Lisa mempercepat langkahnya, napasnya terengah-engah saat melihat Rose diseret oleh seorang satpam berbadan besar. Suara langkah kakinya menggema di lorong sepi, menambah kecemasannya yang semakin mencekam.
"Pak, jangan, dia teman saya!" serunya dengan suara gemetar.
Satpam itu berhenti, memutar kepala dengan alis terangkat. Rose menoleh, matanya yang memerah menunjukkan kelegaan saat melihat Lisa.
Lisa segera menghampiri mereka, napasnya masih belum teratur. "Kamu nggak apa-apa?" tanyanya sambil meraih tangan Rose yang dingin.
Rose mengangguk pelan, wajahnya pucat. "Maaf, aku tadi masuk tanpa nunggu kamu di taman," katanya lirih, rasa bersalah tergambar jelas di wajahnya.
Lisa menggenggam tangan Rose lebih erat, mencoba menenangkan temannya. "Bukan salahmu kok. Aku yang telat datang," ujarnya lembut, sedikit cemas.
Rose menatap wajah Lisa dengan seksama, memperhatikan raut lelah di wajah temannya. Rambut Lisa yang biasanya rapi kini acak-acakan, seperti habis berlari. Rose merasa bersalah dan khawatir bercampur jadi satu.
"Aku tahu ada kafe enak dekat sini. Gimana kalau kita ke sana? Aku yang traktir," ajak Lisa dengan senyum tipis, mencoba menghibur Rose.
Rose mengangguk, senyum kecil akhirnya menghiasi bibirnya. Mereka berjalan beriringan, meninggalkan kejadian tadi, menuju kafe yang menjanjikan kehangatan dan ketenangan.
***
Cafe yang terletak tidak jauh dari kantor Jungkook menawarkan suasana yang tenang dan damai, tempat yang sempurna untuk pertemuan pribadi. Lisa dan Rose duduk di sudut yang agak tersembunyi, jauh dari perhatian pengunjung lainnya. Aroma kopi yang segar tercium di udara, sementara suara lembut musik jazz mengalun dari pengeras suara di sudut ruangan. Lampu gantung yang redup memberikan cahaya hangat yang menenangkan, menciptakan suasana yang intim dan nyaman.
Lisa menatap Rose dengan alis terangkat, mencoba memahami kegelisahan yang terpancar dari wajah temannya. "Mengapa tiba-tiba kamu ingin bertemu denganku?" tanyanya, suaranya lembut namun penuh rasa ingin tahu.
Rose, yang duduk dengan kedua tangan saling bertautan di atas meja, tampak gelisah. Matanya berkaca-kaca, mencerminkan campuran emosi yang rumit. "Aku ... aku sungguh menyesal, Lisa. Tapi, bisakah kamu membujuk Jungkook untuk melepaskan cabang AllierTech Seoul kembali ke tangan Mr. Jhon?" kata Rose, suaranya bergetar.
Lisa terdiam sejenak, mengingat kembali percakapan Jungkook dengan Yuna yang tidak sengaja didengarnya. Nama Jhon yang disebutkan Jungkook kini terasa lebih bermakna. "Mungkin ini sebabnya kenapa dia menyebut nama Jhon," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
Rose menghela napas berat, mencoba menarik perhatian Lisa kembali. "Lisa," panggilnya dengan nada memohon, matanya penuh harap.
Lisa mengerutkan kening, mencoba memahami situasi yang dihadapi Rose. "Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi kenapa Jungkook harus melepas AllierTech Seoul? Apa hubungannya?" tanyanya, kebingungan tergambar jelas di wajahnya.
"Jungkook telah mengakuisisi perusahaan cabang Mr. Jhon yang ada di Seoul, dan mereka dalam waktu dekat akan merombak namanya secara resmi," jelas Rose, suaranya penuh ketakutan.
Lisa menghela napas, mencoba mencerna informasi baru ini. "Lalu, apa hubungannya denganmu? Dan dari mana kamu tahu soal perusahaan itu?" tanyanya dengan nada cemas.
Rose menelan ludah, wajahnya semakin pucat. "Alice ... dia datang dan mengancamku. Awalnya dia bilang ingin menemuimu, tapi katanya kamu tidak di rumah dan ternyata malah bekerja di sini," kata Rose dengan suara yang semakin kecil, hampir berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Palsu | LISKOOK
FanfictionLalisa Manoban terpaksa meninggalkan rumah setelah bertahun-tahun mengalami perlakuan tidak adil dari orang tuanya yang lebih memihak saudara kembarannya, Lalice. Sifat egois Lalice membuat hidup Lisa penuh dengan kesulitan. Setelah memutuskan untuk...