“Jen, Jeno! Hiks.. di mana Jaemin? Jaeminku, di mana dia? J-jaem, hiks..”
Jeno terkejut, Haechan datang langsung menangis di hadapannya. Ia lantas membawa lelaki itu duduk di sebelahnya.
“Hiks, Jaemin, apa yang terjadi pada bayi besarku? Hiks..”
Jeno mendesah pelan, “Hahh.. dia kembali mengulangi traumanya dua tahun lalu.”
Mata Haechan membelak tak percaya, “A-apa..”
“Aku telah menghajar si brengsek itu. Tubuh Jaemin benar-benar terasa ringan saat ku gendong.”
“Hiks, Jen. Ini salahku, kenapa aku tidak menjaganya? Hiks, ak-aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Hiks, Jen.. aku bodoh, aku gagal menjaga Jaemin..”
Jeno tersentak mendengar ucapan Haechan. Selama sepekan ini, Jeno juga sibuk dengan bisnis papanya. Jeno mengganti handphonenya, tapi di dalamnya hanya dipenuhi oleh kontak klien. Lalu baru hari ini ia senggang dan sebenarnya, setelah menemui Renjun tadi, Jeno ingin mengajak Jaemin jalan-jalan. Namun, inilah yang terjadi.
“C-chan, Jaemin sekarang koma. Dokter bilang Jaemin depresi berat.”
Deg!
Retak sudah hati Haechan, “Hiks, aku menyesal. Aku ingin sekali memutar waktu agar aku bisa melindungi bayi besarku. Hiks..”
Jeno semakin merasa bersalah juga, ia pun mencoba menetralkan perasaannya dan berbicara pada Haechan, “Bagaimana kalau kita mencari cara supaya si brengsek itu dapat dipenjara?”
Haechan terdiam, ia mendongak menatap Jeno, “Aku baru ingat, tiga hari berturut-turut aku memfoto Hyunjin di gang dekat apartemenku.”
Haechan lantas mengambil gawainya dan menunjukkan foto-foto Hyunjin yang sedang melecahkan dan juga memperkosa wanita-wanita di pinggir jalan.
“Kau tidak ketahuan?”
“Tentu tidak. Aku bersembunyi di balik pohon besar dan kulihat-lihat, Hyunjin begitu menikmati mereka.”
“Aku akan menelpon orang tuaku dan menyuruh mereka datang kesini.”
Haechan mengernyit, “Untuk apa?”
“Tentu saja memberitahu mereka kalau Jaemin sakit dan aku akan meminta bantuannya untuk mencarikan pengacara profesional.”
“Kau- kau dan Jaemin ada hubungan apa!?”
“Belum ada. Tapi aku akan menjadikan hubungan itu nyata!”
***
Malam ini, terasa begitu berat bagi Jeno. Setelah selesai rapat di kantor, ia buru-buru menuju rumah sakit untuk menemani Jaemin. Haechan? Dia ditelepon bosnya dan akan dipecat jika tidak kembali bekerja.
Hari ini, diri Jeno benar-benar tak beristirahat sama sekali. Bukan hanya fisiknya, tapi juga otaknya, pikirannya terus berpikir kemana-mana. Orang tuanya akan ke Seoul besok dan langsung mencarikan pengacara yang dimaksud Jeno.
Kini, tangan Jeno tengah menggenggam tangan lemas Jaemin yang terpasang selang infus. Bahunya gentar, air matanya hampir turun. Namun, ia tahan semua itu sekuat tenaga. Jeno tak ingin terlihat tidak baik-baik saja di depan Jaemin, sang pujaan hati.
“Jaemin.. Nakamoto Jaemin..” Jeno akhirnya gagal menahan air matanya, “Kau kuat, kau hebat, kau manusia yang paling baik yang pernah kutemui. Hiks, aku mencintaimu, Jaemin. Kumohon tetaplah bertahan.”
Jeno mengelap air matanya sendiri, ia tegarkan badannya dan meluruskan pandangannya pada lelaki manis yang terbaring lemah di atas kasur pasien.
“Aku akan berusaha agar si brengsek itu bisa mendekam di penjara. Bagaimanapun caranya, aku akan membuatnya lebih menderita darimu.”
Satu helaan napas, Jeno kembali berkata, “Tetaplah hidup, Jaem. Masih ada banyak orang lain yang membutuhkanmu, masih ada mereka yang mencintaimu. Haechan, juga aku.”
***
“Apa yang terjadi, Jeno?” tanya Jung Jaehyun, papa kandung Jeno. Ia bersama istrinya yang telah berganti marga menjadi Jung Taeyong datang di pagi hari, menyambangi calon menantunya di rumah sakit.
“J-jaemin, Jaemin mengalami pelecehan seksual.”
“Apa!?” kejut orang tua Jeno. Mereka bertiga, kini tengah duduk di luar kamar pasien. Lebih tepatnya, di depan ruangan Jaemin.
Jeno dengan wajah seriusnya, mulai menceritakan semua pengalaman buruk Jaemin. Hasil dari omongan Jeno tersebut, ditanggapi dengan raut muka tak percaya dari kedua lelaki di depannya, “Maka dari itu, aku meminta kalian datang ke sini untuk mencari pengacara profesional. Sebab, Hyunjin itu dulu pernah bebas dari hukuman karena ayahnya jenderal polisi dan menyogok hingga ratusan juta pada pihak polisi juga.”
“Dunia ini gila!” sahut mamanya.
“Haechan mempunyai foto-foto Hyunjin sedang memperkosa banyak wanita di sebuah gang. Lalu aku berinisiatif untuk mengumpulkan bukti-bukti dan jika ditambah pengacara yang handal, maka semuanya akan berjalan lancar.”
“Dan di saat si Hyunjin itu lebih unggul, kau mau aku membantu melalui blackcard. Bukan begitu, Jung Jeno?”
Jeno mengangguk. Ia menatap papanya dengan tatapan horor, “I-itu untuk jaga-jaga saja, Pa!”
“Baiklah. Aku juga akan menelpon si mesum Yuta untuk mengurusi anaknya. Dasar otak selangkangan, tak becus memiliki anak!” seru Jaehyun.
Jeno mengernyit, “Papa kenal ayahnya Jaemin?”
Jaehyun yang sedang memandangi gawainya lantas mengalihkan pandangannya, “Tentu, mengapa tidak? Dia dulu teman dekatku. Tapi kami berpisah karena aku ke Canada.”
Jeno tercengang, mulutnya membentuk kata 'Wow'.
Taeyong yang sedari tadi diam mulai angkat bicara, “Jeno, kau harus betul-betul menjaga Jaemin. Kita memang tak akan tahu, apakah anak itu bisa bertahan atau tidak. Tapi aku yakin, Tuhan sengaja mengirimkanmu untuk Jaemin karena Tuhan ingin kau melindunginya.”
Jeno menoleh ke arah mamanya. Ia menatap lekat netra sang ibu yang telah melahirkannya itu.
“Jaemin telah terluka oleh orang-orang terdekatnya sendiri, tetapi aku tahu, kau—Jung Jeno—yang akan mengobatinya. Berjanjilah padaku untuk tidak melukainya, walau hanya dengan meninggikan nada bicaramu pada Jaemin.”
“Aku berjanji, Ma. Jika aku ingkar-”
“Janji ialah janji. Jangan pernah memberi luka pada orang yang telah berkali-kali terluka.”
“Ssttt, kecilkan suara kalian,” suruh Jaehyun yang sudah terhubung telepon dengan Yuta.
📱
“Otakmu baik-baik saja, 'kan?”
“Apa maksudmu?”
“Kau masih waras untuk menelantarkan Jaemin, hah!?”
“Jae-”
“Ada masalah apa kau dengan istrimu itu? Sampai teganya kalian membiarkan Jaemin dilecehkan begitu saja oleh manusia sialan?”
Tak ada jawaban. Pria di seberang sana ternyata hanya membisu. Jaehyun akhirnya menceritakan semuanya perihal Jaemin pada mantan sohibnya itu. Hatinya sudah sesak, tapi bagaimana dengan orang tua Jaemin sendiri? Yuta dan Winwin.
Apakah mereka akan menjalin hubungan yang lebih baik demi putra sulungnya itu? Hah, gila!
•
•
•
•
•TBC -->

KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma (NoMin)
Fantasia"Kau ingin kembali menjadi anak kecil?" Jaemin mengernyitkan dahinya, "Apa? Yang benar saja! Jika ada mesin waktu pun, aku akan memilih untuk tidak dilahirkan!"