BAB 4

404 11 1
                                        

Mifipun membawa barang-barangnya menuju salah satu kamar, namun ketika iya mau memasuki kamar mifi merasa ada yang mengikutinya.

"stop. " dengan mengangkat satu tangannya✋.

"bapak mau ngapain?." tanyanya sambil melihat suaminya

"mau masuk, saya mau istirahat saya capek." ucapnya dengan muka datarnya.

"Kalau capek ya bapak istirahat dikamar bapak, jangan disini." mendengar ucapan mifi guz azim menyatukan alisnya.

"maksud kamu?." Bingungnya.

"ya bapak tidur di kamar yang lain." ucapnya menghela napasnya .

"disini memang ada dua kamar mifi, tapi kamar yang satunya belum dibersihkan belum di perbaiki." menghentikan ucapannya.

" jadi di rumah ini hanya ada satu kamar yang bisa kita tempati?." ucapnya.

"Tapi pak saya ti..." Ucapannya terpotong.

"kamu ingin kita tetap berdiri di depan pintu sepanjang hari, saya capek mifi sebaiknya kita masuk, mari biar saya bawakan barang-barang kamu." mengambil barang yang di pegang mifi meninggalkan istrinya di depan pintu.

"Apa kamu akan tetap berdiri disitu?." ucapnya dari dalam kamar, mendengar hal itu membuat mifi melangkahkan kakinya kedalam kamar, dengan tidak semangat sambil menghela nafasnya.

***Malam pun tiba***
Saat ini mifi tengah berada di balkon kamar yang ditempatinya iya duduk sambil melihat bulan 🌙 yang menyinari langit malam 🌃.

"abi kenapa abi menikah kan ku dengan laki laki kutub itu, rasanya aku akan mati membeku olehnya abi." iya terus menggerutu dan sesekali menghela nafasnya dengan berat.

"Putus sudah harapan ku untuk menikahi min yonggi, tuhan aku memang meminta mu untuk menikah kan aku dengan laki-laki seperti yonggi oppa, yang cuek dingin tapi perhatian, bukannya es kutub yang datar itu." setelah cukup lama mengeluh kini pandangannya tertuju pada cincin pernikahan yang tersemat di jari manisnya, mifi memainkannya.

Guz azim yang baru memasuki kamar setelah dari masjid, iya mengedarkan pandangannya ke seisi kamar untuk mencari keberadaan istrinya, pandangannya tertuju pada pintu balkon yang terbuka. Gus azim melangkahkan kakinya kearah balkon dan menemukan istrinya yang tengah melamun, sambil memain kan cincin pernikahannya.

"Maafkan saya." ucapnya dalam hati.

"Kamu lagi mikirin saya ya?."ucapnya tiba-tiba, dan hal itu membuat mimpi mengalihkan pandangnya ke arah sumber suara.

"Siapa jugak yang mikirin bapak nggak penting banget." ucapnya dan bangkit dari duduknya lalu melangkah kan kakinya memasuki kamar meninggalkan suaminya.

Mifi menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang sambil memainkan ponselnya.

"kamu udah sholat?." ucapnya tiba- tiba berdiri di samping mifi, tampa menoleh mifi menggelengkan kepalanya.

"kenapa belum sholat?." Tanyanya.

"saya lagi nggak sholat lagi halangan." ucapnya Tampa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

"Tidurlah ini sudah malam, saya akan tidur di sopa itu." ucapnya sambil menunjuk sopa yang terdapat dikamar itu.

"yakin bapak mau tidur di sopa itu?.  Bukannya kemarin bapak bilang tidak nyaman tidur di sopa."mengalih kan pandangannya ke arah suaminya yang kini sudah memegang bantal dan selimut.

"Ya karna sopa di rumah Abi itu kecil tidak sesuai dengan tubuh saya." ucapnya.

"atau kamu ingin saya tidur di samping kamu?." Sontak hal itu membuat mifi mengubah posisinya.

"GUZ KUTUB  PILIHAN ABI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang