"Iya Pa, aku gakpapa kok."
"Enggak-enggak, Papa gak perlu jenguk aku, kemarin cuman sakit perut biasa."
"Iya Pa, yaudah bye-bye."
Andara memasukkan benda pipih itu ke saku celananya. Sambil menerawang langit yang hari ini terlihat sedikit mendung, dia duduk memakai sepatu di depan pintu kamar kos-nya.
"Hari ini aman kan ya? Moga gak hujan deh."
Andara segera berdiri saat sepatunya telah dia pakai. Berjalan turun dengan perasaan senang, karena sejauh ini harinya tidak diusik oleh Purnomo. Entah laki-laki itu kemana, biasanya pukul 6 seperti ini dia akan dengan rajin membangunkan anak-anak kos yang masih SMA.
"Dar, woy!"
Andara yang baru saja turun dari tangga langsung pergi menghentikan langkahnya saat mendengar suara tidak asing dari arah dapur cowok memanggilnya.
Andara menoleh. "Lah Nin, ngapain lo disini?" ucap Andara sambil mendekat ke Hanin yang tengah duduk di kursi meja makan bersama dengan Danu di kursi sampingnya.
Andara menatap dua orang di depannya ini bergantian. "Lo berdua ada hubungan apa? Ngapain berduaan disini?"
"Hanin bantuin ngerjain tugas gue, Dar," jawab Danu.
Andara menatap beberapa lembar kertas di meja. Dia mengangguk, oke dapat dipercaya.
Andara menepuk bahu Hanin. "Yaudah deh, gue ada urusan, duluan ya, baik-baik kalian disini, jangan aneh-aneh," ucap Andara sambil menodongkan jari telunjuknya.
Hanin mengangguk. "Siap, dah sana pergi."
Setelah atensi Andara tak lagi terlihat di mata Hanin. Hanin segera kembali mendengarkan penjelasan Danu tentang tugasnya yang tadi sempat terpotong oleh kedatangan Andara.
"Ini, tolong isiin ya, gue bingung mau minta bantuan siapa," ucap Danu sambil menyodorkan beberapa kertas ke Hanin.
Hanin menerimanya lalu menelisik tulisan-tulisan itu. "Temen lo disini kan banyak, ngapain minta tolong ke gue?"
Danu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya sih, tapi sama dosennya suruh cari yang seumuran, disini ada cewek-cewek, cuman karena gue gak deket-deket banget, jadi gue sungkan, opsi terakhirnya ya lo."
Hanin tersenyum jahil. "Oh, jadi gue pilihan terakhir nih? Serius gue dijadiin pilihan terakhir?"
Danu terkekeh. "Jangan banyak drama lo."
Hanin pun ikut tertawa. "Sekali-kali jailin lo, kita gak pernah kan kayak gini?"
Danu menggeleng. "Enggak, terakhir kapan ya? Gue lupa."
"Waktu kita masih sama-sama gak sih?"
Danu mengangguk. "Iya deh kayaknya."
"Nin, dulu lo minta pisah karena apa sih sebenernya?"
Danu tau sekarang bukan saat-saat yang pas untuk menanyakan perihal masa lalu, tetapi mau kapan lagi? Dirinya sendiri sudah kepalang ingin tau dari dulu.
Hanin terdiam. Mengingat kembali kisah dulu yang tiba-tiba tidak ada banjir dan guntur, dirinya memutuskan hubungannya dengan Danu. Untungnya laki-laki itu masih mau berteman dengannya.
"Nin, sejujurnya gue gak mau pu-"
"Nunu!"
Teriakan dari arah tangga belakang mereka membuat keduanya mengalihkan atensi mereka. Terlihat sosok Fina yang berlari menghampiri keduanya, ah ralat lebih tepatnya menghampiri sang pujaan hati, Danu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pemilik Kos
Teen FictionBertemu manusia menyebalkan seperti Panji Purnomo memang sebuah kesialan untuk Andara Mayanaka, tetapi jika tidak bertemu sosok Panji mungkin dirinya tidak akan tahu dimana hatinya berlabuh pada akhirnya. "Bayar uang kos lo, kalau enggak silahkan pe...