Jaemin Tak Ingat

208 10 0
                                    

“Kau tak mengingatku? Sama sekali? Bukankah kita kawan lama? Kenapa kau tidak ingat?”

Jaemin diam. "Dia ini siapa sih?"

“Aku Jeno. Teman sebangkumu saat SMP. Kita sering mengikuti kompetisi akademik bersama, 'kan? Kau tak ingat?”

Jaemin semakin diam.

“Kita dulu begitu dekat. Tapi keluargamu begitu tertutup. Ah, keluargaku juga. Tapi, keluargaku memang tak di sini semua. Kau tak ingat?”

"Huh, sudah berapa kali pria ini bertanya hal yang sama?" batin Jaemin.

“Ya Tuhan, aku telah kehilangan sebagian memoriku. Wajar bila aku tak ingat. Sejak kapan pula aku memiliki teman setampan dirimu?”

“Jeno, panggil aku Jeno. Kita masih seumuran. Kau dulu memanggilku Nono dan aku memanggilmu Nana. Kau-”

“Ah, iya-iya. Aku tak ingat. Biar kutanyakan Haechan dulu!”

“Siapa? Haechan? Lee Donghyuck? Si bocah tengil itu masih lengket saja denganmu?”

“Wow, sepertinya kau benar-benar kawan lamaku.”

Jeno mengangguk.

“Maaf ya, aku tidak ingat. Aku juga lupa kalau dulu aku sangat berprestasi.”

“It's okay, aku paham.”

Hening sejenak. Dua gelas air putih di atas meja ruang tamu sama sekali belum tersentuh. Mungkin saking seriusnya mereka mengobrol?

“Ekhem. Kau baik-baik saja, Jaem?”

“Ya, aku tidak apa-apa.”

“Kau bohong,” cetus Jeno.

“Kau juga bohong. Kau tak ingin membahas pakaian Gucci itu, 'kan? Mengapa kau masih bisa ingat alamat rumahku?”

***

Pukul 22.15 Jaemin telah berganti dengan piyama. Lelaki itu kini sedang istirahat di atas kasur empuknya sembari bertukar pesan dengan sohibnya.

Haechan 🐻

Oh, Jeno?
Jadi anak sugar daddy itu Jeno?
Bagaimana penampilannya sekarang?
Apakah masih tampan?

(눈‸눈)

Apa yang dia katakan padamu?


Banyak
Tapi tadi dia menolongku


Apa?
Si cabul itu datang lagi?
Apa yang dia lakukan padamu?
Apakah kau terluka?
Perlu aku obati?
Apa yang kau mau, katakan
Aku akan segera kesana

Tidak perlu
Kekekeeke, kau khawatir sekali ya

Jelas
Kau itu begitu berharga bagiku, Jaem

Ya, Jeno tadi berkelahi dengan dia

Lalu?

Lalu Jeno menang

Bagus
Akan kudaftarkan Jeno ke kompetisi tinju besok

😂
Besok Jeno memintamu bertemu di cafe, bersama aku juga
Jam 13.00 saat aku istirahat kerja

Baiklah, cintaku ❤

Tuhan, Jaemin sangat bersyukur sekali saat ini. Meskipun keluarganya riweuh, tapi ia masih memiliki sahabat yang begitu pengertian.

***

Matahari terik berhasil menghidupkan sebagian bumi. Berbeda dari kemarin, yang mana cakrawala bersedih, kini, ia justru amat gembira hingga membuat Jaemin berkeringat ketika memasuki cafe.

Jaemin lantas buru-buru memesan es americano lalu duduk menghampiri Jeno dan Haechan yang telah menunggunya.

“Hari ini panas sekali ya.”

Keduanya mengangguk.

“Sebentar, aku akan mengelap keringat ini di kamar mandi.”

Keduanya kembali mengangguk.
Haechan memutarkan kepalanya, kembali mengarahkan netranya pada Jeno. Sebenarnya, mereka berdua telah datang jauh lebih awal dari Jaemin sebab Haechan ingin memberitahu Jeno fakta Jaemin dua tahun lalu hingga ia bisa menjadi seperti sekarang.

Mulai dari Jaemin yang menjadi pacar Hyunjin dan kini, justru trauma yang diberi oleh si cabul itu.

“Orang tua Jaemin menempati rumah neneknya yang sudah tidak ditempati di Jepang. Alasan Jaemin tetap di sini, mungkin karena tidak ingin mendengar orang tuanya cekcok tentang hal kecil sekalipun,” pungkas Haechan yang diangguki oleh Jeno.

“Kalian membicarakan ap-”

“Es americano, selamat menikmati,” pelayan itu memotong pertanyaan Jaemin.

“Ah, terimakasih,” Jaemin tersenyum.

"Oh, Tuhan. Lihatlah senyuman itu, persis seperti sepuluh tahun lalu,"  batin Jeno.

Apa yang mereka bahas? Ahahahaha. Tidak, mereka hanya membahas kenangan-kenangan masa lalu. Jaemin sedikit sedih sebenarnya, mendengar Haechan dan Jeno masih mengingat momen-momen indah di sekolah. Sementara dirinya?

Namun, kesedihan itu dihapus oleh tawa Haechan yang membuat hatinya lebih gentar.

“Ah, Haechan-nie, kau sangat lucu!” gemas Jaemin seraya mencubit pipi Haechan.

“Ya! Tumben sekali?”

Jeno tersenyum miris. Ssstttt, biar ku beritahu, Jeno telah lulus S2 di Canada. Ia kemudian sedang bersenang-senang di Seoul.

“Nana~nanti Echan tidur di rumahmu ya?” ish, apa itu?

“Nadamu tolong jangan diimut-imutkan.”

Jeno tertawa. Sekarang, Haechan jadi lebih suka memanggil dengan sebutan Nana daripada Jaemin. Karena menurutnya, itu lucu saja.

“Em, bolehkah aku ikut menginap di rumahmu, Jaem?”

Jaemin membelak, “Untuk?”

“Kau kehabisan uang? Atau harga sewa apartemen di Seoul terlalu mahal?” sahut Haechan.

Jeno tersenyum kikuk, “A-ah, tidak boleh ya.. ya sudah, aku akan kembali ke apartemenku malam ini.”

“Aku bertanya untuk apa, Jeno?”

“H-hanya ingin. Aku tidak bermaksud apa-apa, serius!”

“Yahh!! Padahal aku ingin benar-benar clingy dengan bayiku ini,” ujar Haechan seraya meng-poutkan bibirnya.

"Iwh, Mark hyung kenapa bisa suka sekali dengan modelan seperti ini?" batin Jeno.


























































TBC -->

Trauma (NoMin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang