir yang sempurna di halaman rumah Jaemin.

Jam sembilan malam tadi, Jeno menjemput Jaemin di mall. Sesuai kesepakatannya di cafe, juga menjemput Haechan sehabis Jaemin.

Sekarang, mereka bertiga telah masuk ke dalam rumah Jaemin seraya menenteng banyak makanan serta Soju. Itu semua Jeno yang membeli, "Ambil yang kalian suka. Anggap saja aku ATM kalian."

Haechan dengan senang hati tentu langsung mengambil lima botol Soju, sedangkan Jaemin memilih mengambil satu bungkus permen karet.

"Kau ingin jajanan kaki lima?"

"Emm, boleh," Jaemin tersenyum.

Mereka berdua pun pergi meninggalkan Haechan yang masih sibuk memilih-milih jajanan di swalayan.

Selama melihat-lihat makanan kaki lima, Jaemin menggandeng tangan Jeno. Ia sudah izin, "Aku takut, pria yang kemarin bisa saja datang tiba-tiba," Jeno pun dengan senang hati menerimanya.

"YA! JENO-SSI! BAYARKAN BELANJAANNYA DULU!"

Yang diteriaki menengok, ia membalas, "BUKA DOMPETMU, BODOH! AKU SUDAH MEMBERIMU BLACKCARD!"

Detik selanjutnya Haechan tersenyum kikuk. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Urat malu Haechan telah putus satu :( "A-ah, ya kau benar."

Kembali pada saat ini, Haechan dengan girangnya berlari sambil melompat-lompat ke dalam ruang tengah Jaemin.

"Ah! INGAT TEMAN-TEMAN, NIKMATI MASA MUDAMU! JANGAN SAMPAI KALIAN KERIPUT TAPI TAK PERNAH MERASAKAN KESENANGAN!"

Jeno yang sedang membawa beberapa kresek belanjaan Haechan juga ikut tertegun, "Oh wow, dia masih sama seperti dulu ya. Bahkan tidak berubah sama sekali."

Jaemin menggeleng, "Entah. Lihat! Si tengil itu belum mabuk saja sudah mengigau."

***

Tepat pukul 00.00 semuanya tertidur di kamar masing-masing. Sebelum itu,

"Jen, kau tidur di kamar sebelah saja ya. Aku dengan Haechan berdua."

Jeno hanya membalas, "Baiklah."

Dalam hal ini, hati Jaemin masih samar. Ia belum bisa menerima penuh pria dominan manapun.

Ketika Jeno dan Haechan meneguk Soju mereka, Jaemin justru hanya berfokus pada televisi sambil mengunyah permen karetnya. Jeno kemudian berucap sambil menunjuk Haechan, "Kekeke, kau masih intoleran dengan alkohol rupanya. Bagus. Soju ini tak baik untuk kesehatan, itupun kalau berlebihan seperti setan satu ini."

Sayup-sayup angin malam terdengar di telinga Jaemin yang masih tak bisa tidur. Sebab, suara tenang itu justru di halangi oleh suara Haechan yang mengigau.

"Emmh, kapan aku bisa menjadi alien!?"

"Anghh, mereka sangat imut, alien-alien itu hijau seperti jelly."

"Ah, Jaemin-ah, Nana sayang, aegii. Oppa ingin terbang, roket ini-"

Ugh! Jaemin sangat tidak suka bagian dari jiwa Haechan yang ini. Akhirnya, ia turun dari kasurnya dan membawa selimutnya ke kamar Jeno. Ya, kalian tak salah. Jaemin ingin tidur dengan Jeno.

Tok! Tok! Tok!

Ceklek!

Ajaib, pintu langsung terbuka. Jaemin pikir Jeno memang belum tidur, tapi ternyata pria itu terbangun hanya karena ketukannya.

Trauma (NoMin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang