Bab 7

447 58 21
                                    

Jungkook membiarkan Lisa membuka rantang yang dibawanya. Aroma lezat makanan rumah segera memenuhi ruang kerjanya, jauh lebih menggiurkan daripada hidangan kantor atau restoran di seberang jalan. Hatinya bergetar hanya dengan melihatnya, membangkitkan hasrat untuk mencicipi.


Tanpa sadar, Jungkook membandingkan Lisa dengan Alice. Istrinya yang sah tak pernah repot-repot memasak, apalagi mengantarkan makanan ke kantor. Alice biasanya datang hanya untuk pamer kekuasaan atau meminta sesuatu dari Jungkook.

Namun, Lisa, istri palsunya, memperlakukan Jungkook dengan penuh kasih sayang. Meskipun demikian, Jungkook berusaha keras untuk tidak terbawa oleh kebaikan Lisa. Ia tak ingin terus-menerus terbuai.

"Gadis ini sama saja dengan Alice. Hanya gila uang, bahkan lebih hebat dari Alice. Bisa berpura-pura mencintaiku," pikir Jungkook sambil menghela napas. Lisa menatapnya penuh perhatian.

"Apa kamu sakit?" tanya Lisa, tangan lembutnya menyentuh dahi Jungkook, mendekatkan jarak di antara mereka.

"Aku baik-baik saja," jawab Jungkook tegas, namun hatinya gelisah.

"Syukurlah." Lisa menarik tangannya dan mulai menyuapi suaminya. "Aku suapi, ya."

Jungkook hanya mengangguk. Ia tahu Lisa memang senang memanjakannya. Setiap kali makan, wanita itu tak pernah absen menyuapinya, sebuah kebiasaan yang membuat hatinya berdenyut sakit, merasa semua ini palsu.

Ia terus menikmati suapan demi suapan dari Lisa sampai rantang tersebut kosong tak tersisa.

"Aku senang makanannya habis," kata Lisa sambil menyodorkan air minum kepada Jungkook.

"Masakanmu enak sekali," jawab Jungkook sambil mengacak rambut istrinya dengan gemas, mencoba menyembunyikan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya.

Lisa merasa pipinya merona. "Aku dibantu Ahjuma," katanya merendah.

"Kamu tidak membawa makanan penutup?" tanya Jungkook dengan alis terangkat, nada suaranya lebih tajam dari yang ia maksudkan.

Tubuh Lisa menegang. "Apa Alice biasa membawa makanan penutup?" batinnya panik.

Jungkook menyadari perubahan wajah istrinya. Ia mengikis jarak di antara mereka, tangan kekarnya mengelus pipi Lisa dengan lembut. Seketika tubuh Lisa meremang, matanya terpejam meresapi sentuhan itu.

"Bukankah dadamu adalah makanan penutupnya, Sayang?" tanya Jungkook dengan pandangan intens, suaranya berbisik penuh misteri.

Lisa gelisah di tempatnya. Ia meneguk ludah, pikirannya kacau. "Apakah benar Alice memberikan dadanya sebagai makanan penutup? Jungkook bilang Alice belum pernah memberikan haknya. Tapi kalau aku bertanya, dia akan curiga. Kalau tidak, aku yang curiga," pikir Lisa.

Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di bibirnya. Singkat, tetapi membekas.

"Hehe, kamu terlalu tegang, Sayang." Jungkook memamerkan deretan giginya. "Tentu saja aku bercanda."

Lisa tersenyum, lega. Ia kemudian merapikan rantang miliknya, namun hatinya masih berdebar.

"Bukankah kamu harus kembali bekerja?" tanya Lisa.

"Iya, tetapi aku bisa menundanya dan menemanimu," balas Jungkook, matanya menatap dalam seolah ingin mencari sesuatu di balik tatapan Lisa.

"Bekerjalah. Aku juga akan mampir ke suatu tempat dulu," kata Lisa lembut.

Setelah Lisa pamit, Jungkook menghubungi anak buahnya untuk mengikuti Lisa.

***

Cafe kecil dengan nuansa coklat dan putih berada di pinggir kota. Desain interior klasik dan musik lawas membuat beberapa orang datang untuk nostalgia atau bekerja santai.

Istri Palsu | LISKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang