Keesokan harinya, Geo mendatangi sekolah dengan hati yang riang gembira entah karena alasan apa hari ini dia terlihat begitu ceria. Langkah lucu nya terhenti saat dirinya melihat para murid-murid berkumpul melihat sebuah mading.
"Eh, murid baru kita itu dari sekolah yang isinya orang-orang pinter! Wah bakal pecah banget sih ini."
"Bener-bener, ini mah dia langganan ranking 1 terus pasti."
"Udah pinter, cantik lagi. Semoga ketularan deh."
Dan masih banyak lagi bisik-bisik para murid, alis Geo terangkat satu. Ia sedikit penasaran dengan murid baru itu, karena rasa penasarannya pun ia menerobos lautan manusia dan melihat orang itu secara langsung.
"Dianna? Dia udah masuk novel ini, yang berarti alur ini sudah di mulai 'kan?" Tatapan Geo membulat lalu dirinya berbalik dan tak sengaja bersitatap dengan Elgar yang kini sedang menatapnya dengan seringainya yang menyeramkan.
"Jika alur ini sudah berjalan, bukankah itu bagus? Aku tak perlu repot-repot jika Elgar mendekatiku, karena sudah kodratnya pemeran utama memiliki banyak kelebihan."
"Oh ya! Dengan ada nya Dianna di dunia ini, maka aku akan bisa melakukan hal sesukaku di dunia ini tanpa gangguan darinya kan?"
Senyumnya mengembang dengan lebar, mata itu menunjukkan sebuah kebahagian.
Bell masuk sudah berbunyi, para murid berbondong-bondong memasuki kelas begitu juga Geo yang sedari tadi melamun dengan panik menuju kelasnya.
Sesampainya dikelas, Geo menghela nafasnya lega. Ia tidak telat dan guru pun belum memasuki kelas. Matanya melirik kearah Elgar yang sedang tertidur di mejanya.
Tumben sekali? Pikirnya. Lelaki itu juga sangat cepat masuk kelas padahal sekitar beberapa menit lalu mereka bersitatap satu sama lain, tanpa basa basi ia pun langsung menaruh tasnya sehingga menimbulkan suara gaduh.
"Naruh tas santai aja kali, berisik." Komentar Elgar saat dirinya terbangun dari tidur, Geo mengernyit tidak suka mendengarnya. Tapi ia memilih untuk tidak peduli saja.
Saat guru memasuki kelas, semua terasa senyap tak ada satupun orang yang bersuara. Hanya ada suara langkah kaki dan juga angin yang berlalu.
"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru." Bisik-bisik mulai terdengar, kelas seketika menjadi ricuh. "Mohon diam! Perhatikan!"
"Masuk." Perintah guru itu, ruangan itu di isi suara langkah sepatu pantofel dengan nyaring. Saat murid baru itu sudah masuk. Mulai banyak sekali yang berbincang-bincang mengenai wajah murid baru itu.
"Wah, ini memang gak usah di raguin lagi sih. Cantik banget." Gumam Geo merasa terpukau akan kecantikan murid baru itu.
"Halo selamat pagi semua, perkenalkan nama Dianna Aegina."
——
Jam istirahat.
Geo berinisiatif buat pergi ke kantin sendirian, karena dia juga belum terlalu dekat dengan siapapun. Ah, tapi keknya ke inisiatifan nya tidak jadi.
Ia ditemani oleh William dan juga Amey, mereka berada di sisi Geo. Entah apa maksud dari keduanya yang tiba-tiba membuat Geo berada di tengah, padahal jelas-jelas mereka bisa jalan berdua tanpa Geo di tengah.
Makhluk-makhluk dalam novel itu.. sungguh aneh menurutnya, ia bahkan tak mengerti dengan tingkah mereka.
"Terus lu tau gak? Anak kelas sebelah ketauan ninaninu! Demi apapun, tapi dia keren masih bisa sekolah disini dah." Amey berbicara dengan suara yang naik turun, mereka rupanya sedang berghibah. Eh, mereka? Maksudnya Amey dan William.
"Ya bisa lah, duit Mey. Apapun dengan duit bisa." Geo menatap William saat lelaki itu berbicara, lalu menatap ke arah Amey yang ingin memulai bicara lagi. "Eh tapi, dia mau di pindahin besok sama ortunya. Saking muaknya dia di pindahin tuh."
Matanya beralih ke William, tatapan polos nan lugu itu menatap kedua sejoli yang sedang asyik berghibah. Ia merasa menjadi anak kecil karena berada di tengah-tengah mereka berdua.
"Eh, liat itu. Murid baru-nya ngedeketin Elgar, berani banget ya dia." Seketika tatapan mereka berdua beralihkan ke arah orang yang tengah berbincang mengenai Elgar saat dirinya lewat.
"Bjir, baru juga kita ngomongin kelas sebelah eh udah ada berita new aja." William mengangguk, dia merangkul Geo yang lebih pendek. Mereka hanya kurang lebih 5cm.
"Kalian ini, jangan suka ngomongin orang tau."
"Loh, ada orang? Kirain gak ada. Pendek banget perasaan." Ujar Amey, melihat kebawahnya yang ternyata ada Geo yang tengah di rangkul dengan Willian.
"Eh iya, ada orang." Geo mencibir dan langsung berlari meninggalkan mereka berdua yang tertawa karena meledek Geo.
Di kantin, mereka duduk bertiga. Amey berada di sebrang, William dan Geo bersampingan. Kadang mereka melontarkan canda tawa dan berbincang menghibahkan orang.
Kantin yang awalnya ramai langsung menjadi senyap seketika. Bahkan Amey dan William yang sedang berbincang pun suara mereka memelan dan akhirnya tak berbincang lagi.
Geo menjadi keheranan, apa yang sedang terjadi? Kenapa tiba-tiba senyap kantin? Dia melirik kebelakang, banyak anggota lelaki yang jalan ke kantin dengan langkah yang besar.
Mereka itu.. siapa? Apa mereka juga menjadi pusatnya dalam cerita ini?
——
Jam pulang sekolah, Geo tidak kembali ke rumahnya melainkan ke apartemen Nay untuk melakukan kerja kelompok saat mata pelajaran terakhir. Niat awal mereka ingin mengerjakannya esok, tapi saat melihat tutorial di youtube sangat sulit jadi mereka akan melakukan nya sekarang.
Mereka memiliki sekitar enam kelompok, anggotanya adalah Geo, Nay, Arlan, Dianna, Noya dan juga Carlos.
Arlan dan Carlos sedari tadi misuh-misuh karena tidak dapat istirahat seperti kelompok lain yang anggotanya beristirahat pulang ke rumah, seperti lelaki pada umumnya.
"Oh iya, kalian patung-patungan lima rebu." Mata Arlan membulat tak terima.
"Dih, mahal amat! Yang lain dua rebu, kok kita lima ribu?" Protes Arlan diangguki oleh Carlos. Nay memutar bola matanya malas, tangannya masih setia terulur ke arah mereka berdua.
"Ya karena kalian pasti bakalan nunggak! Terus kedepannya kalian berdua bakalan kabur, gak bayar patung-patungan!" Carlos mencibir sebelum telinganya di tarik dengan kencang oleh Nay begitu juga Arlan, membuat kedua lelaki itu meringis akibat jeweran Nay yang tidak main-main.
"Gamau tau! Lu berdua harus bayar lima rebu, gak ada protes-protes. Kalian boleh protes asal jangan harap nama lu berdua di catet!" Dianna memandang Nay dengan tatapan takutnya, ia benar-benar tak tahu jika Nay bisa sesadis ini.
Noya menepuk pundak Geo membuat lelaki itu tersentak, "lagi banyak pikiran Ge?" Lelaki manis itu menggeleng pelan. Gadis itu mengerti dan mengelus-elus punggung Geo.
"Ah, engga kok." Tukas Geo, melihat pertikaian antara Arlan, Carlos dan juga Nay. Ia menjadi mengingat seseorang yang pernah ada di hidupnya. Matanya menyendu tanpa sadar.
"Engga gimana? Lu banyak pikiran kali Ge, sedih gitu liat mereka berdua. Kenapa?" Tanya Noya berusaha mengakrabkan diri dengan Geo, lagi-lagi Geo menggeleng menjawabnya ia menunduk. "Seriusan lu?"
"Iya, serius Noy. Kita jadikan kerja kelompoknya?"
"Iya. Harus jadi, apalagi cara buatnya sulit banget. Kalau kita tunda-tunda kerja kelompok yang ada gak bakalan jadi tugasnya." Dianna menimbrung dalam pembicaraan, diangguki oleh Noy. "Biarin aja si Nay nagih-nagih mereka, nanti kita yang kerja bareng. Terus kalau kita nyelesain semua sisanya biar Nay, urusan dua cowok itu papatungan aja sama bayar kita."
"Oh, oke-oke."
TBC
Kwnwiwnajw, i'am sorry for update to latee... 🙂🙂🙂🙂🙂🙂
Jangan lupa untuk vote, biar jadi semangat ak.. fls
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire [BL]
VampireGeo seorang pemuda manis yang memasuki dunia novel bergenre Vampire, dengan cerita klasik dimana cinta antara tokoh utama perempuan dan lelaki (sang vampire) hidup bahagia diakhir cerita seperti kebanyakan Novel dengan ending ya sama antara manusia...