Syifa, korban penyerangan yang berstatus sebagai mahasiswa baru itu akhirnya masuk kampus setelah seminggu recovery. Sejujurnya, Cindy ingin sekali menemui Syifa lebih cepat, namun Ia berhasil menahan diri.
Cindy berjalan ke gedung organisasi dimana Ia sudah janjian dengan Syifa. Ia memasuki ruangan humas. Hanya ada mereka berdua disana. Sebelumnya, Cindy mengatur untuk semua rekan-rekan organisasinya tidak ke gedung dulu sampai siang ini.
"Hei" sapa Cindy ramah sambil duduk disebelah Syifa.
"Maaf ya aku ngajak kamu ketemu hari ini..." ucap Cindy sambil memegang tangan Syifa yang berkeringat.
"Sorry kalo kamu gak nyaman, tapi pernyataan dari kamu penting banget buat ngungkapin insiden ini. Karena sampai hari ini, beritanya udah simpang siur tersebar ke seluruh kampus, dan fakultas kita jadi bahan omongan orang-orang" jelas Cindy lagi.
Syifa mengangguk-angguk tanda memahami penjelasan Cindy. Ekspresinya tak bisa bohong, Ia masih terlihat takut. Cindy berkali-kali mencoba menguatkan Syifa dan membuat kondisi senyaman mungkin untuk ngobrol dengannya.
"Sore itu... Setelah selesai acara, aku mau pulang sama Aira" jelasnya dengan lemah. "Tapi aku bilang kalo aku mau ke toilet dulu. Karena toilet gedung kuliah jauh, aku pilih ke toilet belakang gedung organisasi aja biar cepet... waktu itu juga udah mendung..." jelasnya terputus. Ia menarik napas sejenak sebelum melanjutkan.
"Tiba-tiba, ada orang gedor-gedor pintu dari luar. Aku pikir itu Aira yang lagi iseng, jadi aku diemin sambil ketawa-tawa..." suara Syifa lirih bergetar.
"Tapi gedorannya makin kuat, sampe aku buka pintu, aku kaget ternyata dia cowok. Aku gak inget persis mukanya, dia pake jaket warna abu-abu, pake masker dan lagi pegang kunci motor dengan mainan semacam souvenir yang terbuat dari liat atau batu ya..." napasnya tercekat seperti berusaha menahan tangis.
"Jaket yang dia pake itu jaket biasa atau jaket kampus, kamu tau gak?" tanya Cindy lagi sambil mengelus-elus bahu Syifa mencoba membuatnya tenang.
"Hmmm...." Syifa terlihat sedang berpikir keras mengingat kejadian itu. "Kayanya jaket kampus, tapi... bukan dari fakultas kita" ucap Syifa hati-hati.
"Ngg.. aku coba cari jaket kampus jurusan lain ya, kamu mau bantu ngenalin kan?" tanya Cindy lagi yang dibalas dengan anggukan Syifa.
Secepat mungkin, Heru mengulik informasi seragam kampus dari jurusan-jurusan Universitas Merah Putih. Ada banyak sekali jurusan yang menggunakan warna abu-abu sebagai jaket seragam baik seragam angkatan, organisasi atau komunitas. Dari sekian banyak warna, kenapa pada banyak pilih abu-abu sih? pikir Heru sambil jarinya terus mengetik mencari informasi.
"Sebelumnya kamu sempet punya masalah gak sama orang lain, yang kuliah disini juga barangkali?" tanya Cindy lagi sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Syifa.
"Nggak ada, kak. Syifa pindah dari Singapore kesini, gak punya kenalan sama sekali. Cuma Aira, itu juga kita pertama ketemu dan mulai deket disini"
"Keluarga kamu semua di Singapore?"
"Iya, mami, papi. Mereka ga tahu kejadian ini. Aku sengaja gak kasih tau karena gak mau bikin mereka khawatir"
"Trus kamu tinggal disini sama siapa?"
"Sendiri. Mami sewain apartement buat aku". Cindy melirik ke arah Nindy yang kini sudah duduk diseberang mereka memegang sebuah laptop dan menunjukkan hasil pencarian Heru.
"Syifa, kamu bisa bantu kita kenalin warna jaketnya ya..." pinta Nindy dengan nada lembut yang dijawab dengan anggukan oleh Syifa.
Mata Syifa terlihat mengamati satu persatu foto jaket jurusan berwarna abu yang ditunjukkan oleh Nindy. Cindy memperhatikan dari jauh. Kepalanya dipenuhi oleh banyak sekali pertanyaan untuk memecahkan teka-teki ini.
Bagaimana mungkin mahasiswa dari fakultas lain leluasa ke gedung organisasi bahkan melukai seorang wanita yang merupakan mahasiswa baru?
"I-iniiii..." ucap Syifa terpekik menunjuk ke arah layar laptop.
Cindy menghampiri dan melihat hasilnya. Jurusan Olahraga? Ia dan Nindy saling bertatapan seakan tak percaya.
"Syifa, kamu yakin itu jaketnya? M-mungkin pola garisnya ada yang beda?" tanya Nindy pelan dengan waspada.
"Aku yakin, kak. Ada liris hitam di tangan dan leher, tulisan S.C di dadanya" jelas Syifa mencoba meyakinkan. Ekspresinya tak lagi terlihat takut. Marah, dendam bercampur jadi satu.
***
Setelah menyelesaikan hampir dua jam pertemuan dengan Syifa, Heru kembali mengulik informasi berdasarkan petunjuk yang diberikan oleh anak itu. S.C adalah singkatan dari Sport Community. Sudah dipastikan memang dari jurusan olahraga.
Yang jadi pertanyaan saat ini adalah, jurusan olahraga mempunyai gedung terpisah yang berjarak sekitar satu jam dari sini. Dengan kelengkapan fasilitas olahraga yang mumpuni, mereka membangun gedung sendiri di kawasan berbeda dengan jurusan-jurusan lain di Universitas Merah Putih. Benarkah pelakunya sampai harus repot-repot kesini untuk mencelakai Syifa?
"Kok gue agak ragu ya sama pernyataan tuh anak" ucap Cindy pelan yang mengundang tanda tanya rekan-rekannya yang lain. "Orang tuanya gak tau tentang kejadian ini karena dia gak mau bikin mereka khawatir. Hellow? Biasanya orang tua jadi yang pertama tahu kalo ada kejadian-kejadian kaya gini kan? Bahkan dia gak punya keluarga atau wali yang bisa dihubungi kemarin kan?" jelas Cindy panjang lebar.
"Hmmmm, masuk akal sih" sahut Edo mengangguk-angguk mendengar penjelasan Cindy.
Wisnu, selaku ketua organisasi terlihat frustasi dengan tekanan yang masuk dari jurusan, fakultas bahkan tingkat universitas terkait insiden ini. Artikel-artikel terus bermunculan bahkan dari blog luar kampus. Mereka mencoba menggiring opini publik dengan berita yang bahkan belum jelas kebenarannya
Dekan fakultas berencana memvakumkan kegiatan organisasi selama setahun kedepan jika masalah ini tidak dapat diselesaikan dalam satu bulan. Tentu saja hal ini akan mengganggu semua timeline yang telah disusun seluruh anggota organisasi.
"Hari gini masih zaman peloncoan. Dasar senior gila hormat"
"Gila ya, korbannya dipaksa diem sampe sekarang"
"Kenapa sih selalu perempuan yang jadi korban. Bener-bener gak abis pikir"
"Jasa followers 10k kakaaaa"
"Oh dari fakultas sebelah, mau nyaing-nyaingin teknik nih gaya ospeknya"
"Apa cuma gue disini yang berpikir organisasi gak ada gunanya"
"Capek banget dikatain suami jelek karena punya pd kendur. Ada solusinya gak guys?"
"Kuliah yang bener, udah ngabisin duit ortu buat hal-hal gak jelas kaya gini"
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dirty Boyfriend 2
RomansaCerita ini mengandung konten 21+. Diharapkan kepada para pembaca untuk bersikap bijak. Kasus bullying yang terjadi dikampusnya meyeret nama Cindy sebagai anggota organisasi. Ia menyelidiki kebenaran yang merusak citranya. Namun, Ia malah harus menge...