Tak lama setelah kepergian Cindy, Dimas pun bergegas pergi dari cafe tersebut. Ia sudah tak fokus sejak tadi memikirkan penjelasan pada Cindy.
"Lo balik sendiri. Gue mau langsung cabut" ucap Dimas pada Sitha.
"Hah? Gue balik sama siapa? Tega banget sih lo" Sitha memanyunkan bibirnya memohon pada Dimas.
"Ojol banyak Sit" Dimas mendelik kesal pada Sitha. "Gue gak habis pikir lo bilang ke Cindy kalo gue yang ngajakin lo kesini"
"Hm... Abis cewek lo nadanya kaya lagi ngintrogasi gue. Kan gue jadi panik dan jawab seadanya" jelas Sitha cengengesan tanpa rasa bersalah.
"Pinter banget lo ngarang cerita" sahut Dimas mencemooh sambil berlalu.
Sitha menatap kepergian Dimas dengan kesal. Selama ini, Dimas tak pernah menolak apapun kemauannya. It's okey, ucap Sitha dalam hati. Mungkin Dimas kesal karena Cindy yang datang tiba-tiba tanpa memberi kabar. Besok sepertinya kondisinya sudah seperti semula.
***
Cindy berjalan cepat memasuki gedung organisasi. Ia membuka pintu ruang rapat dan terkejut melihat seorang pria "berjaket abu", dan Syifa. Ia melirik ke rekan-rekan lainnya yang sudah sangat siaga.
"Oke Cin, akhirnya lo sampe juga" Edo membuka pembicaraan pada teman-teman lainnya. "Jadi gue gak sengaja nge-gap mereka berdua di dekat sekre MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam)" jelas Edo sambil menunjuk pria itu.
"Persis seperti ciri-ciri yang Syifa jelasin soal pelaku penyerangan di toilet, bener dia orangnya" sambung Kak Wisnu melanjutkan.
Cindy mengambil posisi duduk disebelah Tasya. Suasana masih hening mencoba mendengarkan penjelasan dengan seksama. Terlihat pria itu diam dengan tatapan kosong memandangi Syifa yang tertunduk.
"Jer, lo mau coba jelasin semua dari sisi lo? Supaya kesannya kita gak menghakimi lo disini" tanya Kak Wisnu dengan bijaksana.
Jerry, nama pria itu. Ia menatap Kak Wisnu yang ternyata mereka se-angkatan. Terlihat sekali Jerry tengah menahan emosi disitu. Ia mengatur napasnya sebelum mulai bicara.
"Jadi gue sama dia pertama kali kenal di dating app" jelas Jerry membuka cerita. Syifa masih menundukkan kepala, Cindy tak bisa melihat jelas ekspresinya saat ini.
"Gue gak tau kalian udah dengar banyak cerita tentang kehidupan dia atau belum. Kita mulai kenal di app itu sekitar dua bulanan sebelum semester dimulai. Dia cerita kalo dia keterima kuliah di kampus kita. Dia ngabarin dan ngajakin gue ketemu pas dia sampe Indo. Gue jemput dia di airport" Cindy mencerna perlahan penjelasan Jerry. Sampai disini masih masuk akal.
"Selayaknya cowok yang lagi usaha ngedeketin cewek, gue lakuin semua usaha yang gue bisa. Gue jemput dia, gue anterin dia kemana pun dia pergi. Gua niat baik... jagain dia, karna dia bilang dia disini sendirian. Tapi dia manfaatin gue" Jerry menjeda sejenak, melihat ke arah Syifa yang terus menundukkan kepalanya.
"Dia ngundang gue ke apart dia, ngasih gue bir, dan... bikin gue pingsan" Semua orang disana saling bertatapan satu sama lain, seakan tak percaya dengan penjelasan Jerry barusan.
"Dia telanjangin gue, dia foto-foto gue. Dan dia ngancem nyebarin foto-foto gue kalo gue gak ngasih dia duit" Semua orang syok, Kak Wisnu melirik ke yang lain memberi kode untuk tetap tenang.
"Wajar dong gue marah?" tanya Jerry pada semuanya. "Gue ajak dia ketemu baik-baik. Gue mau coba selesain semuanya baik-baik. Gue gak pernah kasar sama cewek. Tapi dia bikin gue spanning mulu"
"Sampe akhirnya gue tau kalo semua hal yang dia sombongin itu hoax. Dia ga pernah stay di Singapore, orangtuanya apalagi. Dia kerja morotin orang supaya bisa dapet duit, tapi sayangnya dia salah orang"
"Terakhir, dia ngajak gue ketemu di sini. Dia bilang dia mau selesain semuanya. Gua gak pernah kesini sebelumnya, gue ikutin titik dimana dia ngajak gue ketemu. Toilet? Gue udah curiga sih. Tapi gue ikutin dulu maunya dia. Dia bener-bener mancing emosi gue terus. Sumpah, demi Tuhan, gue ga pernah punya niat nyelakain dia, dia masih ngedesak gue buat penuhin permintaan dia buat ngasih dia duit... Gue gak sengaja ngedorong dia..." Jerry menghela napas dan diam sejenak.
"Gue salah karena gue kabur, tapi gue ngelakuin itu karna gue panik. Gue... gue gak kenal sama lingkungan kampus disini, orang-orangnya juga"
Hening
"Trus akun secretadm itu beneran punya Kak Jerry?" tanya Cindy dengan sopan.
"Gue punya akun dengan nama itu cuma di dating app. Gue ga pernah punya akun fake di IG atau medsos manapun. Lo liat aja, kapan akun itu komen di postingan dia? Gak lama setelah kejadian itu. Gue yakin dia sengaja buat akun fake dengan nama akun gue supaya orang ngira gue yang paling bersalah disini"
Syifa masih diam. Pandangannya kosong. Ia seperti tak ada niatan untuk membela diri. Seperti seorang maling yang sudah tertangkap basah mencuri. Singkat cerita, Syifa ternyata punya side job yang istilah masa kininya kita kenal sebagai ani-ani.
Ia mencari korban untuk bisa memberikannya banyak uang. Tapi sepertinya Syifa belum terlalu berpengalaman. Ia belum ahli dalam meyeleksi korbannya sampai Ia bertemu Kak Jerry. Dari beberapa informasi yang beredar, Kak Jerry ini memang terkenal tajir di angkatannya di jurusan olahraga. Berasal dari latar belakang pengusaha, Ia sering menjadi sponsor di beberapa kegiatan kampus di jurusannya.
"Syifa? Dari lo sendiri ada mau sampein sesuatu gak?" tanya Kak Wisnu dengan lembut. "Kita janji semua habis disini"
Syifa diam sambil melihat sekeliling. Ekspresinya seperti sedang memikirkan kata-kata yang hendak diucapkannya. Ia menelan ludah gugup. "Gue... minta maaf" ucapnya lirih dengan nada terpaksa..
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dirty Boyfriend 2
RomanceCerita ini mengandung konten 21+. Diharapkan kepada para pembaca untuk bersikap bijak. Kasus bullying yang terjadi dikampusnya meyeret nama Cindy sebagai anggota organisasi. Ia menyelidiki kebenaran yang merusak citranya. Namun, Ia malah harus menge...