Tidak perlu chef bersertifikat untuk mengajari Hirima masak, toh berkat bantuan youtube dan resep masakan yang dicari di Google pun Hirima sudah dibilang sukses menyiapkan bakwan jagung dan udang mentega. Menurutnya lezat dan layak dimakan, tetapi Hirima tidak tahu bagaimana selera Haru.
Dengan girang Hirima memasukan semua masakannya ke tepak makanan, rencana hari ini karena dia tidak ada jadwal kuliah maka Hirima akan berkunjung ke kantor Haru dan memberikannya hasil masakan yang dia buat sendiri dengan penuh perjuangan.
"Kak Haru pasti suka nggak sih?" gumam Hirima menerka-nerka reaksi Haru.
"Suka dong, ini kan makanan buatan aku. Semua yang aku buat kak Haru pasti suka. Iya kan?" Hirima bermonolog seorang diri sembari terkekeh geli. Sudah siap semuanya kini Hirima pun bergegas pergi menyuruh supir pribadinya untuk mengantar ke kantor Haru. Dia sengaja tidak memberi tahu Haru terlebih dahulu karena Hirima ingin memberikan suaminya itu kejutan.
Sesampainya di kantor, Hirima berkali-kali selalu dibuat takjub dengan perusahaan milik Haru. Mewah, megah dan elegan. Sampai saat ini dia tidak menyangka akan dinikahi oleh konglomerat kaya raya. Semua karyawan yang melihat Hirima memasuki perusahaan pun langsung menunduk segan dan beramah- tamah. Mereka semua tahu bahwa Hirima adalah wanita pujaan bosnya.
"Bu Hirima sudah lama tidak berkunjung, bagaimana kabarnya bu?" seorang receptionist bertanya ramah kepada Hirima yang dijawab dengan ramah juga.
"Iya, saya lumayan sibuk mengurusi perkuliahan saya. Kabar saya baik bu Hana."
"Oh syukurlah, bu Hirima mau bertemu bapak ya?"
"Iya, kak Haru ada kan?"
"Ada bu, tetapi tadi ada kunjungan sebentar." Receptionist itu tersenyum ramah lantas mempersilakan Hirima untuk naik ke lantai paling atas di mana ruangan khusus Haru berada.
"Terima kasih ya," ucap Hirima bergegas menuruti intruksi untuk pergi ke ruangan Haru. Sesampainya di lantai paling atas, Hirima sempat bingung karena tidak ada Pak Lambang sebagai sekertaris Haru yang biasa ada di ruangannya. Tidak terlalu menghiraukan Hirima langsung membuka pintu ruangan Haru dan langsung masuk tanpa bersuara.
Tepak makanannya terjatuh begitu saja saat netranya langsung bergulir ke arah sofa di mana Haru sedang bercumbu mesra dengan Andini, adik tirinya sendiri. Tidak kuat lagi menopang tubuhnya Hirima ambruk di lantai mengundang atensi keduanya.
Haru memisahkan diri dari Andini seraya merapihkan kemejanya yang terbuka setengah lalu berdiri bergegas menghampiri Hirima.
"Sayang, sejak kapan ada di sini? Kenapa kamu nggak hubungi kakak dulu?" Haru memegangi kedua pundak Hirima seraya mengajaknya untuk berdiri, tetapi Hirima dengan kasar menghempas tangan Haru dari tubuhnya.
"Hirima, kakak bisa jelaskan sayang." Haru kelimpungan melihat Hirima menangis. Sedangkan Hirima sendiri masih belum mencerna apa yang dia lihat sekarang. Pergumulan panas itu bahkan Haru menikmatinya.
"Kak, aku kurang apa?" tanya Hirima sekuat tenaga menahan isakannya. Jujur saja tangan dan kakinya sudah bergetar hebat. Haru menggeleng ribut menyangkal perkataan Hirima.
"Enggak sayang, maafkan aku. Biarkan aku menjelaskan semuanya. Aku mohon kamu jangan salah paham." Haru bersimpuh di hadapan Hirima sembari memegangi kedua tangannya mencegah Hirima pergi.
"Kamu akan menjelaskan apa kalau semuanya aku lihat?" Kini Haru memeluk pinggang Hirima dengan setengah berdiri. Tubuhnya bergetar hebat takut jika Hirima membencinya.
"Maaf sayang, tolong ampuni aku."
Di sofa itu Andini berdecak kesal melihat drama picisan di depan matanya. Setelah bebenah pakaian, Andini menghampiri Haru dan Hirima.
"Berapa kali ya aku dan kak Haru melakukan itu? Hmm terhitung sudah sangat lama sebelum ka Haru menikahi kamu," ucap Andini menatap Hirima culas. Fakta itu membuat Hirima seperti dibohongi oleh suaminya sendiri.
"Tutup mulut kamu Andini!" bentak Haru tidak terima. Haru bangkit lalu mendorong Andini kasar agar menjauhi Hirima.
Awalnya Hirima tidak percaya, tetapi melihat bagaimana hubungan mereka yang terlihat intens membuatnya yakin bahwa yang dikatakan oleh Andini benar adanya.
"Kak Haru jahat, aku nggak nyangka. Selama ini kak Haru anggap aku apa?"
"Semua yang dia bilang bohong sayang, tolong percaya sama aku."
"Gimana aku mau percaya kalau buktinya aku lihat sendiri." Hirima berteriak frustrasi.
"Dia wanita gila!" jawab Haru menunjuk Andini yang hanya diam sembari meniup kuku kukunya.
"Dan kamu lebih gila! Ayo bercerai, dalam dua hari aku akan mengirimkan surat cerainya ke rumah." Hirima berkata serius yang berhasil membuat kedua mata Haru menggelap. Rahangnya mengetat begitu pun urat-urat di lehernya menonjol karena marah mendengar penuturan Hirima.
"Jangan gegabah Hirima. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskan kamu." Haru mencengkram kedua pundak Hirima kuat.
"Aku nggak peduli! Aku muak, aku akan tetap mengirimkan surat cerai itu. Kak Haru jangan khawatir semuanya akan aku urus dengan baik. Jadi, kak Haru bisa langsung menikahi adik tiri kak Haru secepatnya."
"HIRIMA!" Suara teriakan Haru menggelegar membuat Hirima dan Andini terkejut. Kini tatapan Haru beralih kepada sosok yang hanya diam mematung, yaitu Andini. Dari sorot matanya Andini pun ketakutan melihat sosok asli Haru. Andini menelan ludah kasar.
"Pergi! Pergi dari hadapan saya sebelum saya membunuh kamu dan ibumu!"
"Bodoh, jelas-jelas istri kak Haru meminta cerai. Apa susahnya sih? Dan ka Haru tinggal menikahiku." Andini masih memiliki sedikit nyali untuk memprovokasi Haru.
"SAYA BILANG KELUAR!" Karena takut ancaman Haru berubah nyata, Andini dengan emosi keluar ruangan Haru sembari menghentakkan kaki.
Kini hanya ada mereka berdua, Haru menarik tubuh lemas Hirima ke dekapannya. Biasanya pelukan Haru itu sangat nyaman, tetapi sekarang semuanya terasa hambar dan was-was.
"Lepas!"
"Aku nggak akan pernah mau melepaskan kamu sayang." Pelukannya semakin menyakitkan seolah Haru ingin menghancurkan seluruh tulang-tulangmya.
"Akan aku buktikan dengan membawa kepala Andini di hadapan kamu sayang. Aku berani bersumpah tidak melakukan apapun seperti yang kamu lihat. Andini menggodaku, dia wanita gila."
Hirima ketakutan mendengar ucapan Haru yang terdengar serius. Asal kalian tahu ucapan Haru itu tidak pernah tidak menjadi kenyataan. Itu artinya Haru akan melakukan apapun untuk mempertahankan miliknya.
"Lepas! Aku nggak peduli. Aku mau cerai."
"Silakan, kalau kamu masih gegabah dengan tindakan kamu, jangan salahkan aku kalau hidupmu akan terasa seperti di neraka," ucap Haru seduktif di leher Hirima lantas menyentuh beberapa titik lemah Hirima sehingga gadis itu tidak sadarkan diri.
"Kamu selamanya milikku Hirima. Jangan berpikir untuk lepas dariku. Aku bisa gila kalau kamu tidak ada." Haru tertawa lepas menjilati kedua mata Hirima yang basah oleh air mata. Dia memang gila jika menyangkut sesuatu yang sudah pasti miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Obsession Of Crazy Husband
TerrorWARNING! Cerita ini mengandung unsur -pembunuhan -sadistic -pschopath -toxic relationship. (FOLLOW SEBELUM BACA!!!!!!!) Haru tidak suka melihat Hirima berinteraksi dengan siapapun termasuk keluarganya sendiri. Membuat targetnya lemah dan gila adalah...