Hai semuanya!!!
Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Andara sudah keluar dari kamarnya sambil membawa sebungkus mie instan. Dia hanya ingin mencari tau, siapa saja orang yang tinggal di kos ini.
Sebenarnya kemarin malam adalah waktu yang pas, karena suasana kos sedang ramai, dan rupanya bangunan sebelah kemarin malam sedang ada acara kumpul-kumpul di bawah karena suara tertawa mereka terdengar sampai kamar Andara. Tetapi karena Andara sangat lelah jadi dia lebih memutuskan untuk tidur. Tentu keadaan itu berbeda dengan bangunan cewek yang adem-ayem aja.
Andara dengan pakaian santainya berjalan perlahan di lorong kamar-kamar. Sampai dirinya berpas-pas an dengan penghuni kamar sebelah kirinya, kamar nomor 9.
Andara menghentikan langkahnya. Dia menelisik wanita itu, mungkin masih berumur 22 tahun, dari pakaiannya sepertinya dia adalah pegawai Indomei.
"Hai," sapa wanita itu setelah mengunci pintu kamarnya.
Andara tersenyum. "Hai, Kak."
"Baru ngekos disini?"
Andara mengangguk. "Iya, Kak. Kakak udah lama disini?"
"Lumayan, udah 3 tahun. Oh iya, nama kamu siapa?"
Andara mengulurkan tangannya. "Andara Mayanaka."
Wanita itu tersenyum sambil menjawab uluran tangan Andara. "Salma Diah."
"Semoga betah disini ya."
"Iya, semoga Kak."
"WOY SIAPA YANG NGAMBIL SEPATU GUE DI DEPAN PINTU?!"
Andara dan Salma sontak menoleh ke bangunan sebelah. Kali ini pelakunya berbeda, asing di mata Andara. Bukan yang sebelum-sebelumnya dia lihat.
"Mohon dimaklumi ya? Mereka emang rempong."
Andara menoleh ke Salma. "Gakpapa, Kak."
"Woy Mbak ayo berangkat!"
Andara dan Salma menoleh ke kamar nomor 8, di depan pintu kamar itu sudah ada wanita yang pakaiannya sama persis seperti yang Salma kenakan.
"Eh anak baru?" ucap wanita itu sembari mendekat.
Andara mengangguk sambil tersenyum. "Andara, Kak."
Wanita itu menerima uluran tangan Andara. "Gue Jema."
"WOY LELAKI BANGSAT, BANGUN LO SEMUA, MANA SEPATU GUE GOBLOK!"
Ketiga wanita ini sontak kembali menoleh pada bangunan sebelah. Ternyata masalah sepatu hilang belum selesai juga.
"Yuk berangkat, keburu telat," ajak Jema.
Salma pun mengangguk. Dia menoleh pada Andara. "Kita berangkat dulu, Dar. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan buat minta tolong ke yang lain."
Andara mengangguk. Dia menatap kepergian kedua wanita itu. Ternyata, kos disini tidak seburuk itu. Masih ada yang waras.
Andara melanjutkan langkah kakinya untuk turun ke lantai bawah. Perutnya terasa lapar, dia ingin segera merebus mie kuah instannya.
Sesampainya di dapur, dia mulai menyiapkan semuanya. Sembari menunggu airnya mendidih dia menelisik apa saja yang ada di dapur ini.
Dia membuka kulkas, banyak makanan, tapi juga banyak kertas bertuliskan seperti 'kalau mau ambil aja' 'ini punyaku cuman satu' 'kalau ambil yang rapih ya' 'yang mau rendangnya ambil aja'.
Dia edarkan lagi pandangannya sampai menemukan sebuah jam dinding. Sudah pukul 06.30. Sudah waktunya semua manusia beraktifitas, tetapi mengapa dirinya tak melihat orang lain selain yang tadi dia lihat mulai keluar dari kamarnya masing-masing? Atau mungkin mereka sudah keluar lebih pagi dari dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pemilik Kos
أدب المراهقينBertemu manusia menyebalkan seperti Panji Purnomo memang sebuah kesialan untuk Andara Mayanaka, tetapi jika tidak bertemu sosok Panji mungkin dirinya tidak akan tahu dimana hatinya berlabuh pada akhirnya. "Bayar uang kos lo, kalau enggak silahkan pe...