Hai semuanya!!! Happy reading >-<-:-
"Apasih Kak yang bikin kamu gak betah disana?"
"Adadeh pokoknya, Pa."
"Ya kalau gak jelas Papa gak mau mindahin kamu dari sana."
Andara sudah berkali-kali menghela nafas lelahnya, saat dirinya sangat-sangat susah meminta izin kepada sang Papa jika akan pergi dari tempat sialan ini-kosnya.
Andara mendekatkan benda pipih itu ke mulutnya, dia tutupi agar tidak seorangpun mendengar percakapannya, jika ada satu saja yang mendengarnya mati sudah riwayatnya disini.
"Pa... Bapak kosnya cabul," bisiknya.
"HA? APA?"
Andara reflek menjauhkan benda pipih itu saat terdengar teriakan kaget dari Papanya.
Andara kembali mendekatkan benda itu ke mulutnya. "Stt... Sttt... Jangan keras-keras Pa, nanti ada yang denger, ini kakak lagi di kamar kos, kos lagi sepi," bisiknya lagi.
"KOS LAGI SEPI?"
"UDAH TAU SEPI DAN BAPAK KOSNYA CABUL NGAPAIN KAMU DIEM DISANA SENDIRIAN KAKAK?"
"Papa... Please... Calm down...."
"Dari kapan dia cabul? Terus kamu dicabulin?"
Andara menggeleng. "Alhamdulilah enggak, udah dari lama sebenarnya Pa. Tapi karena uang kos udah Papa bayar selama dua tahun, Kakak jadi gak enak mau minta pindah sama Papa."
"Lah, ngapain mikir gitu Kak, uang mah bisa dicari, kalau kamu nya yang diapa-apain sama si dia gimana? Jangan mikir gitu, Kak."
Andara menghela nafasnya. "Jadi Kakak boleh pindah, Pa?"
"Boleh, tapi kamu cari sendiri ya, Papa gak bisa cariin, kerjaan Papa banyak, ini aja Papa mau ada meeting, kamu ada yang mau dibicariin lagi?"
Andara menggeleng. Dia menjatuhkan dirinya pada kasur empuknya. "Enggak kok Pa, nanti Kakak cari sendiri kosnya, maka-"
Tut Tut
"-sih Pa." Andara menjatuhkan ponselnya. Lagi-lagi sambungannya terputus secara sepihak. Bukan hal baru, Andara sudah terbiasa.
"Ayo Andara lo pasti bisa!" monolognya.
-:-
Andara angkat tangan, dia melambaikan tangan andai saja ada kamera di depannya. Berjam-jam mengeluarkan waktu yang banyak hanya untuk mencari kos tetapi tak membuahkan hasil sama sekali.
Andara menyusupkan kepalanya pada lekukan lengannya yang ada di atas meja kantin. Bahkan, semangkok bakso dan segelas air putih di depannya tak menarik gairahnya sama sekali.
"Lo kalau capek kita pindah ke perpus aja, Dar. Sambil gue bantu-bantu cariin ini."
Andara diam saja.
Wanita berambut pendek sebahu yang duduk di samping Andara itupun hanya menghela nafasnya. Teman seperjuangan Andara, se-sd, se-smp, se-sma, seumuran, se-semuanya deh. Dimana ada Andara sudah pasti ada sosok wanita berambut pendek bernama Hanin ini, Hanindia Putricaka.
"Yang penting deket sama kampus kan?"
Andara tetap diam. Hanin yang kesal tak kunjung mendapatkan jawabanpun langsung mengambil satu pentol yang ada di mangkok bakso milik Andara. Sayang jika tidak dimakan, masih utuh.
"Ada nih, Dar."
Andara reflek terbangun.
"Tapi kalau dikasih poin plus banyak cowok gantengnya lo mau gak?"
Bahunya kembali merosot. Dia menoleh malas kepada temannya yang akhlaknya minus ini. Tatapan matanya sudah siap menyantapnya.
"Besok-besok lo gak akan nemuin gue kuliah lagi, udah keduluan digorok sama Papa."
Hanin terkekeh. "Gak ada lagi Dar, disekitar sini cuman ada itu, ada jauh 5 kilo dari sini, lo mau?"
Andara menggeleng. "Mending gue langsung pulang aja."
Hanin mengangguk. "Bener tuh, dah sana lo PP aja, pulang-pergi."
Andara menggeleng. "Gak ah, males gue lihat muka orang-orang dirumah."
Hanin menghela nafas pasrah. "Terserah lo deh. Di sekitar sini cuman ada tuh kost, deket banget, lo tinggal jalan aja udah sampek, lo kepleset juga sampek, minusnya ya itu ada cowoknya, tapi orang beda bagungan rumah, bagunan rumahnya kepisah sama parkiran. Teman gue ngekost disana, kalau lo mau bisa gue minta info dari dia, gue mintain fotoin bagunannya deh, kalau buat anterin lo kesana gue gak bisa, gue sibuk tugas belakangan ini."
Andara mengangguk dengan senyuman manisnya. "Makasih ya Nin."
Hanin mengacungkan ibu jarinya di mengenai hidung Andara, membuat wanita itu langsung ikut mendorong hidung Hanin dengan jari tengahnya.
-:-
From Haninlup:
Send picture
Baru dikirim sama temen gue, kebetulan ada satu kamar kosong, disana ada sekitar 10 kamar, yang ngisi cewek-cewek yang udah pada kerja, kalau lo disana kira-kira aman lah ya, minusnya cuman lo satu-satunya cewek kuliahan.
Nah buat bangunan cowoknya yang didepannya itu, sama kok 10 kamar juga, yang ngisi kebanyakan anak kuliahan, kayaknya se univ sama kita.
Di sana ada rulesnya kok Dar, aman, gak akan ada yang macem-macem.Andara merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk yang mungkin mulai lusa akan ia tinggalkan sambil mencermati pesan dari Hanin.
Dirinya sudah bertekad bulat untuk pindah, tidak ada pilihan lain selain yang diberikan oleh Hanin. Masalah sang Papa yang nanti mungkin akan marah-marah jika tau dirinya secara tidak langsung satu kos dengan laki-laki itu masalah belakangan. Nanti jika ketahuan yasudah nasib, untuk sekarang kita tutup-tutupi saja dulu.
Andara menatap langit-langit kamar kosnya. "Papa juga gak bakalan tau kalau gue se kos-kosan sama anak cowok. Papa bakalan tau darimana? Jenguk gue aja gak pernah. Dah lah, itumah urusan belakangan."
"Dimarahin juga bukan hal yang baru buat gue."
Note's:
Info update ada di Ig aku ya, udah aku cantumkan di bio
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pemilik Kos
Teen FictionBertemu manusia menyebalkan seperti Panji Purnomo memang sebuah kesialan untuk Andara Mayanaka, tetapi jika tidak bertemu sosok Panji mungkin dirinya tidak akan tahu dimana hatinya berlabuh pada akhirnya. "Bayar uang kos lo, kalau enggak silahkan pe...