08. Dendam

59 12 2
                                    

Pagi yang cerah, secerah wajah Andara hari ini. Entah apa yang membuatnya bahagia sampai-sampai sepanjang jalan keluar dari kamarnya dia terus saja bersenandung.

Membalas sapaan beberapa penghuni yang ingin berangkat kerja. Dan sesekali menjawab jika dirinya juga ingin pergi-berkuliah.

Sampai senyumnya semakin mengembang saat melihat sosok laki-laki berpakaian rapi seperti mahasiswa lainnya kini sedang berjongkok di samping ban mobil belakang miliknya.

Siapa lagi kalau bukan Panji Purnomo. Selain Panji yang memakai mobil disini hanyalah Hesa, sisanya memakai motor.

Andara berdeham saat dirinya sudah berhenti di samping Panji. "Kenapa tuh?"

Panji mendongakkan pandangannya. Dia menatap malas wanita di depannya ini. Sudah pagi ini sial, sekarang malah dipertemukan dengan Andara yang menyebalkan.

"Kenapa tuh?" tanya Andara sekali lagi.

"Ck, lo kalau cuman mau ngajak berantem jangan sekarang deh, gue lagi pusing."

Andara menunjukkan ekspresi kaget yang dibuat-buat. "Pusing kenapa tuh?"

"Eh Bang, kenapa jongkok disitu? Kursi masih banyak."

Andara dan Panji sontak menoleh pada remaja yang baru datang menghampiri keduanya.

"Hai, Mbak Baru."

Belum sempat Andara menyapa, sosok Wawan sudah lebih dulu menyapanya. "Hai, Wan. Mau berangkat sekolah?"

Wawan mengangguk. "Mbak Baru mau kuliah? Sama Bang Panji?"

Andara menggeleng. "Enggak lah, Mbak sama temen Mbak, Abangmu ini kayaknya mau berak disini, daritadi gak berdiri-berdiri."

Wawan mengerutkan keningnya. "Yaudah deh, Wawan berangkat dulu ya Mbak, Bang."

Andara melambaikan tangannya sambil tersenyum sampai sosok Wawan hilang dari pandangannya.

Andara melirik pada Panji yang masih setia menatap ban mobilnya. "Tuh ban gak akan lari kali."

Panji berdecak. "Mau lari gimana orang kempes gini."

Andara langsung tertawa terbahak-bahak. "Ooooooo.... lo daritadi jongkok sambil nge galau tuh karena tuh ban? Kasihannya."

"Lo ya yang kempesin?"

Andara melotot tidak terima. "He Purnomo, dosa lo nuduh nuduh."

Panji berdiri, dia mendekat dan menatap Andara intens. "Lo yang kempesin ban mobil gue, kan?"

Andara menggeleng. "Pur, manusia suci bersih kayak gue lo tuduh, gak salah lo?"

"Cih, manusia suci, lo dendam kan ke gue?"

Andara memutar bola matanya malas. "Tanya sama kucing garong noh, siapa tau ban lo kempes karena dicakar mereka."

TIIINNN

TIIINNN

TIIINNN

Andara dan Panji sontak menoleh pada gerbang yang masih tertutup saat suara klakson mobil terdengar. Panji yakin itu teman Andara.

Sementara Andara langsung berjalan meninggalkan Panji lalu masuk ke mobil Hanin dan duduk di kursi depan samping Hanin yang sedang menyetir. Tanpa Andara sadari Panji juga ikut masuk ke dalam mobil Hanin.

"Dar, dia siapa?" bisik Hanin pada Andara.

Andara langsung menoleh ke belakang. Begitu kagetnya saat dia melihat Panji dengan gaya bersedekap dadanya duduk dengan santai.

"Heh Purnomo ngapain lo disini?"

Panji hanya diam.

"Heh Pur, keluar gak lo! Keluar!"

Panji tetap diam.

"Pur, telinga lo masih kebuka kan? Keluar, Pur! Sebelum gue seret lo keluar!"

Panji tetap diam.

Andara yang emosinya sudah di ubun-ubun langsung ingin membuka pintu mobil, tetapi Hanin mencekalnya.

Hanin menggeleng. "Gakpapa, Dar."

Andara menggeleng. "Dia lancang, Nin."

"Lebih lancang lo yang kempesin ban mobil gue," ucap Panji.

Andara merasa gemas dengan makhluk hidup seperti Panji ini. "Udah gue bilang berapa kali sih, gue enggak ngempesin ban mobil lo, Pur."

"Yaudah, kita sekampus, gue nebeng."

Andara sudah membuka mulutnya untuk berkata lagi, tetapi....

"Sebagai bentuk tanggung jawab lo karena udah kempesin ban mobil gue."

Hanya butuh 10 menit untuk mereka bertiga sampai di univ yang sama. Tanpa mengucapkan terimakasih, dengan tidak sopannya Panji langsung turun dari mobil Hanin.

Andara dan Hanin yang baru turun langsung menatap tak percaya pada kakak tingkat mereka satu itu. Tak punya rasa terima kasih.

"Lo ketemu tu orang dimana sih?"

Andara memutar bola matanya malas. "Dia orang gila di kos, yang dulu dengan gilanya tiba-tiba ngusir gue, pas gue baru pindah."

"Ooooo.... yang itu, cakep juga ya ternyata."

Andara semakin dibuat jengkel.

"Eh, emangnya lo beneran ngempesin ban mobil dia?"

Andara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sebenernya....... iya sih."

FLASHBACK

Karena perasaan jengkelnya pada Panji yang tak terhingga, dia memiliki niat untuk mengeluarkan angin yang ada di ban mobil milik Panji.

Dengan kehati-hatiannya, agar langkahnya tak terdengar oleh siapapun, sampai-sampai dia tak memakai alas kaki. Akhirnya, Andara sampai di parkiran kos.

Dia tersenyum licik saat melihat mobil mulus milik Panji yang sudah ada di depannya.

Dia melangsungkan aksinya, mengempesi ban mobil milik Panji. Bodo amat, si Panji akan marah atau apapun itu, saat ini yang penting dendamnya terbalaskan.

Andara kembali berdiri. Dia menepuk tangannya yang sedikit kotor.

"Mampus lo Panji, lagian jadi orang ngeselin banget."

FLASHBACK OFF


BUGH

BUGH

BUGH

"Tolol, Goblok!"

Andara menahan pukulan tas dari Hanin.

"Aw-aw, apa sih yang salah?"

Hanin menghentikan aksinya. "Lo belum ada seminggu disana, Andara. Awas kalau lo buat ulah, lo bisa kos disana karena gue yang bantu bilang ke Danu loh ya."

Andara merengut sambil mengelus jejak pukulan Hanin. "Iya, iya, maaf."

"Jangan diulangin lagi!"

"Tergantung, kalau dia ngeselin lagi, gue taruh ular di kamarnya."

Hanin langsung mengejar Andara yang berlari menghindari pukulannya.






Anak Pemilik KosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang