happy readingHujan angin dan guntur yang menggelegar tak membuat David memiliki niat untuk beranjak dari tempatnya, ia duduk di samping jendela memandang hujan deras yang membasahi kota, memikirkan keputusan yang akan di buatnya.
Semalam Gilbert memberi dua pilihan pada David, kembali ke rumah papa atau bunda, hal yang sangat sulit untuk David putuskan, perasaan marah pada saudaranya masih sangat besar namun ia juga merindukan papanya, dan David tak bisa memilih antara papa atau bunda karena mereka sama-sama berharga bagi David.
Usapan lembut pada bahunya membuat ia menoleh, sedikit kaget namun tak sampai membuat jantungnya berulah, saat ia menoleh rupanya Gabriel yang datang.
"Ngapain bengong depan jendela?" Tanya Gabriel sembari memposisikan dirinya duduk di hadapan David.
"Lagi menikmati hidup selagi sempat." Jawab David, tatapannya kembali mengarah keluar jendela.
"Halah bicaramu kek orang bener aja." Sahut Gabriel dengan sedikit tertawa.
"Bang? boleh David tinggal di rumah?" Tanya David pelan, tangannya meremat ujung baju menahan gugup.
"Boleh, sejuta seminggu." Jawab Gabriel dengan tawanya, ia memegang kedua bahu David dan mengubah posisi menjadi menghadapnya.
"Dav, rumah bunda itu rumah kita juga, rumahnya abang, rumahnya Aiden juga rumahnya David, mau dalam keadaan senang, susah, sakit, sedih atau apapun kalo kamu mau pulang, pulang aja ke rumah bunda, rumah kita semua, tempat kita berbagi keluh kesah, tempat kita bermain juga bertengkar." Ujar Gabriel dengan menatap David penuh pengertian.
"Makasih bang, makasih selalu ada buat David kapanpun, dari David masih bayi sampe David udah dewasa, walaupun abang suka marah-marah tapi David paham kalau itu semua juga demi kebaikan David." David memeluk manusia kokoh di hadapannya, menyandarkan dirinya penuh kepercayaan jika abangnya akan menahannya, menerima semua beban David.
"Jika kehidupan selanjutnya itu benar-benar ada, David mau jadi adiknya abang, jadi adik kandungnya abang." Lanjut David dengan mengeratkan pelukannya.
Tanpa mereka sadari momen keduanya di saksikan oleh Gilbert dengan hati yang patah, ia merasa begitu gagal menjadi seorang kakak, harusnya ia yang berada di posisi Gabriel, namun Gilbert bisa apa jika adiknya lebih nyaman dengan seseorang yang merawatnya dan memberinya kasih sayang semenjak lahir.
"Nak kenapa bengong di depan pintu?" Tanya seseorang di belakang Gilbert membuatnya sedikit terkejut.
"Eh ngga apa-apa kok tante, tadi kepikiran kayaknya ada barang yang ketinggalan di mobil, saya permisi dulu." Jawab Gilbert pada Nessa yang berada di ambang pintu.
Nessa tak menjawab hanya tersenyum dan membiarkan Gilbert meninggalkan ruangan, Gilbert tak sepenuhnya bohong karena memang ponselnya tertinggal di mobil.
***
"Bosen banget sumpah, ga ada si kembar rasanya sepi banget." komen Hugo sembari mengaduk-aduk segelas nutrisari jeruk peras di hadapannya.
kini Aderfia tengah berkumpul di kantin saat jam kosong tanpa si kembar.
"Gue juga bosen, tapi malah kepikiran David di mana ya? sejak hilang hingga kini kita bener-bener ga ada yang bisa nemuin David, kek tiba-tiba ilang tanpa jejak sedikitpun, bahkan si Eris aja di rumah Ansel berarti kan David kaburnya ga bawa motor." Sahut Axel.
"Yang tau di mana David cuma kak Gilbert, tante Nessa, bang iel sama Aiden doang, tapi David ga ada di rumah tante Nessa, jadi David di mana dong????" Brian mengusak rambutannya frustasi, ia juga bingung sekaligus penasaran di mana David dan bagaimana keadaannya.
"Gue juga beberapa kali buntutin bang iel ataupun Aiden pas keluar tapi semuanya ga ada yang mencurigakan, mereka mainnya rapi banget, gue jadi kasian sama Ansel sampe sakit gitu." Deva ikut berkomentar.
"Ngapain kasian kan Ansel juga yang buat David pergi." Sahut Hugo dan dengan gemas Axel menyentil dahinya.
"Di bilang ga boleh gitu, inget kita ga boleh ikut campur, soalnya itu urusan keluarga mereka, kita cukup bantu mereka aja nanti pas udah ketemu buat baikan tapi jangan ada yang maksa, apalagi maksa David, beban hidupnya udah berat banget." Tutur Axel lantas di angguki semuanya, mereka tentu setuju dengan perkataan Axel karena hal tersebut adalah hal terbaik bagi mereka agar tetap damai dalam persahabatan mereka.
***
David berada di ruang rawatnya sendirian, baru saja Gabriel dan bundanya pergi karena harus bekerja, jadilah David seorang diri di sana.Ia bangkit dari duduknya untuk berjalan kembali ke ranjang, tadi ia berpindah duduk di sofa karena merasa bosan rebahan, namun saat akan melangkah kakinya terasa lemas, David terjatuh di samping sofa dengan memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sakit dan sesak.
"A-akhh s-sakit." Ujar David dengan terbata karena nafasnya yang tercekat, ia kesulitan bernafas saat di rasa dadanya semakin sakit, hingga ia tergeletak tak sadarkan diri di samping sofa.
***
yeorobunnnnn annyeong
udah pada streaming 'LAST NIGHT" belum nih??? ayo di kencengin streamingnya
jangan lupa vote dan komen
감사합니다
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah untuk pulang? [END]
Fanfiction"pulang itu ke rumah kan?" -David Start [31-05-2024] End [31-01-2025]