BAGIAN 30

169 21 14
                                    

happy reading
jangan lupa vote dan komen
***





Aderfia tengah menikmati kebersamaan mereka dengan hal seperti biasanya, pergi ke taman belakang sekolah saat tak ada guru yang mengajar di kelas, ada yang bermain game, ada yang nyemil buah, ada yang tidur dan ada juga yang nangkring di pohon.

"Jam kosong gini tuh nikmat banget, rasa dunia ini punya abang." Ujar Hugo sembari memposisikan dirinya rebahan di samping David yang tertidur lelap, mereka berbaring beralaskan tikar yang mereka ambil dari mushola.

"bentar lagi bel pulang jangan ikutan tidur, bangunin dapit aja susahnya setengah hidup di tambah sama lo ogah sih gue." Ansel menarik Hugo yang badannya sudah setengah rebahan.

"Halah bentar doang ga sampe tidur, capek gue tadi abis di kejar pak RT." Jawab Hugo yang kembali merebahkan tubuhnya.

"lah ngapain bjir di kejar-kejar pak RT, maling ya lo?" Tanya Axel.

"biasa lah godain anaknya pak rete." Sahut Deva yang menyaksikan secara live kejadian Hugo di kejar-kejar pak RT.

Hugo hanya cengengesan karena memang faktanya begitu, ia beralih berguling untuk lebih dekat dengan David.

"Kok David dingin banget ya?" Tanya Hugo saat ia memeluk David dari samping, lantas ia beralih menatap wajah David yang memejamkan mata dengan keringat dingin yang mengalir dari dahinya.

"Dav.. " Hugo menggoyang pelan tubuh David namun tak ada respon, bahkan tangan David yang tadinya berada di atas perut kini terkulai lemah di sampingnya.

"David! jangan bercanda." Teriak Hugo membuat yang lain menoleh padanya.

"David! bangun!" Ansel yang menyadari pertama setelah teriakan Hugo langsung mendekati kembarannya.

"Sel tenang sel kita harus bawa David ke rumah sakit." Brian menarik Ansel agar lebih tenang karena bukan waktunya mereka panik, David butuh pertolongan.

Axel membawa David dalam gendongannya dengan bantuan Hugo, mereka terlalu panik untuk sekedar mencari bantuan, berlarian melewati lorong-lorong kelas mereka bergegas menuju parkiran, beruntung hari ini Axel membawa mobilnya ke sekolah.

Axel, Hugo, Ansel berada di mobil dengan David sedangkan yang lain membawa motornya masing-masing, sempat terjadi perdebatan di gerbang sekolah karena penjaga sekolah tak mengizinkan mereka keluar, di perjalanan yang lumayan senggang mereka kebut-kebutan agar cepat sampai di rumah sakit, mereka bergegas menuju UGD setelah sampai di rumah sakit.

"Sel lo harus hubungi bokap lo." Ujar Deva memberi saran, biar bagaimanapun mereka butuh orang dewasa.

Dengan tangan yang bergemetar Ansel menghubungi papanya, mengirim pesan singkat jika kembarannya berada di rumah sakit.

Menunggu sedikit lama Alex datang dengan Bara, menghampiri Ansel yang duduk di antara teman-temannya.

"Gimana David sel?" Tanya Bara.

Belum sempat Ansel menjawab dokter telah keluar ruangan, membuat Ansel berdiri.

"keluarga pasien?" Tanya dokter saat melihat ada banyak orang di sana.

"saya papanya dok, bagaimana keadaan anak saya?" Alex yang menjawab dengan harap ia mendapat kabar baik.

"Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat, untuk wali bisa ikut ke ruangan saya." Ujar dokter dengan senyumannya.

Alex berjalan meninggalkan UGD dengan mengikuti dokter yang menangani putranya, tak lama setelahnya David keluar dari ruang UGD dengan senyum cerahnya.

**
"Bagaimana kondisi anak saya dokter?" tanya Alex begitu ia telah duduk menghadap dokter yang menangani putranya.

"sebelumnya saya ingin bertanya pak, apa sudah lama putra bapak mengidap penyakit jantung?" Tanya dokter tanpa menjawab pertanyaan Alex sebelumnya.

"Sejak lahir dok, penyakit jantung yang di derita anak saya bawaan dari lahir." Jawab Alex.

"Putra bapak harus segera melakukan operasi transplantasi jantung pak, kondisi jantungnya sudah tak memungkinkan lagi untuk bertahan lebih lama." Jelas dokter dengan singkat agar Alex lebih paham ke intinya.

Alex lemas di tempatnya, hatinya terasa tercabik-cabik mendengar kabar tentang putranya, Alex marah pada dirinya sendiri yang tak becus dalam mengurus putranya, Alex marah pada takdirnya di pisahkan dengan putranya selama bertahun-tahun, kehilangan istrinya, di bodohi oleh orang yang telah ia percayai untuk mengganti peran mendiang istrinya dan sekarang ia harus mendengar kabar buruk putra bungsunya.

"Jika pihak keluarga dan pasien menyetujui, pihak rumah sakit akan segera mencari pendonor yang tepat untuk putra bapak." Lanjut dokter dengan menyerahkan lembar kertas persetujuan tindakan operasi.

"Lakukan yang terbaik dok, saya mohon selamatkan anak saya, saya akan tanggung berapapun biayanya asal anak saya selamat." Jawab Alex.

"Baik pak, untuk sementara hingga waktu operasi anak bapak harus menjalani pemeriksaan serta perawatan penuh di rumah sakit."

Alex hanya mengangguk sebagai jawaban, ia akan melakukan apapun untuk David, bahkan jika harus menghabiskan seluruh uangnya akan ia lakukan, uang bisa di cari tapi putranya tak akan terganti.



***
happy new year yeorobunnnnn
gimana kabar???
semoga baik di tahun yang baru ini
terimakasih telah dukung cerita ini
dengan vote dan komen kalian yang berharga
see u next chapter

감사합니다















Rumah untuk pulang? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang