09. Dendam & Penyesalan

37 17 3
                                    


Sore ini agenda para penghuni kos-kos an adalah mukbang mie soto. Meskipun sempat ditolak oleh Yoyo dan Dania yang kompak berkata 'banyak makan mie bikin usus lo lemes'.

Tapi berkat kegigihan para MMK (MANUSIA MANUSIA KONYOL) yang berisi Fina, Rai, Jehan, Asbani, Hakim, dan Jona mereka pada akhirnya bisa mukbang mie soto.

Sementara para wanita kecuali Rai dan Fina sedang menyiapkan mienya, para laki-laki kecuali Panji dan Jul tengah duduk-duduk santai lesehan main Uno di karpet yang sudah digelar di area dapur cowok.

Jona terbatuk-batuk saat dengan muka tidak berdosanya Rai mengarahkan asap vapenya ke muka Jona.

"Ck, Rai tai gue banting juga tuh vape lo."

Rai terkekeh. "Jon, lo harus cobain ini sih, gue jamin ketagihan."

Jona menggeleng. "Enggak, makasih, gue gak se frustasi itu sampek harus nge-vape." Mendengar itu Rai reflek menonyor kepala Jona.

Sementara itu di bagian dapur. Andara yang sedang membantu menuangkan bumbu itupun lagi-lagi diam-diam memiliki niat terselubung untuk Panji.

Sudahlah, dendamnya belum juga terbalaskan pada manusia satu itu, mengingat dengan tidak tahu malunya laki-laki itu tak mengucapkan terimakasih sama sekali. Apa tidak menyebalkan?

Setelah memastikan situasi aman, Andara langsung memasukan satu sendok teh garam pada mangkok Panji. Karena Panji tadi sudah berpesan jika dirinya tidak perlu diberi sayur jadi mangkoknya dipisahkan, sementara sang empu kini masih berbicara bersama orang yang sedang membenarkan ban mobilnya bersama Jul.

"IHHHH ANJING TAI LO SEMUA."

Rai, Jehan, Asbani, Hakim, dan Jona sontak tertawa terbahak-bahak saat Fina kalah telak dalam permainan Uno kali ini.

Mereka sangat bahagia saat dengan percaya dirinya tadi Fina berkata 'yang kalah cuci piring sendirian'

"HE MULUTNYA FINA!!!"

Sudah kesal karena kalah, ditambah kesal karena sudah dimarahi oleh Mbak Gigi. "Tai lo semua, awas aja ya," lirih Fina sambil melirik tajam pada musuh-musuhnya.

"Cuci piring sendiri, cuci piring sendiri," ejek Hakim dan Jona.

"Hayoooloh Fin... cuci piring pas maghrib bisanya ditemenin sama han-"

"MBAK GIGI, BANG ASBANI NIH NGESELIN!!!"

Asbani dan yang lainnya langsung kembali tertawa terbahak-bahak saat mendengar aduan Fina kepada Gigi.

"Udah Fina diem, kita makan sekarang," ucap Mbak Gigi yang sudah datang membawa nampan berisi 5 mangkok mie soto. Sisanya dibawa oleh Salma, Hesa, dan Jema.

"Panggil Panji gih," ucap Gigi.

"BANG MAKAN SINI!" teriakan Jehan langsung mendapatkan geplakan dari Yoyo yang duduk disampingnya.

"Jangan teriak-teriak."

Makanan sudah di hidangkan, siap dimakan, mereka juga sudah duduk melingkar, tertinggal doa makan saja.

"Wawan ayo baca doa makan," titah Yuda.

Wawan langsung tersenyum dan membacakan doa dengan keras. Sampai pada waktunya mereka mulai menikmati mie yang sudah mereka idam-idamkan.

BYURRR

Semua yang ada disana sontak terkaget saat Panji tiba-tiba menyemburkan air mulutnya di paving halaman yang kebetulan dirinya mendapatkan tempat duduk di pinggir sendiri. Sebenarnya Andara hanya ikut-ikutan kaget saja.

"Eh kenapa, Pan?" tanya Jul.

Dania yang duduk di berhadapan dengan Panji sontak mengambilkan minum untuk Panji, lalu dia sodorkan pada empunya. Panji langsung meminumnya.

"Kenapa, Bang?" tanya Jona yang duduk di samping kanan Panji.

"Asin, yang masak siapa sih?"

"Ya semua cewek-cewek kecuali Fina sama Rai," jawab Juwita yang duduk di samping Yoyo.

"Cih, ini bumbu segudang mie dimasukin ke mangkok gue kah?" tanya Panji yang sejujurnya sudah dongkol.

"Kita masukin bumbu yang ada di bungkusnya aja," ucap Gigi.

"Ya masa mie gue jadi asin banget, Mbak?" tanya Panji.

"Gue buatin lagi aja, ya? Lo mau kan nunggu?" tanya Dania.

Panji menggeleng. Dirinya sudah cukup lelah seharian ini. Ban mobil kempes. Pulang kuliah sore. Masih harus nunggu ojek. Pulangnya harus benerin mobil. Mana tugas lagi numpuk. Kacau dah.

"Lah terus gak makan, Bang? Makan sama sama Wawan ayo," ajak Wawan yang sejujurnya porsi satu mangkok saja masih kurang untuk anak itu.

Panji tersenyum sambil menggeleng. "Wawan makan aja, Abang mau ngecek mobil dulu."

Sejujurnya, Andara malah merasa bersalah sekarang, melihat punggung lelah Panji yang mulai pergi ke parkiran kos untuk mengecek mobilnya. Aaahh, dia harus bertanggung jawab.

Setelah lamanya waktu berlalu, kini perkumpulan itu sudah bubar, mereka sudah kembali ke masing-masing kamar.

Karena tadi seharusnya bagian mencuci piring adalah MMK, tetapi karena Fina kalah dalam game tadi dia jadi harus rela mencuci sendirian.

Eitss, tetapi Fina terkaget saat tiba-tiba Andara membuka kulkas mengambil beberapa bahan untuk memasak. Wanita itu mulai telaten tanpa melihat sekelilingnya.

"Loh Dar, lo masih belum kenyang?"

Andara terkaget. "A-ah gue udah kenyang kok, cuman malam ini gue mau begadang ngerjain tugas, jadi kalau nanti lapar tinggal makan, daripada harus turun masak malam-malam."

Fina mengangguk sambil ber-oh ria, dirinya kembali fokus pada pekerjaannya. Sama seperti Andara yang kembali fokus pada kegiatannya.

-:-

Panji berjalan ke arah dapur setelah tadi melakukan pekerjaan rutinnya yaitu mengunci pagar kos. Perutnya sudah meraung-raung meminta untuk dimasuki makanan. Hafal akan tabiat anak laki-laki di kos ini, pasti hanya ada nasi, lauknya pasti minta ke cewek.

Tetapi saat matanya menemukan tudung saji di meja makan lalu dia buka, ditemukannya sepiring nasi goreng telor yang masih hangat dan disampingnya terdapat secarik kertas yang berisi tulisan.

"Gue masak ini buat lo, Panji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue masak ini buat lo, Panji. Dimakan ya. Maaf...."


Panji mengerutkan keningnya. Menelisik siapakah yang memungkinkan menjadi dalang di tragedi mie super duper asinnya tadi sore.

Setelah berpikir lama dirinya pun tersadar akan satu orang.

"Andara Mayanika," lirih Panji.

Tak ingin membuat perutnya semakin sakit, dirinya pun duduk dan mulai memakan masakan Andara.

"Enak, jadiin art boleh juga nih kayaknya...." lirih Panji.

Anak Pemilik KosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang