[6]

4.9K 344 19
                                    

Kali ini Alan sudah dilapangan basket beberapa menit yang lalu. Tapi orang yang mengajaknya bertemu bahkan belum sampai juga.

"Sorry kak, abis dari kantin dulu." ucap Hadden dan menyodorkan 1 kaleng minuman ke Alan.

"Santai." Alan bilang santai padahal dirinya nggak bisa santai, ya siapa yang bisa santai kalau mau dilabrak begini.

"Nggak sibuk kan kak? apa buru buru?"

"Oh enggak, santai aja. Pake gue lo lebih nyaman." ucap Alan.

"Oke, gue ngajak ketemu cuma mau nanya, kak Nola- maksudnya Kak Serena bilang apa aja ke lo hari ini?" tanya Hadden serius. Mereka sama sama tegang dengan pikirannya sendiri sendiri.

"Ya mungkin seperti yang Serena ceritakan ke lo." jawab Alan menggantung.

"Gue bukan mau ngelabrak, cuma kayanya gue merasa kita harus ngobrol berdua as a sesama cowok." ucap Hadden jujur. Mau dilabrak yang salah saja Serena, jadi mungkin hanya butuh ngobrol.

"Hahaha, lo mau ngobrol as a adek juga nggak masalah. Mungkin memang baiknya diobrolin bareng masalah ini." ucap Alan. Bohong amat si Hadden mau ngobrol sesama cowok. Dia saja jelas bakal dikubu Serena dikondisi apapun.

"Nggak tau kenapa hari ini Serena tiba tiba confess. Gue juga bingung mau respon gimana." ucap Alan memulai.

"Iya, dia bilang itu kemarin pulang sekolah, katanya mau confess sama temen sekelasnya. Gue kalau jadi lo pasti juga bakal mikir Kak Nola aneh. Kalian aja baru 3 hari sekelas bisa bisanya dia nembak, aneh." dukung Hadden yang menimbulkan tawa disana.

"Tapi kayanya kakak lo teguh pendirian."

"Ya iya lah, dia lahir bak princess, dari dia masih baru bisa nangis aja siapa yang bakal nolak kemauannya. Kalau dia mau itu ya harus itu, makanya gue udah wanti wanti kedia juga. Kalau nggak siap patah hati nggak usah dilanjutin. Bahkan gue ngejelasin juga, kalian sekelas emang mau canggung setahun? kan nggak mungkin, ternyata dia dateng kekelas gue bilang confess. Bayangin ajalah gue nggak ngantin gara gara mules mikir kak Nola confess ke cowok." cerita Hadden panjang lebar.

"Hahahah." Alan cuma bisa ketawa. Bingung juga mau respon dan ngomong apa ke Hadden.

Alan bukan tipe cerita tentang kehidupan pribadinya. Apalagi ini perihal pacar dan teman perempuan, makin nggak tau mau cerita apa.

"Tipe lo yang kaya apa? Kakak gue nggak masuk sedikitpun kah?" tanya Hadden akhirnya. Ahh ternyata ini sudah memasuki bab tengah pembahasan mereka berdua.

"Tipe? gue nggak punya tipe cewek secara spesifik." jawab Alan singkat.

"Mantan lo misalnya?"

"Mantan gue cuma 1 Den, jadi nggak bisa gue jadikan patokan untuk tipe tipe selanjutnya." jawab Alan, mungkin ia terlihat terlalu menye karena tak bisa secara lugas perempuan tipenya bagaimana.

"Lo termasuk ke jajaran gagal move on? maaf gue nanya ke bang Jay."

"Hahaha, gue nggak pernah gagal move on."

"Terus kenapa nolak kakak gue? alasannya apa kalau bukan itu." tegas Hadden, walau dia berkata tak memihak Nola sekarang tapi reflek dia begitu saja keluar.

"Ya alasan gue nolak Serena bukan karena gue belum move on, hampir satu tahun kalau gue gagal move on namanya goblok sedangkan dia udah bisa dapat yang baru." ohh ternyata begitu.

"Suka ke dia karena apa?"

"Gue suka sama cewek pinter yang masuk ke selera gue." ucapan Alan ini persis ucapan Hadden dimobil sore itu. Mau secantik atau sepintar apapun Serena kalau tidak masuk dalam selera Alan ya mau gimana lagi?

Sense Of Rythm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang