Semarang bukanlah kota asing bagi Mai. Kakek dan nenek dari mendiang ayahnya tinggal di Semarang semasa hidup. Mai menghabiskan masa balita hingga TK di Semarang beberapa tahun silam. Mai dan keluarganya juga kerap berkunjung ke rumah nenek dan kakek setiap libur panjang hari raya, sebelum keduanya meninggal ketika Mai duduk di bangku SMP.
Yang Mai ingat tentang Semarang bersama nenek dan kakek, ada kota lama yang pernah mereka kunjungi kunjungi bersama. Mai dan Jaika sempat berfoto di sana dengan mendiang nenek dan kakek mereka ketika duduk di bangku sekolah dasar.
Ketika Mai kembali ke Semarang untuk berkuliah, ia merasakan cukup banyak perbedaan pada bangunan-bangunan di kota lama yang sudah direnovasi jika dibandingkan dengan dulu. Dinding-dindingnya sudah dilapisi cat baru saat ini. Tatanan jalan di sana juga banyak berubah, sebagian diperlebar. Namun kenangan tentangnya dengan nenek dan kakeknya tidak akan pernah berubah. Semua akan tetap terpatri di ingatannya dan ia abadikan dalam foto.
Mai turun di stasiun pukul setengah lima sore. Perjalanan dari Stasiun Pasar Senen hingga Stasiun Tawang memakan waktu sekitar enam setengah jam. Waktu yang cukup efisien dibanding dengan ketika Mai naik bus. Ia juga lebih menyukai kereta dibanding bus karena kereta tidak membuatnya mabuk perjalanan-berbeda dengan bus yang kerap membuatnya pusing dan mual.
Mai menarik koper coklatnya keluar stasiun. Sesekali ia membetulkan posisi tas punggungnya yang mulai membuatnya tidak nyaman karena terasa cukup berat. Tas itu berisi empat novel seri Avatar, satu novel karya Minato Kanae yang diberikan secara cuma-cuma oleh Bas, dan laptop beserta pernak-perniknya.
Mai naik bus trans dari halte stasiun untuk sampai ke kosnya. Jarak antara kosnya dan stasiun cukup jauh, sekitar 8 km. Menghemat biaya adalah salah satu alasan mengapa Mai memilih bus trans. Selain itu, di bus trans ada AC yang membuatnya tidak kepanasan. Belum lagi selalu ada kernet bus yang membantunya menaikkan dan menurunkan koper dari bus ke halte. Itu merupakan fasilitas yang melimpah dengan harga ramah kantong mahasiswa.
Sampai di halte terdekat dari kosnya, Mai harus berjalan lagi sejauh 100 meter sampai ke kosnya. Begitu masuk ke kamar kos, Mai langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Hal yang pertama ia lakukan setelah merebahkan tubuh adalah mengecek akun twitternya yang ternyata sudah ramai notifikasi.
Thread yang Mai buat tentang review salah satu buku kebetulan mendapat banyak likes dan retweet. Beberapa orang menuliskan pertanyaan di kolom balasan. Mai juga melihat akun Bas di sana.
Bangbrob
Setuju banget kalau bukunya bagus. FYI buku ini ada 3 seri, jadi kalau ada yang ngerasa ada plot hole mungkin wajib baca seri-seri yang lain, sih. Sayang seri yang lain belum ada versi Indonesianya, seri yang lain masih bahasa Jepang 😅Omamamai
Wah aku baru tau kalau ada 3 seri. Thank you udah ngasih tau, Kak. Mungkin kalau udah ada versi Indonesianya aku bakal baca.Selepas mengetik balasan untuk Bas, Mai meletakkan ponsel karena mendengar pintu kamar kosnya diketuk. Tangannya menarik gagang pintu. Ketika pintu telah terbuka, Mai mendapati tetangga kosnya terlihat tidak baik-baik saja. Matanya sembab dan bajunya kotor. Di pergelangan tangan hingga sikunya terdapat banyak luka terbuka.
"Adis, kamu kenapa?"
"Habis jatuh dari motor, hehe. Mbak Mai, punya obat luka sama kapas nggak? Kapasku habis ternyata."
"Enggak. Aku beliin di warung depan, ya. Kamu tunggu di kamar kamu sebentar!" Mai buru-buru mengambil dompet dan menutup pintu kamar kosnya. Sandal yang tergeletak di rak depan kamar kosnya ia ambil dan kenakan. Mai berlari meninggalkan kosnya.
Warung yang Mai tuju berada di ujung gang kos. Mai biasa membeli kebutuhan ketika mendesak di sana, atau sekadar membeli makanan ringan.
"Beli apa, Mbak Mai? Kok buru-buru gitu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/369414028-288-k397541.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Read Your Heart?
Teen FictionSetelah berhasil membeli novel incarannya dari seseorang bernama Bas di twitter, Mai membawa novel-novel itu ke kota rantauannya-kota tempat ia berkuliah. Mai juga menjadi akrab dengan Bas sebab keduanya kerap bertukar informasi seputar buku. Ketika...