Lisa membuka lemari besar di depannya. Segera, matanya tertarik pada deretan pakaian kantor bermerek milik Alice yang tergantung rapi. Blazer-blazer elegan, rok pensil yang trendi, dan blus-blus sutra menyambut pandangannya. Namun, tidak ada satu pun yang cocok untuk dikenakan ke kantor hari ini. Potongannya terlalu ketat dan desainnya terlalu terbuka untuk seleranya.
Dengan helaan napas panjang, Lisa menutup pintu lemari dengan pelan, seakan takut mengganggu keheningan pagi. Dia melangkah menuju lemari lain di sudut ruangan, tempat dia menyimpan pakaiannya sendiri. Tangannya dengan cepat menemukan celana bahan hitam dan kemeja putih sederhana.
"Kupakai ini saja," gumamnya sambil memegang pakaian itu di dadanya. "Aku hanya cleaning service, tidak perlu yang terlalu formal."
Sambil mengenakan pakaiannya, Lisa memandangi bayangannya di cermin. Wajah yang tadinya cerah kini terlihat kusam dengan mata yang sembab akibat menangis semalaman. Pikirannya melayang ke Jungkook, suaminya, yang tidak kembali ke kamar setelah pertengkaran mereka. Sisi tempat tidur Jungkook tetap dingin sepanjang malam, menambah rasa sepi yang menghantui Lisa.
Langkah Lisa menuju ruang makan terasa berat. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi udara, namun tidak bisa mengusir kekosongan di hatinya. Di meja makan, Jungkook duduk dengan punggung tegak, menyantap sarapan dalam diam. Tidak ada senyuman atau sapaan hangat seperti biasa, hanya keheningan yang menggantung di antara mereka.
Dengan gerakan hati-hati, Lisa menarik kursi dan duduk. Tangannya sedikit gemetar saat mengambil sendok dan mulai menyuapkan makanan ke mulutnya. Setiap gerakannya diawasi oleh Ahjuma Mi Engyu, wanita tua yang setia bekerja di rumah mereka. Ahjuma Mi, yang biasanya riang dan penuh perhatian, kini tampak bingung melihat kondisi tuan dan nyonyanya. Seharusnya, mereka sedang berbahagia, apalagi dengan kue yang dibawa Lisa untuk dinikmati bersama di kantor kemarin sore.
Namun, suasana pagi itu jauh dari bahagia. Ahjuma Mi hanya bisa memandang dari kejauhan sebelum beranjak ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya, meninggalkan Lisa dan Jungkook dalam keheningan yang menyiksa.
***
Lisa menarik napas panjang, merasakan sedikit kelegaan meskipun Jungkook tetap diam. Setidaknya, suaminya masih bersedia mengantarnya ke kantor. Namun, pikirannya berputar seperti badai yang tak kunjung reda. Rasanya seperti menjadi orang asing yang masuk ke dalam kehidupan orang lain—tampak berkuasa dari luar, tetapi sebenarnya bukan siapa-siapa. Itulah yang Lisa rasakan saat ini.
"Turun," suara Jungkook yang dalam memecah keheningan, membuyarkan lamunan Lisa.
Lisa mengedarkan pandangan ke sekeliling, melihat gedung kantor yang menjulang tinggi dengan kaca-kaca yang berkilau di bawah sinar matahari pagi. Tatapannya kembali ke Jungkook, yang hanya menatap lurus ke depan dengan wajah datar. Dengan langkah yang terasa semakin berat, Lisa turun dari mobil.
"Di kantor, bersikaplah seperti bawahan," tegas Jungkook sebelum meninggalkannya, suaranya seperti bilah pisau yang menembus hatinya.
Lisa tersenyum tipis, meskipun kata-kata Jungkook terasa menyakitkan. Setidaknya, dia masih mau berbicara dengannya.
Saat melangkah masuk ke gedung, tatapan sinis dari karyawan yang berlalu lalang menusuk dirinya seperti duri yang tak terlihat. Setiap langkah terasa berat di bawah pengawasan mereka, seolah-olah setiap mata menilai dan menghakimi tanpa ampun.
Seorang pria tinggi dengan kulit putih bersih menghadang jalannya. "Nona, silakan ikuti saya," katanya sopan, meskipun wajahnya tampak datar.
Lisa mengangguk kaku dan mengikuti pria itu melewati lorong-lorong yang asing baginya. Mereka tiba di sebuah ruangan dengan tulisan "HRD" di pintu, aroma lavender yang samar-samar tercium dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Palsu | LISKOOK
FanfictionLalisa Manoban terpaksa meninggalkan rumah setelah bertahun-tahun mengalami perlakuan tidak adil dari orang tuanya yang lebih memihak saudara kembarannya, Lalice. Sifat egois Lalice membuat hidup Lisa penuh dengan kesulitan. Setelah memutuskan untuk...