Bagi para aktivis kampus, pulang malam hari adalah sesuatu yang sangat biasa. Malahan, jika selepas mata kuliah tidak ada kegiatan rasanya hampa sekali. Jam dinding di ruangan Bem Fakultas menunjukan pukul sebelas malam. Suasana kampus pun sudah sepi tidak berpenghuni.
Hera sebagai sekertaris Bem selalu pulang paling akhir demi merampungkan surat surat dan pengaturan jadwal kegiatan Bem kedepannya. Pernah juga, saking menumpuknya acara fakultas, Hera menginap di kampus seorang diri. Terlahir dari keluarga kaya tidak serta membuatnya lemah dan manja.
"Aku ngantuk banget, Ra. Izin ke kamar mandi dulu, ya?" ucap Rahel menguap karena kantuk tidak bisa diajak kompromi. Jabatannya sebagai ketua divisi hubungan masyarakat membuat Rahel selalu berdampingan dengan Hera.
"Ok. Berani nggak?"
"Berani dong," ucap Rahel mengulum senyum seraya bangkit hendak pergi ke kamar mandi.
Tinggalah Hera seorang diri. Gadis itu merasakan seluruh bulu kuduknya berdiri saat mendengar detak jarum jam yang begitu mengintimidasi. Tidak ada siapa siapa, mereka berdua memang sering sekali merampungkan tugas organisasinya di sini.
Biasanya dia tidak pernah takut, namun entah kenapa hawa di sekitarnya sangat mencekam. Terlebih, dia mendengar derap langkah pelan dari arah belakangnya.
Hera menoleh, saat itu juga kedua matanya membola sempurna. Di sana, ada seseorang bertubuh tinggi, memakai jubah hitam dengan wajah memakai topeng karet datar. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, Hera otomatis bergerak mundur untuk menghindari sosok itu.
"Siapa kamu? Tolong pergi!" Sayangnya laki laki bertopeng itu menolak buka suara, tetapi, dari balik topengnya, senyuman terukir indah.
Prang
Hera terjatuh menabrak lemari berisikan berkas berkas. Beberapa kali mengerjapkan mata berharap ia berhalusinasi, sayangnya sosok itu nyata. Membawa injeksi yang sudah terisi cairan entah apa. Yang pasti, Hera berpikir itu bukan hal baik jika disuntikkan ke tubuhnya.
"Aku mohon pergi! Apa yang kamu mau? Pergi! RAHEL! TOLONG! KAMU MENDENGARKU?" Berharap Rahel yang sedang di kamar mandi mendengarnya. Semua dugaan itu salah, saat sosok bertopeng dengan cekatan menyuntikkan cairan di lengan Hera.
"Arghhhhh, appa? Sialan!" desis Hera kepanasan setelah cairan itu bereaksi di tubuhnya. Tidak perlu menunggu lama, Hera langsung kejang kejang mengeluarkan busa dari mulut setelah itu dia tergolek lemah dengan mata terbuka.
Membuka topengnya, sosok itu tersenyum puas seraya menyayat ibu jarinya sampai mengeluarkan darah. menuliskan sesuatu di kertas kosong menggunakan darah itu lantas menaruhnya di wajah Hera.
Kertas itu bertuliskan, "Setiap manusia berdosa, harus dihukum."
Pintu terbuka tiba tiba dan seseorang masuk. Rahel mematung melihat keadaan ruangan Bem yang berantakan dan tubuh Hera terbujur kaku di lantai.
"HERA!" teriak Rahel histeris. Sedangkan sosok misterius itu sudah pergi sebelum kedatangan Rahel.
****
Pagi pagi sekali, Hirima sudah bangun meski matanya sulit sekali diajak kompromi. Biasanya, Haru akan dengan sigap menyediakan segala kebutuhannya untuk kuliah, tetapi laki laki itu malah sibuk mendusel bagai bayi di lehernya. Sekalipun tangan kekar itu tidak pernah melepaskan pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Obsession Of Crazy Husband
TerrorWARNING! Cerita ini mengandung unsur -pembunuhan -sadistic -pschopath -toxic relationship. (FOLLOW SEBELUM BACA!!!!!!!) Haru tidak suka melihat Hirima berinteraksi dengan siapapun termasuk keluarganya sendiri. Membuat targetnya lemah dan gila adalah...