Mana Tahan (21+)

844 17 0
                                    

Cindy menghela napas mencoba mengontrol emosinya yang mulai naik. Anak baru ini sudah berhasil bikin geger satu kampus dan bikin jelek nama organisasi.

"Oke, kalau gitu semua selesai disini. Kak Jerry, kalau masih ada urusan yang belum selesai sama Syifa, silahkan selesaikan secara personal, diluar kampus" jelas Cindy pada Jerry sambil tersenyum.

Ekspresi Syifa langsung berubah panik. Sepertinya Ia santai daritadi karena merasa dibela oleh senior-seniornya. Tapi sepertinya Cindy sudah paham dan tahu cara menangani anak baru ini. 

Semua orang yang hadir dalam pertemuan itu pun membubarkan diri. Syifa masih terdiam di posisinya melihat orang-orang yang tidak perduli padanya. Jerry pun terlihat beranjak dari kursinya dan berjalan keluar didampingi Kak Wisnu. Mereka terlihat mengobrol serius.

 Nindy berjalan menghampiri Syifa. "Syifa, kita semua udah tau soal latar belakang kamu. Pesan aku, kita sudahi semua disini ya. Aku minta kamu, kontak admin blog kampus untuk takedown semua berita dan kasih tau disini kalo kita, semua anak organisasi dan panitia gak terlibat dengan urusan pribadi kamu" jelas Nindy tersenyum. Jelas sekali terdengar nada bicaranya mengancam.

***

Cindy, Nindy dan Tasya berada di mobil Cindy menuju sebuah cafe tempat mereka dan teman-teman lainnya janjian berkumpul. Sebagai penutup setelah menyelesaikan misi tidak berguna ini, Kak Wisnu mengajak mereka untuk party kecil-kecilan sebagai bentuk refreshment.

"Thanks ya Cin" bisik Kak Wisnu tiba-tiba duduk disebelah Cindy. Cindy yang sudah setengah mabuk tersenyum menatap Kak Wisnu. Matanya sayu dan pipinya terlihat merah.

"Lo lebih keren, Kak. Gak salah pilih lo jadi ketua" sahut Cindy mengacungkan kedua jempolnya.

Ponsel Cindy sejak tadi bergetar oleh panggilan masuk dari Dimas. Namun, Cindy mengabaikan karena sudah setengah sadar dan juga masih kesal dengan Dimas karena insiden tadi siang. Ia memilih menikmati malam ini bersama teman-temannya.

Beberapa teman lain juga tengah menikmati malam dengan seru. Nindy sudah mabuk berat, sementara Tasya terlihat sedang duduk berduaan dengan Edo.

"Mau gue anterin pulang?" tanya Kak Wisnu yang masih duduk disebelahnya.

"Gue oke kok" jawab Cindy menggelengkan kepalanya. Ah, ganteng juga nih cowok, apa gue cium aja ya! ucapnya dalam hati.

***

Dibalik itu, Dimas tengah uring-uringan di dalam apartement. Berulang kali Ia mencoba menghubungi Cindy, tapi tak kunjung ada jawaban. Ia melirik jam dinding. Sudah hampir tengah malam. Wajar saja Dimas khawatir dengan keadaan pacarnya yang menghilang sejak insiden siang tadi.

Kekhawatirannya terjawab saat bunyi pin pada pintu terdengar. Tak lama, sosok gadis masuk dan berjalan setengah sempoyongan. Cindy menatap Dimas yang sudah berkacak pinggang menatapnya tajam. Ia tersenyum sambil membuka sepatunya.

"Halloowwww...." sapa Cindy tersenyum dan melambaikan tangannya sambil berjalan menuju kasur. Ia merebahkan dirinya diatas kasur, menatap langit-langit.

"Dari mana aja lo?" tanya Dimas duduk disamping Cindy.

Cindy memposisikan diri tidur menyamping menghadap Dimas. "Hm, abis party" jawabnya singkat.

"Trus baliknya dianter siapa?" tanya Dimas curiga.

"Kak Wisnu" balas Cindy dengan nada meledek. Ah, momen yang tepat untuk balas dendam.

"Kenapa gak bilang sama gue? Gue bisa jemput lo" tukas Dimas kesal.

"Hm... Gue gak mau ganggu waktu lo berduaan sama Sitha" jawab Cindy mendudukkan dirinya di kasur dan menghadap ke arah Dimas.

"Lo cemburu sama Sitha?"

"Hah? Gue? Cemburu? Sama Sitha?" tanya Cindy terkekeh mencibir.

"Gue kan udah cerita ke lo tentang dia. Gue gak pernah nanggepin dia soal apapun, gue cuma kasian aja sam...."

"Tiati lo. Kayanya dia mulai obses deh sama lo" sahut Cindy memotong penjelasan Dimas. "Semakin lo kasih dia ruang, semakin dia berusaha masuk ke kehidupan lo" sambungnya dengan mata melotot. Jelas sekali nih anak mabuk.

"Gue minta maaf ya" Dimas menarik tangan Cindy mencoba menyadarkannya. "Gue janji gak akan biarin dia deket-deket gue lagi"

Cindy mengucek-ucek matanya mencoba kembali sadar. Ia mendekatkan wajahnya pada Dimas, tersenyum. "Oke" jawab Cindy singkat sambil berdiri.

Ia mulai membuka bajunya satu persatu. Gerah sekali, pikirnya. Dengan posisi hanya berbalut underwear, Cindy berjalan menghampiri remote AC dan menurunkan suhu ruangan. Ia tak sadar ada seseorang yang sedang menahan diri disana.

Cindy berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dimas mengikuti dari belakang dan mencegah Cindy yang hendak menutup pintu. Ia tersenyum genit dan kemudian ikut masuk ke dalam.

"Gue juga belum mandi" ujar Dimas mulai membuka bajunya.

"Heh, gue masih marah ya sama lo. Gak usah aneh-aneh" Cindy menunjuk-nunjuk ke arah Dimas dan ekspresi judes.

Dimas tersenyum dan mulai membawa Cindy menuju shower. Anehnya, Cindy mengikuti. Dimas membuka bra dan celana dalam Cindy kemudian menghidupkan shower yang lalu mengguyur mereka berdua.

"Seorang Cindy? Cemburu? Sama Sitha?" tanya Dimas berbisik pada telinga Cindy. Sialan, dia membalikkan kata-katanya tadi.

Dimas mulai mencium pundak Cindy perlahan. Cindy hanya diam menerima perlakuan Dimas. "Dia gak ada apa-apanya dibanding lo. Cantik, seksi, dan yang paling penting, bisa bikin gue puas" bisik Dimas di telinga Cindy yang berhasil membuatnya terangsang.

Dimas sontak langsung menyandarkan Cindy ke dinding dan melahap bibirnya ganas. Cindy berusaha menahan diri dan melepas ciumannya. "Kita kan udah ngelakuin semalam" ucap Cindy yang hanya dibalas dengan tatapan nafsu Dimas.

Cindy tak berdaya. Dimas ganteng sekali saat sedang bernafsu. Ia hanya bisa pasrah dengan semua perlakuan Dimas padanya. Setelah puas di bibir, Dimas menurunkan ciumannya ke leher. Tangannya aktif meremas payudara Cindy. Cindy pun merangkul leher Dimas agar Ia bisa mengecupinya lebih dalam.

Dimas menarik satu kaki Cindy ke pinggangnya. Mulai meraba bagian inti Cindy perlahan. Basah. Basah akibat guyuran air sekaligus cairan nafsu yang tak bisa Ia tahan. Jari-jari Dimas mulai nakal masuk lebih dalam.

"Aaahhhh..." Cindy melepaskan desahannya.

Satu jari Dimas berhasil masuk ke dalam. Ia mengocok pelan vagina Cindy membuat sang pemilik terus mendesah kenikmatan. Cindy meraih leher Dimas dan mencium bibirnya dengan ganas. Lidahnya mengeksplor bagian mulut Dimas sambil mendesah dalam ciumannya.

"Nggghhhh...."

Dimas terus memainkan jarinya. Dua jarinya kini bermain di dalam. Mengocok dengan tempo semakin cepat, membuat Cindy menggelinjang.

"Aaaaahhhh.... Ngghhhh... Mmmhhh"

Dimas mengeluarkan jarinya saat Cindy sudah hampir mencapai puncaknya. Cindy mengatur napasnya sambil menatap Dimas tak percaya. Dimas hanya membalasnya dengan tersenyum sambil mencium bibir Cindy dengan kecupan terputus-putus.

Cindy mengeluarkan lidahnya dan menggerak-gerakkan dengan sensual, memancing Dimas untuk menghisap. Ah, seksi sekali, Dimas semakin bernafsu pada pacarnya ini. Ia mengocok pelan penisnya yang sudah menegang dan bersiap masuk ke lubang wanitanya itu.

.

.

.


My Dirty Boyfriend 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang