07. Donat

55 15 3
                                    

Hari Minggu tuh enaknya ngapain? Ya rebahan santuy seharian lah. Tetapi, tidak bagi Andara. Hari ini dia begitu bosan berdiam diri di kamar kos. Lagipula bila berdiam diri dikamar nanti dia akan dikira merasa sangat malu karena kejadian kemarin.

Sehingga kini dia membawa langkah kakinya menuruni tangga. Saat berada di lantai bawah, depan dapur tepatnya, dia merasa aneh, apakah kehidupan kos wanita setiap hari begini? Sepi.

Berbeda dengan kubu laki-laki yang kini tengah berkumpul 5 orang sedang lesehan mengerubungi Wawan. Entah apa yang sedang mereka lakukan di depan kamar nomor 5 itu, tepatnya kamar Wawan.

Andara memilih melipir ke dapur untuk mengambil minum lalu duduk di salah satu kursi meja makan.

"Enggak gitu, Bang. Aishhh udah deh kalau cuman gangguin jangan disini."

Andara terdiam mengamati apa yang kira-kira sedang mereka lakukan sampai-sampai sosok siswa SMA kelas 2 itu merasa kesal dengan Abang-abangnya.

"Dengerin gue, Wan. Gue tuh hidup lebih lama dari lo, gue bisa kalau cuman gitu aja," ucap Asbani.

"Enggak, gue gak percaya ya sama kalian semua, paling bener gue tunggu Bang Yoyo aja."

Jehan berdecak. "Disini udah ada lima orang yang lo cari Bang Yo aja. Padahal kita udah effort mau bantuin tugas lo."

"Gue enggak tuh," ucap Jona yang sedang duduk bersandar di dinding samping pintu kamar Wawan bersama Hakim.

Jehan reflek menonyor kepala Jona. "Diem lo!"

Andara menggelengkan kepalanya. Aneh saja. Disini begitu terlihat tidak seimbang.

"Sendiri, Dar?"

Andara menoleh ke kursi sampingnya. Di sana sudah ada Juwita. "Iya, Mbak." Andara tersenyum kikuk. Sejujurnya dia sedikit takut pada Juwita. Bentuk wajahnya yang judes bisa membuat orang salah paham.

Juwita pun tersenyum. Dia paham akan apa yang dirasakan Andara. "Tenang aja Dar, jangan takut, aku gak seperti yang kamu pikirin kok, muka aku emang gini."

Andara tersenyum. "Maaf ya, Mbak."

Juwita mengangguk. Wanita itu menyesap minuman kalengan ya dengan khidmat.

"Mbak, yang lain kemana? Kok sepi?"

Juwita menaruh kaleng minumannya yang sudah habis dalam sekejap di meja. "Kalau Minggu gini biasanya pada kerja, yang libur cuman aku sama Rai, Rai sendiri kayaknya lagi istirahat, dia kerjanya malam."

Andara pun mengangguk. Matanya menatap Juwi yang kembali bangkit untuk membuang sampah minumannya. "Aku ke kamar lagi ya, masih ada kerjaan." Andara mengangguk lalu Juwita mulai pergi memasuki kamarnya di lantai 2 (kamar no 6).

Andara merasa suntuk. Dia melamun. Ponselnya ia tinggalkan di kamar. Lagipula siapa yang mau menghubunginya pada hari libur seperti ini? Semuanya sibuk sendiri-sendiri, termasuk Papanya.

"Eh Mbak Baru, bisa bantuin Wawan gak?"

Andara menatap remaja puber di depannya ini. Apa-apaan, Mbak Baru? Nama dari mana itu?

"Ngomong sama gue?"

Wawan mengangguk. "Mbak bisa bantuin aku gak? Aku ada tugas Matematika, sebenarnya ini tugas udah lama sih, tugasnya ditunggu sama guruku sampai nanti jam 3 sore, tapi karena Bang Yo gak mungkin pulang jam segitu, jadi aku boleh minta tolong Mbak Baru, gak?"

Andara sebenernya masih merasa kesal pada laki-laki di depannya ini. Mengingat dia pernah dijatuhi pakaian basah oleh Wawan. Tetapi melihat tatapan melasnya, dirinya luluh.

Anak Pemilik KosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang