Warn. A little bit(?) adult story in this chapter.
Entah bagaimana bisa, Elgar mengungkung Geo dengan secepat kilat. Mereka berdua bersitatap dengan jangka waktu yang lumayan lama sampai Geo yang sudah sadar terlebih dahulu pun mencoba mendorong tubuh bengis Elgar.
"Awas! Menjauhlah dariku dasar monster!" Geo yang awalnya mendorong-dorong bahkan memukul Elgar langsung terdiam merasakan aura kuat sehingga dirinya tak dapat bergeming.
"Monster?" Gumam Elgar yang masih terdengar jelas oleh Geo karena lelaki itu mendekatkan wajahnya pada telinga Geo. Lalu lelaki itu menjilat daun telinga Geo membuat pemuda manis itu melenguh karena geli yang dia rasakan.
Tak sampai situ, bahkan Elgar menciumi leher jenjang Geo sehingga lelaki itu menutup mulutnya rapat-rapat agar tak keluar suara laknat dari mulutnya. "Jangan tutup mulutmu seperti itu sayangku, buka mulutmu."
Melihat Geo yang tak membuka mulut sama sekali, Elgar akhirnya mencengkram kedua pipi Geo hanya dengan satu tangan. Elgar menatap lapar ke arah bibir Geo yang merah merona berwarna merah muda, sangat cantik dan seksi karena ditambah liur Geo sendiri.
Elgar mencium Geo, tapi lelaki itu nampak tak mengindahkan perilaku Elgar kepadanya dan masih mendiamkan Elgar mencium bibirnya sendiri.
"Ack!" Geo meringis akibat gigitan yang dilakukan Elgar pada bibirnya, tanpa persetujuan dirinya. Air matanya mengalir, ia merasakan di lecehkan karena tangan Elgar sudah mulai naik memasuki bajunya.
Merasakan dirinya kehabisan nafas Geo pun memukul pundak Elgar dengan kuat, mereka melepaskan pangutannya dan saling memandang melihat tali saliva mereka menyatu.
Geo tidak tahu kenapa tubuhnya tak bisa si gerakan seperti sebelumnya, tubuhnya terasa kaku dan tak bisa di gerakan dengan kemauannya. Ia seperti di tahan oleh sesuatu. Matanya melirik kearah bawah dimana ia merasakan sesuatu menjendul disana.
"Tenang, kita bisa melakukan hal itu di lain waktu. Tapi yang kita bisa lakukan sekarang adalah hanya seperti ini, aku menikmati darahmu."
Tidak! Jangan, kumohon.. jangan lakukan itu. Itu terasa lebih sakit dibandingkan hatinya saat ini.
Taring muncul di gigi Elgar yang awalnya rapih, dua taring itu sebelum ia tancapkan mengendus-endus wangi dari Geo sehingga lelaki itu terus menangis. Tapi Elgar tidak peduli, ia terlalu tertarik pada lelaki manis yang tengah tunduk pada nya kini.
"ARGH!" Geo reflek berteriak karena merasakan ada nya yang menancap pada lehernya, sedangkan itu Elgar tengah merasakan sebuah rasa baru dari darah yang ia minum.
Darah murni, yang entah tercampur oleh apa sehingga dirinya merasakan rasa yang berbeda dan sangat.. enak? Tanpa sadar Elgar hendak menghabiskan seluruh darah yang ada pada Geo tapi kemudian ia tersadar.
Melirik Geo yang sudah pingsan akibat darah yang tersedot dengan jumlah banyak dengan waktu yang singkat, tubuh Geo benar-benar sensitif. Ia mengambil sebuah pil darah dan memasukkan secara paksa pil tersebut kedalam mulut Geo, yah, pil itu bisa memasuki kerongkongan Geo walaupun lelaki manis itu tengah pingsan.
Elgar menggendong Geo ke kamarnya dan menaikan selimut Geo sebatas dada, ia melirik kearah gigitannya lalu mengelusnya. Tanda gigitan di leher pun menghilang, wajahnya menunjukkan senyuman menyeringai.
Pagi harinya, Geo bangun dalam keadaan berkeringat. Ia seperti mengalami mimpi buruk, ia pun menatap ke sekitar dan berlari ke arah ruang tamu. Semua tertata dengan baik seperti semalam ia sebelum mendapatkan..
Ia mengambil bingkai yang berisikan mantra sihir pada Vampire, lalu bergegas menuju kamarnya memasukan bingkai yang berisikan kertas dengan tulisan unik itu ke dalam tas sekolahnya.
Menghela nafas lega, ia tak harus merasakan sesuatu seperti dalam mimpi nya kan? Tidak, ia sudah seharusnya menghindari. Ini terjadi Pembelokkan alur karena yang seharusnya berfokus pada protagonis perempuan dan protagonis lelaki, bisa saja membuatnya menjad gila nanti.
Mengusir pikiran negatifnya dan ia harus segera mandi karena ia akan telat jika tidak bersiap dari sekarang.
"Geo! Liat deh di mading, bakalan ada lomba untuk tiap kelas." Geo yang baru saja datang menghampiri seorang gadis yang memanggilnya; Ney. Sekarang tanggal berapa? Geo mengambil ponsel dan mengeceknya.
Sekarang tanggal 27, belum waktunya lomba ini diadakan seharusnya. Geo ingat jika di novel aslinya, pengumuman lomba ada pada tanggal 30 nanti, bukan tanggal 27.
Kenapa banyak sekali yang berubah? Geo menjadi pusing, ia menghela nafas lelah dan menatap mading itu. Seingatnya, protagonis perempuan akan mengikuti lomba dan Elgar mengikuti si protagonis perempuan. Cintanya kian membesar melihat bakat yang di miliki si protagonis perempuan.
Ia menggaruk kepalanya saat melihat sebuah mading lain, ia mengambil kertas itu. Dan kertas itu berisikan tentang siswa baru beberapa hari lalu, itu masih terpajang dengan baik tanpa robekan apapun di mading.
Protagonis perempuan memang seperti di sanjung-sanjung bahkan sepertinya di cintai oleh alam semesta, Geo menggeleng-geleng pelan. Ia benar-benar tak mengerti, semua berjalan seperti layaknya kereta api. Begitu cepat, padahal kedua protagonis belum ada melakukan sesuatu skinship atau mengobrol, (diakibatkan Elgar yang tidak masuk beberapa hari) sehingga alur belum jalan semestinya.
Pemuda manis itu terus menghela nafas sedari tadi, entahlah. Ia merasakan beban yang berat seperti membawa seekor gajah dalam pundaknya. Benar-benar berat sekali.
"Eh Geo, gimana kalau nanti bantuin aku nge pel ya? Kebetulan teman piket ku gak masuk anjir jadi aku sendirian. Capek banget kalau sendirian."
"Oh iya, iya." Geo menjawab aja dengan iya-iya, setelahnya mereka berjalan berdua menuju kelas, tentu kelakuan Geo itu dilirik secara langsung oleh mata tajam dengan iris mata merah darah.
Aura yang di pancarkannya begitu tak mengenakan, melihat miliknya di dekati oleh sesosok orang lain selain dirinya. Ia tak bisa mengendalikan aura nya sampai kakaknya menegur dirinya agar tidak membuat keributan.
"Sial, emosi ku selalu tidak terkontrol jika melihatnya."
Di kelas, Geo meminjam kaca dari temannya. Amel, untuk melihat lehernya karena semalam itu benar-benar terasa nyata untuknya. Ah, iya Geo melupakan sesuatu. Dia mengambil bingkai indah dan mengambil kertas dari dalam bingkai tersebut.
Lalu menaruhnya dengan rapih seolah-olah tak pernah di sentuh. Oh iya jika kalian tahu bagaimana mereka berdua bisa duduk sebangku, karena mereka sempat ribut di saat jam pelajaran sehingga keduanya duduk bersama selama satu bulan penuh di awasi oleh seisi kelas tentunya.
Benar-benar sangat seperti hewan berwarna pink, ia berniat menjauh karena mendapatkan perilaku buruk dari Elgar malah didekatkan secara tidak-tidak oleh guru? Menyebalkan juga rasanya. Seharusnya saat itu ia tak ribut saja dengan Elgar, membiarkan Elgar menatapnya dari sisi manapun asal jangan duduk bersamanya selama itu.
Ia sangat tidak menyukainya, rasanya emosinya meluap mengingat bagaimana ia bisa duduk berdampingan dengan Vampire sialan itu. Lalu dengan mengatur emosinya, Geo melakukan metode tarik nafas-buang secara berulang.
Sampai suara lemparan tas dari sebelahnya membuat Geo menutup mata, merendam kemarahan yang sempat ia tenangkan. Dengan tidak sopannya lelaki itu menatap Geo dan menumpu kepalanya dengan tangan kekarnya, jangan lupakan tatapan mengoda dari laki-laki vampire itu.
"Halo manisku, bagaimana tidurmu? Nyenyak?" Oh sial. Emosinya tiba-tiba memuncak mendengar itu.
TBC
Hehe, kalau ada typo tandai yaa. Makasi udah maw mampir ke ceritaku.
Ini cerita awalnya lumayan iseng+effort juga dikit, tapi ternyata makin banyak yang suka
ㅠㅠ benar-benar terharu. Maaf juga kalau ceritanya lumayan gajelas alurnya ㅠㅠJangan lupa untuk vote & comment, see you cayang cayang ku <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire [BL]
VampireGeo seorang pemuda manis yang memasuki dunia novel bergenre Vampire, dengan cerita klasik dimana cinta antara tokoh utama perempuan dan lelaki (sang vampire) hidup bahagia diakhir cerita seperti kebanyakan Novel dengan ending ya sama antara manusia...