BAGIAN 02

350 35 4
                                    


***

Sepulang sekolah David dan antek-anteknya bukan langsung pulang malah mampir ke Marmi, Marmi itu bukan nama orang, tapi nama sebuah bangunan kecil yang mereka sulap menjadi tempat ternyaman mereka untuk berkumpul dengan fasilitas lengkap, Marmi adalah singkatan dari Markas Mini, David yang memberi nama markas mereka dengan sebutan Marmi, katanya biar lebih simpel dan tak terkesan seperti berandalan yang mempunyai markas besar, bahkan dari luar Markas mereka hanya terlihat seperti ruko biasa, oh iya mereka juga punya nama geng, namanya Aderfia, meski terbentuk sebagai sebuah geng mereka tak memiliki yang namanya pemimpin, karena menurut mereka derajat mereka sama, tapi jika urusan tawuran ataupun balapan David jadi patokannya.

Berjalan mendahului teman-temannya David menuju parkiran menghampiri Eris, motor Aerox kesayangan David, di namain Eris katanya singkatan dari Aerox manis, semua aja di singkat sama si David, sampai guru bk aja di singkat jadi Parto alias pak Hartanto.

Hanya perlu waktu sepuluh menit untuk sampai di Markas, kini Aderfia telah sampai di markas dalam keadaan selamat dan sehat.

"Dav, jadi nyari kerja?" Tanya Ansel sembari menyodorkan sekotak susu rasa strawberry pada David.

"Jadi lah njir, butuh banget nih gue." Sahut David bersemangat, David bukanlah dari keluarga yang kaya, hidup sederhana dengan kedua saudara dan ibunya tanpa adanya sosok ayah dalam kehidupan David, membuat David berencana untuk sedikit membantu perekonomian keluarga mereka yang tergolong sulit, motor Aerox nya saja hasil dari balap liar.

"Semangat banget nyari kerja, duitnya buat apa si? Abang lo kan udah kerja." Hugo bertanya mewakilkan yang lain.

"Bentar lagi sekolah Aiden bakal ngadain study tour, gue rencana mau nyari duit buat bayar study tour nya Aiden, kalo ngandelin gaji bang iel yang ada Aiden ngga ikut study tour." Jawab David.

"Sayang adek nih ceritanya." Sahut Axel dengan nada mengejek.

"Bjirlah, gue udah tau rasanya ga ikut study tour saat semua temen-temen SMP gue dulu ikut study tour, ga enakk, dan gue ngga mau Aiden rasain apa yang gue rasa, kalo bang iel sih bodo amat." David menjawab sembari mengingat masa kelamnya.

"Giliran ke adek lo aja sayang banget, ke abang lo sendiri udah kaya tom jerry, ntar kepisah nangis lo." Brian ikut menimbrung oborlan, sedangkan Deva hanya menyimak sembari menonton Teletubbies di laptop Ansel.

"Kalo lo mau gue ada sih rekomendasian tempat kerja, bisa part time kok." Ujar Ansel sembari menyodorkan ponselnya yang membuka aplikasi Instagram yang menunjukkan sebuah poster lowongan pekerjaan.

David yang berada di pojok sofa langsung merapat pada Ansel dan merebut ponsel milik sahabatnya itu.

"Wih mantep juga nih, jadi kang kasir doang kan, besok dah gue ke cafe nya, btw kok nama cafe nya kaya ga asing." Guman David di akhir kalimat rupanya masih terdengar oleh Ansel.

"Itu cafe punya bang Bara." Sahut Ansel.

David hanya mengangguk sebagai balasan, ia cukup familiar dengan nama abangnya Ansel, hanya saja David belum pernah bertemu dengannya secara langsung, karena saat yang lain berkunjung ke rumah Ansel, David selalu menolak dengan alasan mager.

"Anjir! Gue lupa mau jemput Aiden!!." David tiba-tiba berdiri membuat teman-temannya terkejut, bahkan Alex sampai tersedak biji kuaci, bijinya ya bukan kulitnya jadi tak mengapa.

Rumah untuk pulang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang