Sugar Daddy

253 10 0
                                    

“Tunggu, sebutkan ciri-cirinya lebih rinci,” pinta Haechan pada Jaemin.

Jaemin kini tengah duduk di sebuah halte yang ramai. Ia sedang dalam perjalanan pulang. Serta sedang dalam panggilan telepon bersama Haechan.

“Dia tampan, kulitnya putih bersih, ada sebuah titik di dekat matanya, rambutnya legam disisir apik ke belakang, dia-”

“Sugar daddy”

“Ya! Tapi dia masih muda!”

“Kalau begitu, anaknya sugar daddy”
Jaemin menghembuskan napasnya kasar.

“Terserah kau saja. Jujur, aku tak berani memberikan nomor teleponku padanya. Ya, kau tahu? Aku masih takut terhadap pria dominan manapun.”

“Termasuk ayahmu?”

“Ya! Lee Haechan!”

“Kekekeke, jangan marah, Jaemin-ah. Aku akan ke rumahmu besok, ingat ya. Tak apa untuk kagum pada seseorang, tapi kalau kau masih takut dan ragu jangan berani-berani kau ambil langkah. Tunggu aku saja.”

“Hmm. Kau yang terbaik, Haechan-nie.”

**"

Rasanya ini masih jam sembilan malam. Tidak seperti biasa, apakah ada orang meninggal di sekitar tempat tinggalnya? Tidak. Namun, kenapa sepi sekali. Sepi itu semakin terasa mencekam kala suara langkah kaki di belakang Jaemin semakin nyata ia dengar.

Tap! Tap! Tap!

Jaemin menengok ke belakang dan–

“HMMPPHHH!!!”

“Akh!”

Lelaki berambut blonde itu memegang telapak tangannya yang terlanjur digigit kuat oleh Jaemin. Ia berlari mengejar Jaemin dan menggedor-gedor pintu rumahnya.
Sedangkan Jaemin, ia jelas ketakutan. Beruntunglah ia sudah sampai di depan halaman rumahnya dan tinggal mengunci pintu. Namun, ia juga sendirian sekarang. Ingatan-ingatan dua tahun lalu kembali lagi.

Keringat dingin membasahi tubuhnya, hatinya bergetar, “Haechan-nie, tolong aku..” Jaemin meringkuk di balik pintu rumahnya yang masih saja digedor-gedor oleh si cabul.

Pria sipit berbibir tebal di luar tetap kekeuh ingin bertemu Jaemin. Entah apa alasannya, tapi Jaemin tentu tidak akan mau melihatnya meski hanya batang hidungnya saja.

“Jaemin, sayang, kumohon buka pintunya. Kau masih mencintaiku bukan? Dengarkan aku dulu, maafkan aku. Ak-”

Bugh!

Satu pukulan melayang tepat di pipi kanan Hyunjin. “Akh! Sialan! Siapa kau!?”

“Aku Batman yang sedang menjalankan misi! Pergi kau dari sini! Jangan meng-AKH!”

Hyunjin membalas satu pukulan juga.

“Bodoh! Mana ada Batman bodoh sepertimu!”

“Kau yang bodoh, bangsat!”

BUGH!

Kali ini pukulannya tak main-main. Bahkan, hidung Hyunjin sampai mengeluarkan darah. Ia akhirnya pergi dengan mata kesal yang menatap tajam ke arah pria berhidung bongsor yang telah menghajarnya itu.

“Jaem, Jaemin? Jaemin-ah! Ini aku, konsumenmu tadi! Ah, aku yang meminta nomor teleponmu. Tolong buka pintunya, aku ingin menanyakan tentang pakaian.”

Bohong. Pria itu berbohong. Ya, mau tak mau.

Jaemin masih di posisi yang sama. Meringkuk ketakutan. Namun, ketika ia mendengar suara pukulan di luar tadi membuatnya mendongakkan kepalanya dan kini, ia mencoba bergerak untuk mengintip dari jendela.

Kedua netranya menangkap sosok pria yang Haechan sebut 'anaknya sugar daddy' tadi. Ia kemudian berdiri dan menetralkan napasnya sebisa mungkin.

Ceklek!

“Jaem, apa kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?” tanya pria asing itu secara tiba-tiba. Ia tak hanya bertanya, tapi juga memegang tangan, kepala, leher–Jaemin menghempaskan tangannya.

“A-ah, maafkan aku. Aku khawatir padamu.”

“Maaf?”






























































TBC -->

Trauma (NoMin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang