BAGIAN 04

295 39 9
                                    


★★★

David keluar ruang interview dan menyimpan barang-barangnya di ruangan khusus untuk pegawai, ia akan mengikuti seniornya yang bernama Cakra, ia mahasiswa semester awal yang juga kerja part time di sana, Cakra telah satu bulan kerja di sana dan kepala cafe menitipkan David pada Cakra untuk di beri pengarahan, tak lupa sebelum memulai pekerjaan David menghubungi Aiden jika ia akan pulang malam, beruntungnya hari ini ibunya izin pulang larut begitu juga dengan Gabriel dan Aiden tak mengapa jika harus sendirian di rumah.

Sebagai awalan Cakra mengenalkan David pada pegawai di sana dan bersyukurlah David karena semua orang menyambutnya dengan baik, entah itu hanya pura-pura ataupun tulus David tak mempermasalahkan hal itu, tujuannya hanya untuk bekerja dan mendapat uang.

"Kak? Ini a-aku ngga bantu apa gitu?" Tanya David gugup sampai terbata, dan hal itu membuat Cakra tertawa karena menurutnya sangat lucu.

"Biasa aja kali, ga usah se formal itu gue ngga makan manusia kok ngga usah takut." Cakra terkekeh di akhir kalimat, menurutnya David ini sangat lucu dan menggemaskan.

David hanya tersenyum malu-malu, bersosialisasi seperti ini bukanlah hal yang mudah baginya.

"Seperti yang sudah di jelaskan, selama tiga hari lo cukup liat dan pahami gue selama jadi kasir gimana nanti kalo lo udah paham kita bisa gantian, and David welcome.. selamat bergabung, di sini enak kok pegawai di sini ramah-ramah." Jelas Cakra tak lupa dengan senyumnya ramahnya yang membuat David juga merasa nyaman.

"Thanks kak."

***
Jam telah menunjukkan pukul delapan malam dan tanpa ada yang menduga Gabriel pulang lebih awal hari ini, dengan membawa dua bungkus plastik berisi ayam goreng dan martabak manis, Gabriel mengetuk pintu setelah memarkirkan motornya.

Tak butuh waktu lama untuk mengetuk pintu kini pintu terbuka dengan menampilkan Aiden dan sebungkus Chiki di tangan kanannya.

"Tumben bang udah pulang?" Tanya Adien setelah Gabriel memasuki rumah.

"Iya hari ini angsuran lancar jadi bisa pulang cepet." Jawab Gabriel sembari berjalan ke arah dapur, Gabriel bekerja sebagai admin di sebuah koperasi simpan pinjam milik BUMN.

"Mantep dong ngga kerja lembur bagai kuda." Sahut Aiden yang mengekori abangnya.

"Panggil kakakmu sana, nih abang bawain ayam sama martabak favorit kalian." Ujar Gabriel yang bersiap menuju kamarnya setelah meletakkan bawaannya di meja dapur.

"Kak Dav belum pulang." Sahut Aiden membuat Gabriel langsung berbalik arah menghadap Aiden.

"Kemana? Jam segini belum pulang?" Tanya Gabriel dengan nada yang hampir mendekati marah.

Belum sempat Adien menjawab, pintu rumah terbuka menampilkan David yang penampilannya sudah seperti preman pasar, rambut dan pakaiannya acak-acakan seperti habis di terjang badai.

"Jam segini baru pulang dari mana aja?" Tanya Gabriel dengan suara rendahnya membuat David sedikit tersentak, saking lelahnya ia tadi tak menyadari adanya motor milik abang galaknya itu.

"Loh! Kok udah pulang?" Tanya David bingung.

"Orang nanya itu di jawab bukan balik nanya, emang kenapa kalo gue udah pulang? Takut ketahuan keluyuran?" Gabriel menatap tajam David yang masih terlihat kebingungan di depan pintu.

"Siapa sih yang keluyuran, nethink mulu tuh otak." Sahut David kesal, ia sudah lelah dan sekarang abangnya malah ngajak ribut.

"David, dari mana?" Tanya ulang Gabriel penuh penekanan.

"Ngepel plafon sekolah, puas lo!" Sahut David dengan berlalu begitu saja melewati abangnya menuju ke kamarnya, David benar-benar lelah dan membutuhkan kasurnya.

Gabriel mengehela nafasnya sabar, ingin sekali ia berteriak dan menerjang wajah songong adiknya itu namun Gabriel masih punya kesadaran untuk tak membuat jantung adiknya kesakitan lagi, ia cukup merasa sakit jika harus melihatnya kesakitan karena jantungnya yang lemah itu.

"Abang mau istirahat dulu, dan ajak kakak bandel mu itu buat makan malam sebelum tidur, dan minta dia buat minum obatnya." Ujar Gabriel sebelum ia benar-benar melangkahkan kakinya menuju kamar.

Aiden hanya mengangguk, pertengkaran seperti ini adalah hal yang biasa bagi Aiden, abang dan kakaknya sudah seperti tom and jerry dan itu berlaku setiap hari, selalu saja ada pertengkaran antara mereka, namun Aiden juga tak jarang mendapati keduanya saling memperdulika, seperti tadi contohnya, semarah apapun Gabriel pada David ia tak akan tega menyakitinya dan selalu perduli pada David begitu juga sebaliknya.

Dengan membawa gelas berisikan air hangat Aiden menuju kamarnya menyusul David, membuka pintu kamar perlahan dan mendapati kakaknya tengah tidur terlentang di lantai.

"Tumben pulang malem kak, darimana?" Tanya Aiden sembari duduk di samping David yang masih di posisinya.

David membenahi posisinya menjadi duduk bersila di samping Adien sebelum menjawab pertanyaan adiknya itu.

"Gue ada rahasia, mau tau ngga?" Bisik David di samping telinga Adien.

"Mau mau apaan??" Tanya balik Adien yang entah mengapa ikut berbisik.

"Ga jadi deh, ntar cepu lo!" David berujar sembari menjauhkan wajahnya yang terlalu dekat dengan adiknya itu.

"Cih ga asik" Aiden menyentil gemas ubun-ubun kakaknya itu, ia gemas dengan cara kakaknya yang memanggilnya, kadang menggunakan lo gue, kadang aku kamu, kadang ane ente, kadang you and me, semua bahasa di gunakan tergantung moodnya.

"Janji dulu ga cepu ke bunda apalagi a-bangsat." Ujar David sembari menyodorkan jadi kelingkingnya pada Aiden.

Adien menghela nafasnya dan segera meraih jari kelingkingnya kakaknya itu untuk di kaitkan di jadi kelingkingnya.

"Gue pulang telat karena gue kerja." Ujar David cepat.

"Hah? Maksudnya?" Tanya Aiden kebingungan.

"Gue kerja mulai hari ini, tapi jangan bilang siapapun." Ulang David dengan intonasi yang lebih kalem.

"Kerja buat apaan? Uang dari bang iel kurang? Kan masih sekolah kak ngga usah aneh-aneh deh." Sahut Aiden yang masih kebingungan dengan maksud kakaknya.

"Pokoknya gue mau kerja, dan lo harus bantuin gue buat kabur setiap gue mau kerja." Kekeh David dengan memegang kedua bahu adiknya, tak lupa dengan puppy eyes nya.

Aiden memalingkan wajahnya dari tatapan kakaknya itu, Aiden tak bisa melihat wajah memelas kakaknya itu, "Terserah kakak, yang penting jangan kecapekan."

"Yoo you are the best brother!! Udah yuk makan gue laper, bang iel bawa makanan kan." Sahut David yang sudah berdiri dan berjalan meninggalkan Aiden yang gemas pengen lempar gelas pada David, terkadang Aiden ingin sekali menanyakan pada bundanya siapa yang lahir lebih dulu di antara mereka, karena David terlihat lebih pantas menjadi adiknya ketimbang kakaknya, namun tak jarang juga David benar-benar menjadi sosok kakak bagi Aiden.

Aiden begitu bersyukur memiliki kakak seperti David dan juga bersyukur memiliki Gabriel sebagai abangnya yang telah merangkap sebagai sosok ayah dalam hidup Aiden.

📍 Partner David

📍 Partner David

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★

See u next chapter guyss
Jangan lupa vote dan komen

감사합니다


Rumah untuk pulang? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang