Setelah lega menceritakan semua masalah yang menimpanya belakangan ini, Lisa akhirnya pamit pulang. Dia takut kalau nanti Jungkook lebih dulu sampai di rumah. Tidak mau suaminya curiga. Andai saja Lisa tahu kalau bahkan identitasnya telah diketahui oleh Jungkook. Namun, dia tidak tahu kalau dirinya semakin terjebak oleh permainan yang diciptakan Alice kepadanya.
Rose sendiri mengantar Lisa ke depan. Sebenarnya dia ingin mengantar Lisa jalan menuju jalan ramai ksrena mengingat letak cafenya di sudut Kota Seoul, membuat taksi jarang lewat di sini.
"Lisa, apa kamu yakin sebentar lagi taksimu akan datang?" tanya Rose sebelum melepas Lisa.
"Iya, dia sebentar lagi sampai dan aku hsrus buru-buru ke depan," kata Lisa.
"Hati-hati, ya."
Mereka saling memeluk sejenak sebelum terpisah. Lisa berjalan menuju jalan di depan dekat jalan raya yang ramai. Tatapannya tertuju pada kendaraan yang berlalu-lalang. Bibirnya tertarik ke atas. Lebih ke ironis saat menyadari hidupnya bak kendaraan di jalan.
Kadang ngebut, kadang macet, dan kadang mulus. Ya, setidaknya dia merasakan itu semua.
"Apakah kamu yang memesan taksi?" Sebuah taksi muncul di depannya. Kaca mobilnya terbuka.
"Iya, saya Lisa."
"Benar," kata sang Supir setelah menunduk melihat layar monitornya untuk memastikan kalau gadis itu memang langganannya. "Silakan masuk, Nona."
Lisa segera masuk dan menyebutkan alamatnya. Supir itu terlihat tersentak kaget. Tentu saja Jln perumahan Gangnam-gu Boulevard itu merupakan perumahan pengusaha sukses.
Dia melihat di kaca depan dalam mobilnya. Sebelum melanjutkan jalan ke rumah Lisa. Diam-diam sangat penasaran siapa Lisa sebenarnya. Meski dia pun sedikit asing dengan wajah gadis ini.
Setelah melewati jalan cukup panjang dia tiba di rumah. Dia meras lega karena Jungkook belum sampai di rumah. Buru-buru ke kamar untuk mandi dan segera menghampiri Ahjuma Mi Engyu.
"Ahjuma, aku akan membantumu memasak," kata Lisa mulai mengambil bahan yang telah ada di meja untuk dipotong-potong.
Ahjuma yang tahu jika Lisa memang suka memasak membiarkannya. Dia pun senang dengan adanya Lisa di dapur terasa lebih hidup.
"Nona, bagaimana dengan makan siang Anda dengan Tuan?"
"Sangat baik, Ahjuma. Bahkan makanan di rentang tidak tersisa sama sekali," balas Lisa menyengir.
"Itu artinya, Tuan memang sangat mencintai Anda, Nona."
Lisa hanya terdiam dan tidak berkutik. Yang dicintai Jungkook sudah pasti saudarinya bukan dia.
Beberapa saat, setelah terdiam, suara langkah sepatu terdengar. Muncul sosok Jungkook. Wajahnya terlihat kusut dengan tatapan mata datar.
Namun, Lisa terlalu polos menyadari perubahan raut wajah suaminya. Dia hanya mengira kalau Jungkook dalam keadaan lelah setelah bekerja seharian ini.
Dengan gesit dia mengambil tas suaminya dan juga jas yang berada di tangan Jungkook di lampirkan di dekat lengan.
"Sayang, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu," kata Lisa. "Kamu bisa berendam untuk merilekskan badan."
"Tck, dari segi kepedulian memang dia mendekati sosok istri idaman. Tapi, apalah arti semua itu jika dilakukan demi uang?" sinis Jungkook dalam hati.
"Sayang," panggil Lisa kala melihat Jungkook melamun.
"Aku ke kamar."
Jungkook meninggalkan Lisa yang terdiam. Sementara Ahjuma Mi Engyu pun sejak tadi menyadari kalau sudah pasti tuannya sangat sakit hati. Apalagi selama ini dia menyaksikan bagaimana sabarnya Jungkook menghadapi Alice. Segala kekurangan gadis itu, dia terima.
***
Setelah mandi, Jungkook bergabung di meja makan. Mereka menikmati makan tanpa ada obrolan apapun. Walau begitu, Lisa tetap melakukan tugasnya sebagai istri. Mengambilkan makanan untuk suaminya.
Perubahan Jungkook, barulah Lisa sadari saat dia tiba di kamar. Meski tetap keliru.
"Apa di kantor ada masalah? Mengapa Jungkook terlihat tidak bersemangat," batinnya.
Jungkook sendiri hanya terus memainkan iparnya. Tentu saja menerima laporan dari anak buahnya dan juga mengecek email yang dikirim oleh sekretarisnya.
Tangannya kemudian meletakkan iPad. Mendekati Lisa. Tanpa aba-aba, dia mendorong tubuh Lisa. Menindihnya. Tanpa membiarkan Lisa bicara sepatah kata. Dia segera membungkam bibir Lisa dengan bibirnya.
Ciumannya semakin menuntut. Tidak ada kelembutan. Dia melakukannya secara tergesa-gesa, menuntut dan penuh emosi. Lisa yang tidak memiliki pengalaman apapun hanya pasrah meski dia merasa ketakutan.
Wajahnya pias, seraya menahan perih di bibirnya. Sepertinya lecet akibat ciuman kasar suaminya.
"Enghh ...." Erangan demi erangan terus terdengar di bibir mungilnya. Tangannya hanya mampu mencengkeram seprai dengan kuat.
Sementara itu, Jungkook seolah bukan hanya menyalurkan hasrat, tetapi dendam yang membara di hatinya.
"Kau menikmatinya?" tanyanya setelah berhasil memasukkan benda pusaka miliknya di liang sempit milik Lisa.
Lisa hanya diam, tidak bisa berkata apapun. Secara sadar, tentu saja dia tidak menikmati. Justru dia merasa dinodahi, tetapi dia sadar, kalau dia sendiri yang melakukan ini. Melakukan permainan yang pria di atasnya tidak tahu sama sekali. Walau kenyataan berbanding balik yang dia ketahui.
"Oh, kau sangat sempit, Baby."
"Ah, Jungkook!"
"Yes, call me!"
Gerakan dan hentakan Jungkook semakin dalam. Bahkan ketika Lisa mengerti merasakan pelepasan, dia tidak peduli. Dia terus melakukannya sampai Lisa merasa kehabisan tenaga.
"Kau tentu menikmatinya, 'kan? Karena kau pasti sudah menginginkan ini sebelumnya," kata Jungkook yang terdengar dingin di telinga Lisa.
Sayangnya, dia tidak mampu bersuara. Dia hanya merasakan, tubuhnya kini dibalut oleh selimut dan pelukan Jungkook.
Tanpa dia sadar, sudut matanya berair. Dia merasakan sakit yang luar biasa. Namun, dia juga tidak bisa melakukan apapun.
"Hiks, aku harap Alice segera kembali," batinnya pilu.
***
TBC
Halo, Guys. Makasih banyak atas vote dan jejak komentar kalian.
Btw, aku telat post karena aku tuh cek-cek perubahan wattpad dan banyak menuai protes dari berbagai negara
Kalau kalian sendiri, bagaimana tanggapan kalian atas perubahan wattpad kali ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Palsu | LISKOOK
FanfictionLalisa Manoban terpaksa meninggalkan rumah setelah bertahun-tahun mengalami perlakuan tidak adil dari orang tuanya yang lebih memihak saudara kembarannya, Lalice. Sifat egois Lalice membuat hidup Lisa penuh dengan kesulitan. Setelah memutuskan untuk...