Secangkir teh hangat menguarkan aroma rempah di atas meja, disajikan dalam sebuah cangkir porselen antik dengan motif bunga sakura. Di hadapan cangkir itu duduk seorang pria berjas rapi, wajahnya menyiratkan ketegangan. Di ruangan bernuansa modern dengan dinding kaca yang memperlihatkan panorama kota Seoul, suasana tegang tak terelakkan.
"Melihat CEO dari K-Tech Innovation datang jauh-jauh ke sini, tentu saya harus menjamu dengan baik," kata Jhon Allier dengan nada sinis. Matanya mengamati tamunya dengan teliti. Sekretarisnya yang cekatan baru saja menyajikan teh dan kemudian mundur dengan hormat.
Jungkook, pria yang duduk di hadapan Jhon, hanya menyeringai. Sambil bersandar santai di sofa empuk, ia melemparkan map kecil ke atas meja kaca. Map itu mendarat dengan suara nyaring yang memecah keheningan.
"Aku tidak tahu apakah kau masih akan menjamuku dengan baik setelah membaca itu," katanya tenang.
Jhon meraih map itu dengan gerakan cepat dan membuka isinya. Matanya membelalak, dan wajahnya yang semula tenang berubah merah padam seiring ia membaca lembar demi lembar dokumen di dalamnya.
"Beraninya kau menyentuh perusahaanku! Ini tidak mungkin terjadi. Kau hanya membual! Mana mungkin NexusTech menjual sahamnya!" Jhon berteriak, suaranya bergetar dengan amarah.
Jungkook hanya tersenyum tipis, senyum penuh kemenangan. "Kau seharusnya meralat ucapanmu setelah membaca itu, tetapi sepertinya kau tidak bisa menerima kenyataan ini." Ia memberi isyarat kepada Min Yuna, sekretarisnya, yang kemudian memberikan tablet kepada Jhon.
Dengan tangan yang gemetar, Jhon menerima tablet itu dan melihat berita yang mengonfirmasi bahwa AllierTech Seoul telah diakuisisi oleh Jungkook. Berita itu dilengkapi dengan pernyataan resmi dari Alexander Hartman, CEO NexusTech Corporation.
Wajah Jhon berubah pucat, namun matanya masih menyala dengan kebencian. Jungkook berdiri, merapikan jasnya dengan gerakan elegan, seolah tidak ada yang lebih penting dari penampilannya saat itu.
"Sebaiknya kau mulai berkemas, karena aku akan segera merenovasi dan mengganti namanya," kata Jungkook dengan nada dingin sebelum berjalan keluar bersama Min Yuna.
Bunyi kaca pecah terdengar nyaring saat Jhon, dalam kemarahannya, melempar cangkir teh ke dinding. Wajahnya memerah, urat-urat di lehernya menegang.
"Arghhhhh! Tunggu pembalasanku, Jungkook!" teriaknya dengan suara yang bergetar.
***
Jungkook yang sudah berada di luar ruangan, menyeringai puas, melanjutkan langkah menuju pintu keluar. Hatinya sedikit lebih ringan setelah melampiaskan amarahnya. Bayangan wajah ketakutan Jhon tadi masih terpatri jelas di benaknya. Ahjuma Mi Engyu baru saja meneleponnya, mengatakan bahwa Alice dengan seenaknya datang ke rumah, bahkan berani menginjakkan kaki setelah mengkhianati Jungkook dengan Jhon.
"Mr. Jeon, apakah Anda akan langsung pulang?" tanya Yuna, sekretarisnya yang setia, setibanya mereka di lobi.
"Ya, saya akan pulang. Kamu jangan lupa menyiapkan rapat untuk Tim Internal untuk membahas lebih lanjut," jawab Jungkook tegas.
"Baik, Mr. Jeon. Saya akan mengatur jadwal baru Anda," kata Yuna sambil memberi hormat sebelum Jungkook meninggalkannya.
Yuna, sebagai sekretaris yang sangat dapat diandalkan, merasakan kepuasan tersendiri melihat wajah kekalahan Jhon tadi. Pria itu terlalu meremehkan Jungkook, sampai lupa bahwa Jungkook bisa saja menghancurkannya dalam sekejap.
Saat Yuna sedang bersiap mencari taksi untuk kembali ke perusahaan, matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang mengejutkan. Dia tersentak, mengucek matanya berkali-kali untuk memastikan apa yang dilihatnya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Palsu | LISKOOK
FanfictionLalisa Manoban terpaksa meninggalkan rumah setelah bertahun-tahun mengalami perlakuan tidak adil dari orang tuanya yang lebih memihak saudara kembarannya, Lalice. Sifat egois Lalice membuat hidup Lisa penuh dengan kesulitan. Setelah memutuskan untuk...