BAGIAN 21

256 33 12
                                    

***

Hari minggu biasanya David akan bangun siang, terkadang melewatkan sarapan dan berakhir dapat ceramah dadakan dari papanya, namun kini dengan semangat David menuruni tangga dari kamarnya, kaki David telah sembuh sepenuhnya dan ia telah kembali ke kamarnya yang di lantai atas.

"Selamat pagi dunia!!!" Teriak David begitu sampai di ujung tangga, teriakannya menghentikan aktivitas manusia-manusia lain penghuni rumah itu.

"Dek sini, tumben udah bangun?" Panggil Bara yang berada di ruang keluarga.

"Kan mau siap-siap piknik jadi harus bangun pagi kannn.."Sahut David sembari bergelayut manja pada papanya yang membaca koran di samping Bara.

"Semangat banget nih anak papa, liat aja tuh kembaranmu malah tidur lagi." Tunjuk Alex pada Ansel yang tidur meringkuk di sofa.

"Ga Ansel ga David semua kan pelor pa, nempel molor." Sahut Bara lantas keduanya tertawa membuat David malu-malu.

"Ih jangan gitu ih kak Gil kan juga gitu ga David sama Ansel doang, duh jadi kangen kak Gil deh, kenapa sih harus KKN di tempat yang ga ada sinyal gitu, nyari tuh yang free WiFi gitu kek." Dumel David dengan pipi yang menggembung.

"Sabar dong, bentar lagi kan ada waktu buat kakak pulang, nanti main bareng-bareng sekarang siap-siap dulu yuk, katanya mau buat bekel piknik." Bujuk Alex dengan menggendong David di punggungnya menuju dapur.

"Let's go papa!" Teriak David dengan nyaring, hingga Ansel terbangun dari mimpi indahnya.

"Sabar sabar orang sabar di sayang anak.." Batin Alex meronta-ronta, meskipun secera lisan hanya mampu tersenyum.

***
Pantai menjadi tujuan keluarga Ivander untuk piknik di hari libur mereka, menghabiskan waktu dengan keluarga adalah hal paling berharga, perjalanan menjadi mengasikkan ketika David dan Ansel bercanda di mobil bahkan mereka karaokean agar perjalanan tak membosankan, tawa dari anak-anak Alex membuatnya ikut tertawa, Alex sangat bersyukur masih memiliki waktu untuk menjaga David, kebahagiaan Alex bertambah sempurna semenjak David hadir kembali dalam keluarga mereka.

Sesampainya di pantai David langsung berlari menuju bibir pantai tanpa menghiraukan kedua saudara dan papanya yang kesusahan membawa banyak barang.

"Buset seger bet nih air kek air surga." Guman David saat air laut menyapa kaki tanpa alas, karena sebelum mendekati air David telah melepas sepatunya.

"Girang bet liat laut duyung lo.."Senggol Ansel yang kini berdiri di samping David yang masih menikmati indahnya lautan biru.

"Kalo gue duyung berarti lo dugong soalnya kita sodara." Sahut David tanpa menoleh pada Ansel sedikitpun.

"Dih si anjir emang, untung sodara pit kalo engga udah gue tenggelemin lo di lautan." Ansel geram sekaligus gemas dengan kembarannya itu.

"Sel lo baru pertama kan ke pantai ini?, kan biasanya kalo kita ke pantai bareng Aderfia ngga ke sini." Tanya David, ia berbalik arah menghadap Ansel.

"Iya sih first time, kenapa emang?" Ansel penasaran mengapa David menyalakan hal itu.

"Gue dulu sering ke sini bareng Aiden, iseng-iseng nyoba rasain air lautnya ternyata tawar." Ujar David dengan serius.

"Mana ada njir, air laut ya semua asin." Ansel memukul pelan kepala David karena perkataan konyolnya itu.

"Kalo ngga percaya coba aja." David berbicara dengan mencelupkan jarinya pada air dan menjilatinya agar Ansel percaya.

Ansel yang telah percaya karena melihat David yang mencobanya ikut mencoba dengan menadah air laut pada tangannya.

"Sat asin anjir!" Ansel misuh-misuh saat rasa asin menjalar di mulutnya setelah merasakan air laut yang katanya tawar itu.

"Woy monyet sini lo!" Ansel berlari pelan mengejar David yang berlari tanpa tenaga, sekesal apapun Ansel pada David ia masih ingat jika David tak boleh kelelahan.

"Pa tolong David pa, David di kejar T-rex!" David bersembunyi di balik punggung Alex begitu Ansel telah menyusulnya.

"Kenapa main kejar-kejaran? nanti capek loh." Peringat Bara yang sebenarnya khawatir kalau David kesakitan.

"Ya itu loh bang adekmu masa iya ngerjain gue." Sahut Ansel kesal, melotot pada David yang menjulurkan lidah di balik punggung papanya.

"Kenapa sih kenapa? Tadi kayaknya anteng-anteng aja kok tiba-tiba main lari-larian." Tanya Alex sembari menarik David agar duduk di sampingnya.

"Itu loh pa anakmu, masa ia dia bilang air laut si sini rasanya tawar padahalkan pas Ansel cobain rasanya asin bangettt." Sahut Ansel kesal sedangkan David hanya tim ngakak.

"Lagian kok lo percaya kalo air laut tawar, gini nih pa kalo sekolah cuma sampe gerbang." David menyahuti dan sekarang giliran Bara yang ngakak, kapan lagi bisa liat Ansel gampang di kibulin.

"Udah-udah sini makan dulu, nanti kelamaan ngga enak jadinya." Lerai Alex sebelum perang terjadi.

Suasana kembali damai saat makanan sudah di tangan masing-masing, sandwich sayur buatan Alex khusus untuk bekal piknik mereka kini telah habis, awalnya David sempat menolak karena setiap hari harus makan sayur, katanya seperti kambing.

David tersenyum di sela ia mengunyah sandwich yang sempat di tolaknya, namun tiba-tiba dadanya terasa sesak, mungkin karena ia tadi berlarian dan tadi pagi tak sempat meminum obatnya, entah mengapa akhir-akhir ini rasa sakit di jantungnya lebih sering terasa walaupun David tak melakukan hal berat.

"Jangan sekarang pliss, jangan sakit dulu." Mohon David dalam hati, bahkan kini dahinya telah berkeringat.

"Dek? Kok diem aja? Ngga enak ya makanannya?" Tanya Bara saat mendapati David hanya diam dengan sandwich di tangannya.

"Emm enak tapi haus, pengen jus buah deh abang beliin ya, itu yang di pojok itu, terus papa tolong beliin ikan masa adek makan sayur terus nanti jadi kambing dong, oh iya sekalian Ansel kembaran David yang paling ganteng tolong ambilin celana di mobil ya.." Sahut David dengan memberi banyak permintaan pada keluarganya dan mereka hanya bisa pasrah karena David berbicara dengan muka memelasnya.

Setelah yang lain meninggalkan David di tempat mereka berteduh buru-buru David mengobrak-abrik tas yang ia bawa untuk mencari obatnya, tangannya bergetar menahan sakit di dadanya, keringatnya jatuh pada karpet yang di buatnya alas duduk, hingga David menemukan benda yang di cari-carinya, buru-buru ia menelan sebutir obat pereda rasa sakit sebelum keluarganya datang.

David bersandar pada batang pohon begitu selesai meminum obatnya, memejamkan matanya sejenak, mengistirahatkan tubuhnya menunggu obat bereaksi pada tubuhnya.

"Tuhan, David lelah."






***
See u next chapter guyss
Jangan lupa vote dan komen
감사합니다



AYO VOTE DAN KOMEN









Rumah untuk pulang? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang